Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Kecurigaan Laras
"Papa.... Alice mau Tante..." rengek Alice meski Ia sudah berada di ruang ICU akibat kondisi yang tiba-tiba drop setelah perpisahannya dengan Aruna siang tadi. Adnan hanya terdiam, tak berani berucap. Rasanya untuk memberitahu kebenaran pada Ibu dan Putrinya pun begitu berat. Ia sendiri tak bisa menerima kenyataan bahwa Aruna ternyata milik orang lain.
"Jika tahu kau milik orang, kenapa kau tak bilang? Kau memberi harapan, yang ternyata harapan semu." Batinnya berlalu dari ruangan Alice yang kini hanya ada Rahayu saja yang tengah menangis. Adnan berencana memberitahu Ibunya di waktu yang tepat. Jika saat ini, Ia takut jika Ia salah mengira. Namun, ada satu fakta yang membuatnya yakin jika Aruna sudah menikah.
"Sejak kapan? Kenapa hatiku lebih sakit saat tahu ada yang hadir dalam dirimu? Tidak mungkin jika kau belum menikah. Aku yakin kau perempuan baik-baik, Aruna." Lagi, Adnan membatin sendiri seiring langkahnya semakin jauh entah kemana.
"Dokter Adnan!" Panggil Reifan kala teman kerjanya berjalan sambil melamun melewatinya. Terlihat Adnan terkejut lalu menoleh seketika padanya.
"Dok-Dokter Reifan!" Ucapnya gugup.
"Ada apa? Kenapa melamun? Apa kondisi Putrimu tidak baik-baik saja?" Tanya Reifan kemudian. Ia tak bisa menahan rasa ingin tahunya terhadap siapapun yang terlihat memendam masalahnya sendiri.
"Tepatnya, putri dan saya sendiri yang tidak baik-baik saja Dok."
"Maksudnya?" Alis Reifan sedikit mengernyit. Ia tak bisa menerka apa arti ucapan Adnan tersebut.
"Kondisi Putri saya melemah, dan saya berhasil bertemu dengan wanita yang saya cari."
"Loh! Bukannya kamu harus senang? Kan sudah ketemu?"
"Apa yang harus dibuat senang, Dok? Dia sudah menikah." Jawaban Adnan kali ini berhasil membuat Reifan melongo lalu menggelengkan kepalanya mengingat nasib Adnan dan Rio nyaris sama persis.
...----------------...
"Aku kasih kamu izin itu untuk jalan-jalan supaya kamu gak ngerasa bosan, Aruna. Bukan untuk bertemu dengan lelaki itu lagi. Bagaimana pun, kamu istri saya, dan kamu sepenuhnya milik saya." Ujar Aryan setelah keduanya memasuki kamar, dan setelah sepanjang hari Aryan tak berbicara sedikitpun pada Aruna yang berusaha membujuknya agar tak salah faham. Ya, yang menghubungi dan menjemput Aruna memanglah Aryan kala itu. Pantas saja jika Aruna terlihat panik sekaligus lega karena bisa menghindari Adnan secepatnya.
"Aku gak tahu Mas Adnan ada di sana juga, Mas. Aku sama Bi Ima emang mau makan, dan tiba-tiba Alice datang dan peluk. Aku sama sekali gak tahu, Mas." Jelas Aruna dengan sungguh-sungguh. Ia benar-benar tak ingin membuat Aryan terus mencurigainya.
"Kalau kamu gak bisa buat saya percaya, lebih baik kamu diam saja di rumah, Aruna. Saya tidak izinkan kamu untuk keluar lagi. Meski kita menikah karena perjodohan, saya juga masih punya rasa cemburu. Apa lagi kamu itu Istri saya."
'Deg!'
Entah harus kecewa atau senang Aruna mendengar pengakuan Aryan tersebut, Ia benar-benar merasa sedikit tak yakin jika Aryan memiliki rasa cemburu terhadapnya.
"Mau aku jelaskan bagaimana lagi, Mas? Aku benar-benar gak tahu kalau Mas Adnan di sana. Sebenarnya aku juga menghindari Mas Adnan dan Alice." Jelasnya lagi. Namun Aryan tak mudah mempercayai Aruna. Ia memilih diam lalu beranjak dari tempatnya meninggalkan Aruna sendiri di dalam kamar yang mulai merasa bersalah sekaligus sedih akan sikap Aryan yang tak mempercayainya. Apa gunanya pernikahan jika diantara mereka tak ada yang saling mempercayai?
