"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 34. Datang kiriman teluh di sekolah.
Selama satu minggu Jingga menjalankan ujian sekolah, dan sama sekali tidak ada halangan apapun. Jingga tidak mengurusi yang ghoib dan fokus pada ujian nya lebih dulu, meskipun setiap malam selalu datang kiriman baru, tapi dia bisa mengatasinya di bantu ayah nya.
Untung nya dia sudah berhasil menemukan dan mengantar Jonah, jadi dia bisa tenang menjalankan ujian nya tanpa perlu khawatir. Dan hari ini, adalah hari terakhir nya menjalankan ujian. Semua orang sudah merasa lega karena itu adalah hari terakhir mereka melakukan ujian sekolah.
"Bismillah.. semoga ujian hari ini bisa kita lewati dengan mudah." Ujar Jingga..
"Aamin ya Allah.." Sahut Gani dan Elang bersamaan.
Tapi kini Elang merasa sedih, karena setelah lulus nanti maka dia dan keluarga nya kan kembali pindah dari kota itu karena tugas orang tua nya juga kebetulan selesai. Yang artinya dia tidak akan bertemu Jingga lagi, karena dia akan ikut dengan kedua orang tua nya pindah ke luar negeri.
Ujian di mulali dan semua murid sedang fokus mengerjakan ujian mereka, sampai tiba - tiba Jingga merasakan sebuah hal yang tidak beres terjadi, datang kiriman teluh ke sekolah nya di pagi - pagi. Jingga mencoba menahan nya tapi teman kelas nya ternyata merasakan dampak nya, mereka semua merasakan sakit kepala yang luar biasa.
"Sshh.. kenapa kepala gue puyeng, ya." Gumam salah satu murid yang duduk di dekat Jingga.
'Gawat, mereka merasakan dampak nya.' Batin Jingga.
Jingga melihat kedepan dan di pojok ruang kelas dekat dengan papan tulis dan pengawas yang sedang berdiri terlihat asap hitam yang sangat gelap membentuk siluet manusia yang sedang berdiri. Gani dan Elang juga merasakan pusing yang sama, bahkan beberapa dari mereka sudah ada yang mulai mual - mual.
'Ya Allah, bisa - bisa nya mereka menyerang aku pagi - pagi begini. Kasian temen - temen kalo di biarin.' Batin Jingga
"Ada apa?" Tanya pengawas.
"Sir, perutku mual banget dan pusing." Ujar salah satu siswi.
"Sama Sir, saya juga." Ujar seorang siswa.
"Hoekk!" Dan semakin menjadi - jadi saja rasanya.
Dan tak lama salah satu dari peserta ujian itu tiba - tiba menangis tanpa sebab, dia menangis tapi nanti tertawa. Jingga tidak membiarkan itu terjadi, dia menatap sosok itu lalu memejamkan matanya.. Jiwa Jingga keluar dari raga nya dan menghampiri sosok yang membuat kegaduhan itu.
Tak butuh waktu lama Jingga menangkap sosok nya dan kini sudah berada di dalam dirinya, sosok nya sangat mengerikan seperti jenglot tapi versi lebih besar nya. Taring nya keluar, rambut nya jarang dan tubuh nya kurus, dia berjalan merangkak di dinding. Jingga dan makhluk itu sedang berperang di alam sana tapi Jingga sedikit kualahan karena sosok itu ternyata lumayan kuat, bukan sosok biasa.
"Uhuk!! Uhuk!!" Jingga batuk dan langsung muntah darah karena terkena serangan dari makhluk itu.
Gani dan Elang langsung bangun dan menghampiri Jingga, dan peserta ujan yang lain terkejut dan ketakutan karena JIngga tiba - tiba muntah darah.
"Jingga, kamu nggak apa - apa!?" Tanya Gani khawatir, sementara Elang langsung mengusap - usap punggung Jingga sambil membacakan doa.
Tiba - tiba saja Jingga menggeram, Jari - jari tangan Jingga menekuk dan dia mencoba meraih sesuatu. Tatapan nya sudah jelas itu bulan Jingga, Elang yang menyadari itu langsung menahan tubuh Jingga yang sepertinya hendak berlari.
"HAAARRGGGH!!!"
"HAARRRGGGHHH!!"
Jingga benar - benar seperti orang kerasukan yang mencoba berlari, dia menggeram dengan kuat dan tenaga nya juga menjadi begitu kuat.
"JINGGA!!" Elang memeluk tubuh Jingga kuat - kuat karena Jingga seperti orang hendak berlari menyerang sesuatu.
"Kyaa!!" Semua siswi di sana ketakutan dan menyingkir.
