Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Pertemuan
"Baiklah, kamu bisa mulai!"
Nicole mengangguk saat mendengar instruksi profesor Elena. Ia melihat ke arah teman-temannya sekilas sebelum ia menutup mata dan merapal beberapa mantra yang cukup panjang. Saat itu sebuah cahaya biru pekat mulai muncul di ujung tongkat sihir Nicole.
"Apa dia gila? Tidak mungkin dia akan mengeluarkan magic itu di sini." batin Aditya saat ia menyadari magic apa yang akan dikeluarkan Nicole. Ia masih ingat dengan jelas kalau di kehidupan sebelumnya Nicole tidak pernah mengeluarkan magic ini saat masih berada di akademi.
[Bachtiar Special Magic - Destructive Wind Storm]
Cahaya di ujung tongkat sihir Nicole menjadi semakin besar diikuti dengan pusaran angin yang menyelimuti tubuhnya. Beberapa detik kemudian angin itu berhembus dengan liar membentuk pusaran angin setinggi belasan meter yang menghempaskan apapun yang ada di dekatnya. Profesor Elena yang terlambat menyadarinya tidak dapat menahan semua efek dari magic Nicole.
[Magic Type - Wide Magical Shield]
Profesor Elena mengeluarkan perisai magis yang sangat luas untuk menutupi seluruh area lapangan. Walaupun begitu ada beberapa siswa yang sudah terlempar beberapa meter menjauh dari lapangan. Untungnya tidak ada dari mereka yang mendapat luka serius. Aditya hanya menggelengkan kepala melihat kegilaan Nicole.
"Cukup Nicole! Kamu sudah menunjukkan kekuatan yang hebat," ujar Profesor Elena.
Beberapa saat kemudian pusaran angin itu sedikit demi sedikit melemah lalu menghilang. Terlihat di sana Nicole masih berdiri dengan senyuman aneh di wajahnya. Dia terlihat sangat menikmati momen ini.
"Kamu harus belajar mengendalikan kekuatanmu! Percuma jika kamu memiliki kekuatan besar yang tidak bisa dikendalikan," tutur profesor Elena.
"Baik, Prof. Saya akan mengingatnya."
Nicole kembali ke barisan lalu duduk di samping Rio. Profesor Elena menghela napasnya kasar saat melihat daun-daun dan sampah yang berserakan karena efek dari magic Nicole. Sepertinya ada satu lagi siswa akademi yang patut untuk ia perhatikan.
...****************...
"Boleh aku mampir ke rumahmu?" tanya Rio sambil duduk di atas motor merahnya. Mungkin dia bisa mendapat sedikit pencerahan saat berada di rumah Aditya.
"Ya," jawab Aditya singkat.
"Kalau begitu-
Tiba-tiba seseorang muncul di belakang mereka. "Kalian berdua mau kemana? Boleh aku ikut juga?" tanya Nicole dengan senyum manis. Dia tidak pernah memiliki teman dekat sebelumnya. Menurutnya semua orang hanya mendekati dirinya untuk mendapatkan sesuatu. Hanya Aditya dan Rio yang sepertinya tidak mengharapkan apapun darinya.
Aditya memandang Nicole selama beberapa saat. Dia tidak tau apakah sekarang adalah saat yang tepat bagi Nicole untuk bertemu dengan kakeknya. Di kehidupannya dulu Nicole baru bertemu dengan Mustaza setelah mereka lulus dari akademi.
"Jika kau ingin ke rumahku, kau harus siap menjaga rahasia."
Nicole mengangguk cepat kemudian berlari menuju ke sebuah sedan berwarna hitam yang berhenti di samping gerbang. Tampak Nicole sedang berbicara dengan supir sedan itu selama beberapa saat sebelum ia kembali ke tempat Aditya dan Rio dengan senyuman lebar.
"Aku punya waktu sampai jam 5 sore. Apa rumahmu jauh dari sini?" tanya Nicole.
Rio tersenyum miring. "Apa kau tau Aditya ini siapa?" tanya Rio balik.
Nicole memiringkan kepalanya bingung. "Hah, memangnya dia siapa? Apa dia artis?"
Senyuman miring di bibir Rio menjadi semakin lebar. "Dia ini dari keluarga Nareswara. Apa kau tidak melihat aura gelap yang ia tunjukkan tadi pagi?"