...----------------...
Langkah ringan dengan hak tinggi menambah keanggunan seorang Gita ketika Ia melewati beberapa tamu yang tengah menyantap makanan mereka di sebuah cafe. Hari ini, Gita diminta menemui Laras yang sepertinya ingin membicarakan sesuatu.
"Laras.. sudah lama?" Tanyanya seraya duduk di seberang sang sahabat yang sudah stay di mejanya.
"Lumayan, tapi gapapa. Aku udah pesan minuman sama camilan kesukaan kamu."
"Emmmm makasih. Eh tapi tumben cuma berdua? Ajeng sama Maya kemana?" Mendengar pertanyaan Gita tersebut, Laras memilih diam tak berniat menjawabnya. Setelah menghela nafas beberapa kali, Aras meraih tangan Gita lalu menatapnya dengan tajam.
"Git! Kamu mau percaya sama aku atau enggak, terserah kamu. Tapi, aku bilang ini karena aku lihat dengan mata kepala aku sendiri." Ujarnya kembali diam dan menghela nafas sesaat.
"Apa sih? Kok serius gitu?" Tanyanya lagi. Ia semakin penasaran akan apa yang hendak Laras katakan. Tentang apa? Dan mengapa tidak langsung dijelaskan?
"Aku lihat Aryan sama perempuan lain. Mereka naik mobil, dan kayaknya mereka dekat. Git. Aku yakin Aryan selingkuh." Kali ini, penjelasan Laras terdengar sedikit tegas. Namun, bukannya ikut curiga dan kesal, justru Gita tertawa menanggapi hal itu.
"Laras... Mas Aryan lagi kerja. Dia gak pernah keluar kantor kalau bukan urusan kerjaan. Kamu salah lihat kali."
"Aku serius Gita... kamu gak percaya banget sih?"
"Gak mungkin ah. Mas Aryan lagi kerja kok. Dia lagi ada proyek yang mengharuskan untuk stay di kantor." Jelas Gita meski hatinya berkata bukan.
"Maaf Laras. Bukannya aku berniat bohongi kamu. Tapi aku belum siap jujur kalau Mas Aryan menikah lagi, dan ini terjadi karena permintaanku. Maaf Laras. Dan makasih kamu sudah khawatir tentang rumah tangga aku. Sampai kesalahan sekecil apapun yang kamu temukan pada Mas Aryan, kamu selalu melihatnya. Nanti jika waktunya tepat, aku akan kasih tahu kamu semuanya." Batin Gita meratapi apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Poligami bukanlah hal yang mudah bagi seorang wanita untuk memberi izin pada suami. Meski tanpa cinta, namun waktu yang akan merubah setiap manusia. Baik perasaannya ataupun perilakunya. Gita merasa jika saat ini Aryan mulai sangat memperhatikan Aruna. Cinta memang akan datang diwaktu yang tak bisa Ia tentukan.
"Mungkin aku terlalu khawatir Git. Maaf ya!" Ujar Laras kemudian. Gita membalas genggaman tangan sahabatnya dan keduanya sama-sama tersenyum getir kala pandangan mereka bertemu.
"Makasih. Kamu udah perhatian sama aku. Makasih, kamu udah peduli sama aku. Tapi, selama aku percaya sama Mas Aryan, aku gak perlu mengkhawatirkan apapun." Bukan hanya senyuman, namun suara Gita terdengar gemetar ketika mengucapkan kalimat tersebut.
"Kamu sahabat aku Git. Aku gak mau kamu ngerasain apa yang orang-orang rasain. Aku akan jadi garda terdepan kalau memang Aryan menduakan kamu, Git." Gita terdiam, Ia mengangguk dengan memaksakan senyum menyanggah segala perasaannya yang berkecamuk. Ingin memberitahu dunia jika dirinya tidak baik-baik saja, namun Ia juga tak ingin merusak suasana karena dirinya tak bisa memberikan apa yang diinginkan Ibu mertuanya.
"Apa aku akan seperti orang-orang? Mengandung janin, menimang bayi, menggendong anak? Apa aku akan merasakan kebahagiaan seperti itu?" Batin Gita mulai menatap objek di depannya tanpa berkedip.
...-bersambung...
jd cerai
trus ketemu adnan
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..