NovelToon NovelToon
VAMPIR

VAMPIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Vampir
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.

Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.

Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 Gadis Itu Tumbuh Remaja

Sepuluh tahun telah berlalu...

"Nobel ! Cepatlah ! Aku terlambat ini !" teriakan Cornelia dari arah luar rumah.

Nobel terburu-buru melangkah ke arah luar saat Cornelia memanggilnya.

Tampak berdiri seorang gadis cantik diluar rumah, rambutnya yang indah tergerai melambai-lambai tertiup angin sedangkan senyumnya terlihat manis disudut bibirnya yang merekah sempurna.

Nobel berjalan keluar rumah dengan langkah cepat.

Sorot matanya lembut saat melihat Cornelia menunggunya diluar rumah.

"Ayo, Nobel ! Kita segera pergi, ada wawancara kerja ditempat toko kue !" ucap Cornelia sembari melambaikan tangannya ke arah Nobel.

"Ya, ya, ya, tunggu sebentar, aku masih berjalan sekarang", sahut Nobel sambil berjalan menuju luar rumah.

Cornelia berjalan keluar halaman rumah sambil menenteng tas ditangannya.

Langkahnya ringan saat berjalan pergi sedangkan Nobel mengikuti langkah kaki Cornelia dari arah belakang sambil memayungi dirinya dengan payung seperti biasanya.

Senyum cerah tergambar dari raut wajah Cornelia saat berjalan pergi.

Suara senandung kecil terdengar dari bibirnya yang selalu tersenyum ceria itu.

"Kita bisa mendapatkan makanan gratis dari toko kue jika aku berhasil bekerja disana", ucap Cornelia sembari mengayunkan tangannya ceria.

"Hmmm..., bagus juga idemu itu...", ucap Nobel menanggapi ucapan Cornelia.

"Apa kau ingat besok hari ulang tahunku ?" kata Cornelia sembari melirik ke arah Nobel yang berjalan dibelakangnya.

"Hmmm..., iya..., aku ingat...", sahut Nobel dari balik syal tebal yang melingkari wajahnya.

Cornelia tersenyum senang sedangkan pancaran kebahagiaan tergambar jelas diwajahnya yang cantik jelita.

"Kalau begitu, hadiah apa yang kamu siapkan untukku nanti di hari ulang tahunku ?" tanya Cornelia.

Cornelia berjalan mundur sambil menghadap lurus ke arah Nobel yang berjalan mengikutinya.

"Aku belum memikirkannya...", jawab Nobel.

"Benarkah !?" ucap Cornelia sambil mengerlingkan kedua matanya.

"Hadiah apa yang kau inginkan di hari ulang tahunmu ?" tanya Nobel sembari memperhatikan ke arah Cornelia.

"Mmm.... !? Apa ya !?" sahut Cornelia sambil menggerakkan bola matanya ke arah kanan dan kiri secara bergantian.

"Coba sebutkan !" ucap Nobel.

Cornelia tertawa riang lalu memutar tubuhnya ke arah depan kemudian berjalan kembali.

Sesekali langkah kakinya berlari kecil serta terlihat ceria, terlihat jika dia sedang senang hatinya saat ini.

"Kau pasti tahu apa yang kuinginkan", ucap Cornelia.

Tiba-tiba Cornelia menghentikan langkah kakinya sembari menghadap lurus ke arah Nobel yang berjalan tak jauh darinya.

Nobel langsung berhenti dan berdiri didepan Cornelia sembari berpikir dengan maksud ucapan gadis cantik itu.

"Hal yang kau inginkan...", ucap Nobel.

"Benar, hal yang paling aku inginkan darimu", sahut Cornelia seraya mengangguk cepat.

"Apa ?" ucap Nobel dengan sorot mata serius.

Cornelia tersenyum samar tapi senyumnya menyiratkan akan kesedihan hatinya yang selama ini dia pendam.