Nicole diam selama beberapa saat sebelum ia kembali bicara. "Ooh, keluarga Nareswara? Keluarga yang terkenal melakukan perjanjian dengan iblis itu kan?" ucap Nicole dengan semangat sebelum ia menutup mulutnya karena baru sadar dengan apa yang ia katakan.
Aditya menatap mereka berdua dengan kesal, terutama Rio yang melihatnya dengan puas. Jadi memang benar keluarganya dikenal sebagai keluarga yang menjalin perjanjian dengan iblis? Sejauh apa sebenarnya rumor tidak berdasar itu sudah menyebar?
"Maaf, aku hanya mendengar itu dari orang-orang. Aku tidak bermaksud menuduh keluargamu," cicit Nicole dengan wajah penuh rasa bersalah.
Melihat wajah cemas Nicole justru membuat Aditya ingin tertawa. Ini adalah pertama kalinya ia melihat ekspresi Nicole yang seperti itu. Dia pikir Nicole hanyalah orang gila tanpa memiliki rasa empati sama sekali. Mungkin kegilaan itu hanyalah cara yang digunakan Nicole agar terlihat kuat di hadapan orang lain.
"Yah, tidak masalah, tapi lebih baik kau tidak terlalu percaya dengan sebuah rumor sebelum kau melihatnya sendiri," ujar Aditya yang direspon dengan anggukan lemah Nicole.
Mereka bertiga kemudian berjalan menuju ke rumah Aditya. Rio yang membawa motor memilih untuk menuntunnya agar bisa berjalan bersama mereka. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka mulut sampai mereka tiba di kediaman Nareswara.
"Selamat datang, Tuan Muda. Apa Anda membawa teman-teman Anda hari ini?" ujar Roni yang sedang membukakan gerbang untuk mereka. Aditya hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.
Begitu mereka masuk terlihat Mustaza yang sedang duduk di kursi teras. Nicole yang sebelumnya berwajah cerah tiba-tiba membeku diam di tempatnya. Dia masih bisa mengingat dengan jelas wajah dari salah satu orang yang paling ia sayangi.
"A-apa ini? Kenapa dia ada di sini?" Nicole berkata dengan suara lirih yang membuat Rio bingung.
Mustaza yang sebelumnya sedang membaca buku mulai mengangkat kepalanya menatap Aditya dan teman-temannya. "Kau sudah pulang, Nak?" tanyanya.
Aditya mengangguk pelan. Sepertinya Mustaza belum menyadari Nicole yang ada di sampingnya. Dia malah kembali fokus pada buku yang sedang ia baca.
"Kenapa dia tiba-tiba menangis? Apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku melakukan kesalahan?" Rio terlihat semakin bingung dengan situasi ini.
Nicole kemudian jatuh terduduk lemas di halaman rumah Aditya. Air matanya mengalir semakin deras tapi dia tidak bisa mengatakan apapun. Mustaza yang fokusnya terpecah kembali mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Aditya dan teman-temannya.
Ekspresi wajah Mustaza mendadak berubah. Ia menjatuhkan buku di tangannya kemudian bangkit dan berjalan dengan sedikit tertatih menuju ke arah Nicole. Dia hampir tidak bisa mempercayai matanya sendiri.
"Nicole. Nicole kan?" Mustaza berkata dengan suara gemetar. Ia beberapa kali hampir terjatuh karena berjalan tanpa membawa tongkatnya. Ia kemudian merengkuh tubuh kecil Nicole yang terduduk lemas di atas lantai beton. Nicole hanya menangis tanpa membalas pelukan kakeknya.
"Kenapa? Kenapa kakek tidak pernah mencariku jika masih hidup?" ucap Nicole di sela-sela tangisnya.
"Maafkan aku! Maafkan aku, Nicole! Kakekmu ini sungguh bodoh." Terlihat air mata Mustaza yang mulai menetes membasahi pipinya. Tangan Nicole mulai bergerak merangkul tubuh kakeknya. Dia tidak menyangka akan bisa melihat wajah keluarganya lagi.
Aditya merangkul bahu Rio yang masih kebingungan dan mengajaknya menjauh dari sana. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rio.
"Ceritanya panjang."
^^^Continued ^^^
selamat berkarya terus.....