Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Ke manakah Dava akan mengajak Lia jalan-jalan ???
Lia yang merasa terkadang butuh hiburan dan ia pikir tidak ada salahnya sesekali berlibur, akhirnya menyanggupi ajakan Dava.
“ Ok, besok pukul sembilan aku jemput kamu. Terima kasih untuk kebersamaan hari ini. “ ucap Dava yang hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh Lia.
Lia pun keluar dari dalam mobil dan Dava pergi setelahnya.
Setelah Lia membersihkan diri, dia duduk menyandar pada kepala tempat tidurnya, memikirkan yang terjadi antara dirinya dan Dava selama di taman bermain tadi.
Lia mengakui semua yang ada pada Dava nampak sempurna. Mereka tadi pergi ke taman bermain sepulang dari kantor, berarti masih menggunakan pakaian kerja.
Tadi Dava meninggalkan jas dan dasinya di jok mobil dan menggulung lengan bajunya sebatas siku, sempat membuat Lia terpesona sesaat.
" Ternyata ganteng banget kalau penampilannya seperti ini. " ucap Lia dalam hati yang tak berkedip menatap Dava.
" Ya ampun, aku ngapain tadi. " hela nafas Lia ketika terdengar suara Dava memanggilnya, menyadarkannya dari pikiran yang terpesona akan penampilan Dava.
Saat Lia sedang melamunkan kejadian di taman bermain tadi, ponselnya berbunyi, Lia menerima pesan dari Dava. Ketika Lia membuka pesan itu, nampak wajahnya merona dan ia pun tersenyum.
Yang di kirim Dava adalah foto selfie mereka berdua tadi saat setelah lelah bermain. Dengar latar belakang wahana bianglala, Lia nampak malu pada foto itu karena posisinya yang begitu dekat dengan Dava dan nampak Dava merangkul pundak Lia.
Pak Dava :
(lampiran foto)
Kamu mau kenalan tidak dengan cewek yang di sebelah saya ini? Anaknya cantik, baik hati, suka menolong, tidak sombong dan suka menabung.
Lia tertawa membaca pesan dari Dava.
Bidadariku :
Boleh juga pak, nanti biar bisa belajar ilmu cara menjadi anak yang berbudi pekerti baik.
Pak Dava :
Ok, nanti ku sampaikan padanya, ada fans yang ingin berjumpa.
Bidadariku :
Apa perlu membawa benda khusus untuk tempat tanda tangan?
Pak Dava :
Tidak perlu, nanti ku pesankan prasasti.
Begitulah terkadang bahasan mereka, seperti tidak ada yang bermanfaat untuk di bahas.
“ Ya Tuhan.., apa yang akan terjadi selanjutnya. “ Lia kini tak mampu berpikir atau pun berkhayal lagi.
“ Daripada bingung mending tidur aja, semoga besok akan datang hari yang lebih baik. “ ucap Lia beranjak tidur setelah membalas pesan Dava dii akhir obrolan mereka dengan ucapan terima kasih.
Sabtu pagi, Dava datang tepat waktu. Pukul sembilan pagi, ia sudah ada di kontrakan Lia.
“ Duduk dulu ya, pak. Saya ambilkan minum dulu. “ ucap Lia mempersilahkan Dava duduk di teras dan ia masuk ke dalam.
Dava memperhatikan Lia. Sepertinya hari ini mereka nampak kompak walau tidak janjian, menggunakan baju kaos warna putih dan celana jean hitam. Dava tersenyum tipis menyadari pakaian yang mereka gunakan sama.
" Tanda-tanda jodoh nih, bisa samaan gitu pakaiannya. " gumam Dava dalam hati.
Tak lama, Lia keluar membawa nampan berisi minuman segar dan setoples kue kering.
" Silahkan pak, sambil istirahat sebentar. Tidak enak kalo kita langsung jalan, seperti jemput penumpang di halte saja, berhenti sebentar terus langsung jalan. " ucap Lia.
" Baik, terimakasih atas hidangannya. " ujar Dava yang kemudian menikmati apa yang telah Lia suguhkan.