Kerinduan terhadap Lakas yang pernah menolongnya hingga merawatnya.

"Kau pasti tahu hal yang paling kurindukan selama hampir sepuluh tahun ini...", kata Cornelia.

"Ya... !?" sahut Nobel sembari menaikkan kedua alisnya ke atas.

Nobel masih menatap lurus ke arah Cornelia sedangkan sorot matanya menyiratkan pengertian.

"Apa kau merindukan Lakas ?" tanya Nobel tanggap.

Cornelia tidak langsung menjawab pertanyaan Nobel, dia hanya diam berdiri sambil menatap sendu ke arah Nobel.

Jelas-jelas pandangan Cornelia menyimpan kerinduan yang dalam dihatinya terhadap Lakas yang selama ini, berpisah lama dengannya hingga sepuluh tahun.

Senyum tipis mengembang penuh disudut bibir milik Cornelia, namun, senyumnya menyiratkan dia sangat merindukan Lakas.

"Sudah hampir sepuluh tahun..., dan aku sudah berusia 16 tahun sekarang, bisakah aku segera bertemu dengannya...", ucap Cornelia.

Nobel terkesiap diam, sorot matanya berubah dingin.

Kata-kata yang diucapkan oleh Cornelia menyentuh dasar hatinya yang paling dalam jika mengingat kerinduan Cornelia terhadap Lakas.

Sudah saatnya dia memberikan Cornelia kepada Lakas sebagai calon pengantin perempuannya.

"Cornelia...", gumam Nobel dengan hati was-was.

Sebenarnya Nobel tidak tega melepaskan Cornelia dan memberikannya kepada Lakas sebagai tempat donor darah untuk asupan Lakas setelah pangeran vampir itu bebas nantinya.

Nobel ingin menyelamatkan Cornelia dari Lakas dan membebaskannya, tapi sayangnya hal itu tidak mungkin terjadi sebab Lakas telah meminum darah milik Cornelia yang akan menjadikannya sebagai tempat sang vampir untuk terus menghisapnya.

Keinginan kuat untuk menjauhkan Cornelia sempat terpikirkan oleh Nobel.

Namun, takdir telah ditetapkan untuk Lakas dan Cornelia menjadikan mereka berdua pasangan resmi saat keduanya dipertemukan kembali setelah sepuluh tahun lamanya terpisah.

Dimana Lakas tidak akan pernah terpisahkan lagi dengan Cornelia untuk selama-lamanya.

Nobel sedikit terharu dengan perjuangan serta pengorbanan mereka berdua, dimana Cornelia harus berjuang untuk tetap tangguh hidup tanpa kehadiran Lakas disisinya sedangkan Lakas sendiri harus terkurung didalam peti matinya hingga bertahun-tahun lamanya tanpa pernah melihat Cornelia dalam wujud nyata.

"Apa kau sangat menginginkannya ?" tanya Nobel dengan sorot mata tajam saat melihat ke arah Cornelia.

"Ya, tentu saja...", sahut Cornelia.

Tampak bibir Cornelia bergetar pelan ketika dia berbicara.

"Yah, aku merindukannya...", ucap Cornelia dengan kedua mata berkaca-kaca.

Nobel mendesah pelan dengan hati terharu.

"Baiklah...", sahut Nobel sambil menundukkan kepalanya ke bawah lalu berjalan menghampirinya.

Nobel berdiri sambil menatap Cornelia dari bawah payungnya yang teduh.

"Aku akan mempertemukan kalian berdua dan aku berjanji akan menepatinya", ucap Nobel.

"Benarkah kau akan mempertemukan aku dengannya ?" tanya Cornelia dengan kedua mata berkaca-kaca menahan kerinduan yang dalam.

"Ya..., aku janji padamu...", sahut Nobel sambil menganggukkan kepalanya.

Nobel tersenyum ke arah Cornelia.

"Apa kita jadi ke toko kue ?" tanya Nobel dari balik syal tebalnya.

