"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Apa salahku hingga aku mendapat perlakuan seperti ini. Yah, bunda, kakak, lindungi jeony dari atas sana ya" lirih nangis batin jeony sembari merasakan perih bekas cengkram tangan yang tercetak jelas di kedua sisi pipi yang mulus.
Setelah cukup lama mengobati luka di wajahnya. Lantas, jeony tertidur di atas karpet bulu sembari terus memegang kompres pendingin untuk meringankan rasa sakit. Hari ketiga tinggal di asrama, Jeony habiskan di dalam kamar sembari terus mengobati luka cengkraman tangan yang masih membekas. Perempuan itu hanya keluar saat mandi menjelang ashar. Yang dilakukan perempuan yang berusia dua puluh lima tahun hanya duduk terdiam sembari terus mengobati luka yang ada di wajahnya. Sesekali melihat ke arah luar asmara dari jendela kamar jeony yang cukup lebar.
Rambut hitamnya yang lurus sedikit bergelombang dan hampir menyentuh pinggang, dibiarkan terurai basah akibat tetesan air di wajah. Jeony meninggalkan hijab, karena hanya dipakai ketika pergi ke luar kamar saja. Piring diatas meja yang berisi lauk pauk lengkap sisa makanan semalam masih utuh tak tersentuh. Bukan tidak menyukai, tapi jeony tidak berselera untuk makan. Saat ini, ia hanya bisa menyendiri untuk sementara waktu dan menikmati hari baru tanpa ada seorangpun yang tahu tentang kejadian semalam yang ia bully secara membabi buta oleh salah satu santri yang bernama Afraniza Hamzah.
Banyak orang yang menatapnya aneh dan waspada. Namun, bunda azka, bunda diva, Fiani, dan para pengurus bersikap baik serta membuatnya nyaman berada di asrama saat ini. Tiga hari berikutnya, Joeny masih melakukan hal yang sama. Ia terus mengurung diri dan tidak mau berbicara dengan siapapun. Yang keluar dari bibirnya hanya ucapan minta maaf dan terima kasih. Matanya lebih banyak terjaga daripada terlelap. Ini bukan hal baru, memang seperti inilah jeony melewati banyak waktu dengan terus memulihkan luka cengkraman tangan yang ada di wajahnya.
Di malam keempat, bunda diva datang ke kamar jeony seorang diri. Banyak hal yang ingin dibicarakan istri dari pemilik asrama itu, diantaranya hal-hal ringan seperti keseharian yang ada di lingkungan asrama. Ia ingin menemani jeony karena nalurinya berkata bahwa jeony berbeda dari gadis yang lain.
Tok…
Tok…
"Assalamualaikum jeony. Ini bunda diva nak"ucap bunda diva dari luar kamar jeony.
"Ya bunda Waalaikumsalam. Sebentar, jeony memakai hijab instan dulu bunda"jawab jeony dari dalam sembari memakai hijab instan secara cepat.
Tak berselang lama, Jeony pun membuka pintu kamarnya dan mengambil tangan bunda diva untuk ia cium sebagai tanda hormat joeny kepada bunda diva.
"Tumben kamu nggak keluar jo. Biasanya kamu paling bersemangat untuk aktivitas di luar. Apa kamu ada masalah heum"Tanya bunda diva sembari tersenyum.
"Ya bunda. Ony ada sedikit masalah bunda, tapi bunda jangan bilang ke siapapun ya bunda. Jika jeony sakit seperti ini bunda"jawab jeony menahan sesak di dada sambil menatap bunda diva dengan tatapan sendu.
"Emang kamu kenapa jo! Kamu ada masalah apa jo heum, coba cerita siapa tahu bunda bisa bantu kamu nak"sahut Bunda diva sembari mengusap puncak kepala dengan lembut.
Kemudian, jeony membuka hijab instan secara perlahan. Seketika itu juga bunda diva pun terbelalak sembari menutup mulut dengan telapak tangannya agar tidak spontan berteriak.
"Ya allah nak!! Bagaimana kamu bisa mengalami seperti ini nak? Siapa yang berani melakukan ini sama kamu nak?"tanya bunda diva bertubi-tubi sembari melihat ke arah nakas meja banyak plastik berserakan dan baskom yang berisi air dingin.
"Itu bunda, anu bunda, itu- "sahut jeony yang tak berani mengatakan yang sejujurnya.
"Jawab jo. Siapa yang membuat kamu luka memar seperti ini jo, biar bunda yang akan usut ini sampai tuntas jo?"tanya bunda diva sekali lag penuh dengan penekanan.
"Itu bunda, yang buat jo seperti…
Dia bernama rani bunda"jawab jeony dengan sangat lirih, tetapi bunda diva masih bisa mendengar suara jeony dengan jelas.
"Apa! Kenapa dia menyerang kamu seperti jo. Apa kamu ada salah sama dia jo?"tanya bunda diva sembari mengompres wajah jeony dengan air dingin secara terus menerus.
"Tidak ada bunda. Bahkan joeny nggak pernah mengusik rani bunda"jawab jeony sembari menahan perih saat bunda diva mengoleskan salep penghilang bekas luka dan pereda nyeri di sekitar wajah jeony secara perlahan.
"Tidak mungkin tidak tidak ada apa-apa jo, pasti ada alasan tertentu membuat rani bertindak kriminal seperti ini sama kamu"sahut bunda diva sembari menutup botol salep dan meletakkan kembali ke meja nakas.