Sekitar lima belas menit kemudian, Dava berkata,
" Sebaiknya kita pergi sekarang, takut nanti jalanan macet karna ini weekend dan supaya tidak kesiangan sampai tujuan."
" Baik pak, saya ke dalam dulu, mau menyimpan ini dan mengambil tas." ucap Lia sambil membawa nampan yang berisi gelas kosong dan toples kue kering.
Tak lama kemudian Lia keluar. Dava kaget melihat penampilan Lia, dengan make up tipis tapi tidak menghilangkan kecantikannya, bahkan tampak semakin bersinar.
Lalu mereka pergi meninggalkan kontrakan Lia. Kemudian mereka mampir sebentar di minimarket dekat kontrakan Lia untuk membeli minuman dan cemilan yang akan dinikmati sepanjang perjalanan.
“ Kita mau ke mana ini, pak, kok sepertinya arah mau ke luar kota? “ tanya Lia ketika menyadari bahwa perjalanan telah jauh meninggalkan kota Jakarta.
“ Kita mau ke pantai. Apa kamu suka ke pantai? “ kata Dava.
“ Saya suka, pak. Di tempat saya banyak pantai. Biasanya jika lagi liburan, kami sekeluarga suka ke sana. “ ucap Lia.
Kini mereka sudah tiba di pantai. Karena habis dari perjalanan jauh, mereka pun makan siang terlebih dahulu.
Setelah itu, Dava mengajak Lia menyusuri tepi pantai. Sepanjang perjalanan, mereka saling bercerita tentang aktifitas mereka seminggu ini.
Ketika hari mulai terasa panas, Dava mengajak Lia untuk duduk di bangku yang agak jauh dari bibir pantai.
Sesampainya di sana, Dava memesan kelapa muda untuk menemani mereka berbincang. Sejenak mereka saling diam saat tiba di bangku itu. Beberapa saat kemudian, pesanan kepala muda datang. Sejenak mereka melepas dahaga. Kemudian Dava berkata,
“ Lia, kita kan sudah berteman nih sekitar tiga bulan ini, apa tidak ada yang akan marah jika aku mengajakmu sering jalan bersama. “ tanya Dava.
“ Siapa yang mau marah, orang tua saya ada di daerah, tidak lihat saya pergi ke mana dan dengan siapa. Kalo ada yang bakal marah, saya tidak akan pernah mau terima ajakan bapak buat jalan sama bapak“ jawab Lia.
“ Mungkin pacar kamu gitu. “ kata Dava.
“ Saya tidak punya pacar atau justru saya yang bakal di marahin pacar bapak karna sering jalan dengan bapak. “ jawab Lia.
“ Awas ya kalo tiba-tiba ada cewek yang marah-marah ke saya dengan alasan cowoknya saya ambil, saya tidak akan tanggung jawab ya. “ lanjut Lia.
“ Tenang aja, di jamin tidak akan ada yang marah apalagi ngelabrak kamu karna aku gak punya pacar. “ ucap Dava.
“ Serius nih... masa pria seperti bapak tidak punya pacar. Punya kerjaan mapan, wajah tampan dan rupawan, atau mungkin bapak punya kriteria khusus jadi belum punya pacar. “ kata Lia.
" Wah, senangnya hatiku, ada yang bilang aku tampan dan rupawan. Tapi memang itu tidak bisa di pungkiri bahwa seluruh dunia telah mengakuinya. " ucap Dava sambil tertawa.
" Ih...apaan sih. Apa bapak tadi salah makan, kok semakin siang, semakin jadi kumat narsisnya. " ucap Lia..
" Aku bukan narsis tapi mengatakan realita yang ada. " ucap Dava.
" Tahu ah...semoga sehabis dari sini, semua normal kembali. " ucap Lia.
Mereka kemudian menghabiskan kelapa muda yang tadi di beli Dava.
Setelah itu, Lia berkata,
" Pak, saya mau tanya serius nih, "
" Kamu mau tanya apa, kok kayaknya tegang banget. " tanya Dava.
" Bapak serius nih tadi bilang tidak punya pacar atau tunangan gitu. " ucap Lia.
" Aku serius, aku belum punya pacar tapi sepertinya sebentar lagi punya. “ kata Dava.