"Ya, tentu saja", sahut Cornelia seraya tersenyum ceria.

Nobel mengangguk pelan dari bawah payungnya yang menaunginya lalu berjalan mendahului Cornelia.

"Ayo pergi, nanti terlambat ke wawancara kerja !" perintah Nobel yang berjalan cepat.

Tampak wajah Cornelia sangat senang ketika mendengar kata-kata Nobel. Dia ikut berjalan mengikuti langkah kaki Nobel dari arah belakang.

Cornelia setengah berlari saat mengejar langkah Nobel yang berjalan didepannya.

Sekitar sejam kemudian...

Cornelia telah duduk didepan dua orang laki-laki dan wanita yang hendak mewawancarainya.

Disisi lain, Nobel duduk dengan kaki menyilang ke depan sedangkan pandangannya terarah kepada dua orang didekat Cornelia.

Melihat Nobel, dua orang pewawancara itu langsung bergidik ngeri.

"Apa kau tidak melihat sinar dimatanya yang menyorot tajam pada kita ?" tanya laki-laki dalam balutan busana kemeja merah.

"Siapa yang kau maksudkan itu ?" tanya wanita pewawancara.

"Laki-laki yang mengantar gadis ini, yang duduk disana", sahut laki-laki berbaju merah sambil melirik ke arah Nobel.

"Dia ?" tanya wanita didekatnya.

Laki-laki pewawancara berkemeja merah itu mengangguk cepat saat temannya menanyakan tentang Nobel.

Wanita itu lalu menoleh ke arah Nobel dengan hati-hati.

"Dia sedikit aneh tapi dia terlihat baik, tidak usah kau pedulikan dia", ucap wanita itu meski dia berkata demikian namun perasaannya sedikit ngeri saat Nobel menatapnya tajam.

"Apa kita perlu lanjutkan wawancara ini ?" tanya laki-laki berbusana merah itu.

"Menurutmu bagaimana sebaiknya ?" tanya wanita yang duduk didekatnya sambil melirik ke arah Nobel.

"Terserah saja, diteruskan atau tidak, kurasa baik-baik saja semuanya", sahut laki-laki pewawancara.

"Apa kita terima gadis ini saja tanpa banyak mewawancarainya ?" kata wanita itu sambil menoleh ke arah Cornelia.

Suasana mendadak sangat tegang serta mencekam, udara yang tadinya baik-baik saja berubah menjadi sangat pengap.

Dua orang pewawancara saling berpandangan satu sama lainnya, terlihat mereka sedang ketakutan.

"Kita terima saja gadis muda ini sebagai pekerja baru ditoko kue ini, aku sudah merasa tidak enak sedari tadi, mendadak bulu kudukku meremang semua", ucap laki-laki berkemeja merah itu.

"Kalau begitu kita sudahi saja wawancara hari ini dan kita kasih tahu pada gadis ini agar datang besok pagi untuk mulai bekerja", sahut wanita berbusana kotak-kotak kuning sambil mengusap-usap kedua lengannya.

"Yah, baiklah, kita terima dia sebagai pekerja di toko kue ini", kata laki-laki berkemeja merah sambil menggosok tengkuk lehernya.

"Baiklah, aku akan mengatakan pada gadis muda ini", ucap wanita berbusana kotak-kotak kuning itu pada rekannya itu lalu dia menoleh kembali ke arah Cornelia yang masih duduk dihadapan mereka sambil menatapnya serius.

1
ano
romantisnya
ano
hiii serem thor
Anonymous
ini novel bener-bener nyeremin Thor
Reny Rizky Aryati, SE.: 🧛 tidak juga, tidak seram kok
total 1 replies
ano
kenyen thor 🙀
Reny Rizky Aryati, SE.: 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
total 1 replies
Reny Rizky Aryati, SE.
jangan takut ! 🥺
Reny Rizky Aryati, SE.
jangan takut !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!