Kemudian bunda diva kembali duduk di sisi ranjang yang saat ini jeony sedang beristirahat. Lalu, bunda diva mengusap kening jeony untuk memeriksa keadaan jeony saat ini."Syukurlah, alhamdulillah dia keadaan baik-baik saja" lirih bunda diva dalam hati sambil mengucap rasa syukur.
"Coba jeony ngomong sama bunda. Apa tujuan Rani melakukan ini sama kamu nak?"tanya bunda diva dengan pelan sembari terus memegang tangan jeony dengan lembut.
"Bunda!"Ucap jeony dengan sangat lirih.
"Ya nak. Kamu mau bercerita sama bunda heum"tanya bunda diva dan hal itu di balas anggukan kepala dua kali oleh jeony.
"Bunda janji dulu sama jo. Jangan bilang sama siapapun ya bunda, jika keadaan jeony seperti ini bunda. Karena, joeny nggak mau sampai kedua nenekku khawatir dengan keadaanku bunda"jawab jeony sambil menunjukkan jari kelingking untuk sebagai pengikat janji. Sambil menghela nafas, bunda diva ikut menunjukkan jari kelingking sebagai pengikat janji.
"Bunda janji nak. Sekarang kamu mulai bercerita sama bunda"sahut bunda diva sembari tersenyum lembut.
Beberapa saat, setelah mengucapkan janji, akhirnya jeony menceritakan dengan sejujurnya kejadian beberapa hari yang lalu yang menimpanya. Dan juga, Jeony mengungkapkan secara jujur jika jeony tidak boleh mengganggu keluarga bunda diva dan bunda azka. Terutama, jangan pernah dekat dengan guz alwi dan guz alfarad, karena, laki-laki itu adalah calon tunangan rani di masa depan. Joeny juga bercerita bagaimana dirinya terus ditekankan untuk tidak berdekatan dengan keluarga asrama serta wajah jeony dicekal hingga memar seperti saat ini.
Setelah bunda diva mendengar penjelasan dari jeony. Sambil menghela nafas panjang, bunda diva juga bercerita secara jujur jika alwi dan alfarad sudah dijodohkan oleh Afraniza dua tahun yang lalu. Tetapi, bunda diva dan bunda azka sama-sama diam dan tidak menerima lamaran itu. Karena, bunda diva dan bunda azka sama-sama memutuskan untuk merahasiakan ini semua dari kedua anaknya selama dua tahun belakangan ini.
"Maafkan bunda ya nak. Jika kamu jadi terkena imbas masalah pertunangan kedua anak bunda"Ucap permintaan maaf dari bunda diva dengan tulus.
"Ya bunda. Sekarang jeony paham masalah dan maksud tujuan bunda. Jeony udah maafin bunda sebelum bunda minta maaf sama jeony bunda"jawab jeony sembari tersenyum manis.
Seketika, bunda diva langsung menghamburkan pelukan kepada jeony dengan erat. Hal yang sama, juga dilakukan oleh jeony, memeluk bunda diva tak kalah erat sembari menumpahkan air mata yang sudah jeony tahan sedari tadi. Setelah saling berpelukan, kemudian jeony dan bunda diva saling melepaskan pelukan serta tertawa dan senda gurau untuk menghibur diri mereka sendiri.
"Bhahaha…"tertawa bunda diva dan jeony secara bersamaan untuk menghilangkan rasa jenuh mereka berdua.
"Seperti orang gila kita berdua nak"ujar bunda diva sembari tersenyum melihat jeony yang ikut tersenyum.
"Ya sesekali radak sedikit gila bunda. Biar hidup kita penuh dengan keceriaan dan kesedihan setiap saat"jawab jeony sembari tersenyum lebar.
"Ya sudah. Bunda pamit dulu ya, ntar bunda yang kirim makan buat kamu ya"ucap bunda diva sembari berdiri dan berjalan keluar pintu kamar.
"Ya bunda. Hati-hati bunda, sampai bertemu nanti sore"jawab joeny sembari mencium tangan bunda diva sebagai takzim.
"Ya nak, assalamualaikum"jawab bunda diva yang sudah menutup pintu kamar jeony.
"Waalaikumsalam bunda diva"sahut jeony dengan pelan.
Keesokan paginya, jeony bangun terlebih dahulu. Tak lupa, jeony mandi pagi dan menjalankan kewajiban sholat subuh seorang diri. Setelah melakukan serangkaian kegiatan sekaligus kewajiban seorang muslim, lalu jeony menggunakan baju lengan panjang style korea berwarna maroon dipadukan dengan rok plisket berwarna hitam menambah kesan menawan jeony saat ini sebagai seorang muslim.
Setelah berdandan sederhana, kemudian jeony mengayuh kursi roda keluar dari kamar dan berjalan ke tempat dimana saat ini bunda diva yang sedang membersihkan taman belakang. Tak berselang lama, jeony akhirnya menemukan posisi bunda diva saat ini berada di taman belakang seorang diri.
"Bunda diva!"Teriak jeony dan saat yang sama bunda diva menoleh ke arah sumber suara yang sedang memanggilnya.
"Ya nak. Sini bunda sedang beristirahat habis bersih-bersih"titah bunda sembari melambaikan tangan, agar jeony mengetahui dimana posisi bunda diva saat ini.
semangatt thorrr/Drool//Drool/