"Jangan panik! Jangan keluar, minggir ke belakang saja." Ujar pengawas ujian.
"HARRGH!!!" Jingga kelojotan seperti kuda lumping, untung nya Elang menahan tubuh nya di bantu Gani dan pengawas ujian.
Pengawas ujian sampai ikut panik dan ikut menahan kaki Jingga yang seperti hendak berlari, sementara murid - murid lain nya ketakutan dan mengumpul di pojokan kelas.
"Jangan ada yang keluar dari ruang kelas!" Teriak pengawas, bagaimanapun itu jam ujian.
Tiba - tiba Jingga terdiam dan tidak mengambil nafas dengan tatapan matanya yang juga kosong, Elang dan Gani memanggil - manggil nama Jingga berulang kali sambil menepuk tubuh Jingga, sampai akhirnya Jingga kembali dan menarik nafas lalu terbatuk.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Jingga terbatuk dan akhirnya melemas.
Elang dan Gani sampai ngos - ngosan karena mereka menahan tubuh Jingga yang entah mengapa menjadi begitu kuat dan berat, Jingga sendiri kini duduk juga dengan nafas terengah - engah karena tubuh nya baru saja di masuki sesuatu.
"Astagfirullah.. Astagfirullah." Jingga terus beristigfar sambil memejamkan matanya.
"Jingga, kamu nggak apa - apa? Apa itu tadi?" Tanya Elang, Jingga menggeleng karena masih belum bisa menjelaskan apa yang baru saja masuk kedalam tubuh nya.
"Nanti aku jelasin." Sahut Jingga ngos - ngosan.
"Kamu tidak apa - apa, Jingga?" Tanya pengawas ujian, dan Jingga mengangguk.
"Maaf, sir. Saya membuat kegaduhan, maaf." Ujar Jingga, pengawas ujian itu sedikit mengerti tentang kerasukan jadi dia pun memakluminya.
"Apa kita bisa melanjutkan ujian kita?" Tanya pengawas, dan Jingga mengangguk.
"Elang, tolong ambilkan minum buat Jingga." Ujar pengawas dan elang pun langsung bangun untuk mengambil air.
Jingga meminum air yang Elang bawakan, dan akhirnya semua murid di persilahkan untuk duduk di meja mereka masing - masing. Ujian lalu kembali di lanjutkan meski masih ada sisa - sisa ketegangan di ruangan itu tapi Alhamdulillah selesai dengan lancar.
Mereka pun akhir nya pulang setelah selesai dengan ujian mereka, Jingga masih belum menceritakan apa yang terjadi sampai dia mengamuk di sekolah sebelumnya, dia masih tampak diam menatap luar jendela sampai membuat Gani sendiri juga kebingungan.
"Ngga, lu diam aja dari tadi, ada apa si?" Tanya Gani.
"Nggak ada apa - apa, aku nggak bisa ngomong dulu sebelum nanya ke papa. Aku pastiin dulu ke papa, baru aku kasih tahu kamu." Ujar Jingga.
"Tapi kamu beneran baik - baik aja, kan?" Tanya Gani.
"Gue baik - baik aja." Sahut Jingga.
Jingga kebingungan, karena saat di sekolah, tiba - tiba dari dalam tubuh nya keluar satu makhluk yang tidak dia sangka - sangka. Makhluk buas yang sangat marah saat Jingga tersakiti oleh sosok kiriman yang menyerang dirinya.
Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya, biasanya jika sangat terintimidasi maka Jingga akan memanggil aki, tapi dia bahkan belum memanggil aki dan makhluk itu lebih dulu muncul mengamuk menyerang sosok kiriman itu.
'Aku.. Aku kenapa?' Batin Jingga.
Jingga takut ada yang salah dengan dirinya, dia tentu bingung karena dia tidak pernah mengalaminya sebelumnya.
Sampai akhirnya Jingga tiba di rumah dan dia langsung masuk kedalam kamar nya sampai membuat Gani yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan Jingga. Hingga tiba - tiba Gani di kejutkan dengan ponsel nya yang berdering.
"Halo, Assalamualaikum, bu." Ujar Gani.
".....,....." Entah apa yang ibunya Gani bicarakan, Gani tampak sedikit terkejut.
"T- tapi, aku kan juga kerja bu." Ujar Gani.
"....,...."
"Aku ngomong dulu sama om Sidiq kalo gitu, aku juga baru kelar ujian hati ini bu." Ujar Gani.
"...,..."
"Iya bu, Assalamualaikum." Ujar Gani, dan panggilan di akhiri.
Gani tampak kebingungan seolah ada sesuatu besar yang terjadi di rumah nya, entah apa itu.
BERSAMBUNG..
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang