Dealova, gadis cantik dengan segala kesedihannya. Dipaksa menjadi orang sempurna membuat Lova tumbuh menjadi gadis yang kuat. Dia tetap berdiri saat masalah datang bertubi-tubi menghantamnya. Namun, sayangnya penyakit mematikan yang menyerang tubuhnya membuat Lova nyaris menyerah detik itu juga. Fakta itulah yang sulit Lova terima karena selama ini dia sudah menyusun masa depannya, tapi hancur dalam hitungan detik.
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Gagal ginjal. Penyakit itu yang sedang menyerang Lova saat ini. Entah apa penyebabnya, Lova pun tak tau, padahal selama ini dia juga menjaga pola makannya.
Sesuai dengan apa yang Dokter Salma suruh, kini Lova berada di rumah sakit. Sendirian. Karena Aksa sedang menghadiri rapat di kantor.
Sebenarnya Lova ragu datang sendirian dan periksa sendirian. Harusnya dia memang didampingi orang yang lebih tua dan tau semuanya.
Lova mengumpulkan keberaniannya sebelum masuk ke dalam.
Dari bau khas rumah sakit saja sudah membuat Lova pusing dan ingin segera pulang, tapi dia harus periksa lebih dulu agar tau penyakit apa saja yang ada di tubuhnya ini.
Setelah diarahkan oleh salah satu suster, kini Lova berada di sebuah ruangan, dia berbaring di atas ranjang sambil menatap salah satu dokter yang sedang sibuk menyiapkan alat.
"Keluhannya apa kalau boleh tau?"
"Mual sama sakit kepala aja, Dok," jawab Lova.
Dokter perempuan bernama Manda itu mengangguk paham, dia pun mulai memeriksa keadaan Lova.
Selang beberapa menit, Lova diam sambil menunggu hasil lab nya keluar.
Dokter Manda menghela nafas sejenak. Ia menatap iba ke arah Lova. Di tangannya ada kertas dari hasil pemeriksaan.
"Dari hasil lab, kamu dinyatakan gagal ginjal dan harus rutin cuci darah."
Ternyata benar apa kata Dokter Salma. Batin Lova. Bibirnya berusaha tersenyum meskipun sedikit bergetar.
"Jangan khawatir, ini bukan gagal ginjal akut, masih bisa ditangani kalau kamu mau rutin cuci darah," lanjut Dokter Manda berusaha menenangkan Lova yang mungkin saja syok berat.
"Makasih, Dokter. Kapan saya bisa cuci darah?" tanya Lova. Suaranya terdengar lirih tak bertenaga.
"Sekarang bisa. Tapi, wali kamu di mana? Saya harus bicara dengan beliau."
Untung saja Dokter Salma memberinya nomor telepon, jadi tanpa menunggu lama, Lova langsung menelpon Dokter Salma untuk wali nya. Tak mungkin dia menelpon Aksa atau keluarga angkatnya.
Tak lama kemudian Dokter Salma datang, kedua dokter itu saling berbincang sejenak. Lova tak tau apa yang mereka bicarakan karena dia sedang sibuk melamun.
"Ayo Lova." Suara Dokter Salma membuyarkan lamunan Lova. Gadis itu bangkit dan mengikuti kedua dokter tersebut.
****
Aksara melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Hampir 2 jam dia berada di ruangan rapat. Sekarang semua orang sudah pergi, tersisa dirinya sendiri. Pria tampan itu menyalakan ponselnya. Tidak ada notifikasi pesan dari sang istri.
Sambil meminum kopi, Aksa mencoba menghubungi Lova.
Kening Aksa mengerut saat panggilannya tak dijawab. Biasanya, Lova akan selalu menjawab teleponnya karena Lova takut dia marah. Tapi, kali ini berbeda.
Dari pada menelpon dan tak kunjung dijawab, Aksa memilih melacak lokasi Lova melalui ponsel gadis itu.
"Rumah sakit?" Matanya menyipit curiga. Sedang apa Lova di rumah sakit? Pikir Aksa.
Tanpa berpikir lebih lama lagi, Aksa langsung beranjak dari kursinya, dia akan menyusul Lova. Mengingat kondisi istrinya akhir-akhir ini agak lemah, Aksa khawatir jika ada sesuatu yang disembunyikan Lova.
Feeling seorang suami memang tak pernah salah.
****
3 jam lamanya Lova hanya berbaring di ranjang rumah sakit untuk cuci darah. Dan sekarang, cuci darah hari ini sudah selesai. Dokter Salma membantu Lova agar duduk nyaman, wanita itu juga memijat tengkuk Lova dengan lembut, tentu dia tau apa yang Lova rasakan.
"Mual?"
Lova menjawab dengan anggukan, dia juga merasa sesak nafas.
Dokter Salma menyodorkan air pada Lova dan langsung dihabiskan oleh si gadis.
"Istirahat dulu ya, baru boleh pulang," celetuk Dokter Manda.
"Saya udah nggak papa kok, Dok. Sudah hampir sore, saya mau pulang," jawab Lova.
"Nggak bisa Lova. Kamu harus istirahat dulu. Meskipun dari tadi cuma rebahan, tapi kamu tetap harus istirahat, jangan langsung pulang," ujar Dokter Salma.
Si Aksa pasti nyariin gue kalau telat pulang. Batin Lova. Dia menatap jarum jam dinding. Sepertinya Aksa sudah pulang.
"Saya beneran gak apa-apa, Dok, Bu..."
"Lova...," tegur Dokter Salma. Sejak Lova dinyatakan sakit gagal ginjal, Dokter Salma bertekad untuk merawat Lova dan berusaha ada di samping Lova.
Lova menghela nafas. Saat hendak menjawab, seorang suster tiba-tiba datang.
"Ada apa?" Dokter Manda langsung bertanya.
"Di luar ada laki-laki ngamuk cari pasien, Dok." Terdengar suara sang suster ketakutan.
"Laki-laki ngamuk nyari pasien? Pasien mana? Kenapa kamu masuk sembarangan ke sini?"
"Pasiennya ada di sini...," jawab suster takut-takut.
Lova yang sedang menyimak pun kini paham siapa yang dimaksud suster. Seketika matanya melotot kaget.
"Pak Aksa?!" bisiknya.
"Ada apa Lova?"
"Bu, saya harus pulang." Buru-buru Lova turun dari ranjang.
Dokter Manda, Dokter Salma dan satu suster tadi langsung meringis saat melihat pergerakan Lova yang terkesan bar-bar. Padahal dia habis cuci darah.
"Lova, tunggu!" Dokter Salma segera mengejar Lova yang sudah berlari ke luar ruangan.
Lova semakin terkejut saat melihat Aksa yang sedang menarik kerah seorang dokter pria.
"Bapak!" serunya. Buru-buru Lova menghampiri Aksara yang juga sudah menyadari keberadaannya.
Aksa mendorong tubuh dokter yang sempat dia ancam, lalu beralih menghampiri Lova yang terlihat pucat.
"What happened?" Aksa merangkul pinggang Lova saat gadis itu terlihat hampir pingsan.
Ya bagaimana tidak pisang, orang Lova baru cuci darah. Bukannya istirahat malah lari-lari.
"Aku oke. A-ayo pulang aja," jawab Lova. Sudut matanya bisa melihat keberadaan Dokter Salma yang sedang bingung dengan kedekatan dirinya dan Aksa.
Lova yakin Dokter Salma pasti kepo.
Aksa langsung menggendong Lova ala bridal style. Dia tidak akan membiarkan istrinya berjalan sendiri dengan keadaan pucat.
"Kamu hutang penjelasan sama saya," bisik Aksa.
Dalam hati, Lova berdoa agar sampai apartemen Aksa tidak akan bertanya lagi.
"Bapak kok udah pulang?" Lova menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil.
"Kalau saya gak pulang, kamu mau ngapain? Main sembunyi-sembunyi lagi?"
Lova cemberut, dia menatap kesal ke arah suaminya.
"Aku selalu aja salah di mata Bapak!" ketusnya.
"Itu faktanya."
"Bapak tuh gak tau apa-apa!"
"Makanya kasih tau."
Lova mengatupkan bibirnya, dia tak menjawab lagi dan memilih meminum kopi yang ada di kaleng, mungkin bekas Aksa.
"Kamu sakit. Mulai sekarang saya akan batasi kamu buat makan dan minum-minuman yang gak sehat."
"Pelit banget."
"Gak apa-apa. Selagi demi kebaikan kamu."
Lova semakin menekuk wajahnya. Tau begini, dia tidak akan nekat pergi ke rumah sakit sendirian tadi. Lebih baik dia tunda sampai Aksa benar-benar tidak pulang saja.
"Jangan coba-coba lari. Hari ini kesalahan kamu banyak."
Tuh kan! Kayaknya dia dukun deh. Batin Lova.
***
up up up! CRAZY UP!
oiya janlup up ya kak