Ellios atau Kai??
bagaimana jika dua jiwa itu ada dalam satu nyawa?
penyamaran yang awal nya dibuat untuk sekedar candaan, tiba-tiba berubah menjadi sebuah pilihan penting dalam hidup nya.
semua karena "CINTA"!
ya, itulah alasan kenapa tubuh itu harus memilih jiwa mana yang akan dia pertahankan.
akankah sebuah cinta menemui jalan nya?,
atau justru takdir yang akan menyeretnya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clayra sarka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sidang meja makan
"papa sangat menyayangimu Ellios. harta berharga papa hanya kau saja di dunia ini. papa memang tidak bisa menunjukan langsung bagaimana cinta papa padamu, tapi papa punya cara sendiri nak. cara papa untuk menyayangimu"
mendengar ucapan sang papa, Ellios semakin mengeratkan lagi pelukan nya. bahkan tanpa disadari oleh Darwin, Ell mencoba menghapus buliran air mata yang masih menetes
"tolong jangan pergi dari rumah ini. papa tidak bisa melihatmu kelaparan diluaran sana. papa tidak mau kau sakit"
"paa, Ell ingin mandiri. Ell juga ingin tau bagaimana rasanya mencari uang sendiri"
setelah melepas pelukan nya, Ellios kini kembali menatap hangat kearah laki laki gagah di depan nya ini.
"nanti akan ada masanya kamu bekerja. sekarang fokuslah belajar. cari ilmu sebanyak mungkin. papa tidak mau anak kesayangan papa nilai sekolah nya dipertaruhkan"
"memang nya papa pernah lihat Ell mengecewakan? meski Ell sering pulang malam atau berkeliaran tidak jelas, memang nya Ell pernah memiliki nilai dibawah 90?"
perbincangan pun kembali menghangat. bahkan sosok Darwin mulai mengukir senyum nya ketika melihat kepolosan Ellios yang mengungkapkan pengakuan nya tersebut.
"hahaha... iya iya, anak papa memang tidak pernah gagal. yasudah papa izinkan kamu hidup mandiri, tapi ada 3 persyaratan yang harus kamu lakukan jika ingin hidup mandiri diluaran sana"
"apa?"
"pertama, papa harus tau dimana kamu tinggal dan jangan menyembunyikan apapun dari papa. kedua, Ell harus tetap sering berkunjung ke rumah. meski tidak harus menginap tapi Ell harus sering pulang. dan terakhir, papa akan tetap mengirim anak buah papa untuk menjagamu dari jauh"
"untuk persyaratan pertama dan kedua Ell sangat bisa memenuhi nya paa. tapi untuk yang ke tiga, apa tidak bisa diganti persyaratan nya? Ell tidak bebas jika harus diawasi"
"kamu tenang saja. papa akan menyuruh dia mengawasimu dari jauh. papa tidak ingin terjadi hal hal buruk padamu. Ell lupa pekerjaan papa apa? papa sering tinggal di luar kota, tidak setiap hari di sini nak"
"baik. Ell terima tapi paa, Ell juga minta satu hal pada papa, boleh?"
"apa yang tidak untuk putri kesayangan papa ini"
"tolong sembunyikan jati diri Ellios sebagai anak papa. dan sebaliknya, Ell juga akan rahasiakan tentang jati diri papa"
mendengar permintaan Ellios yang terkesan sedikit aneh, jelas saja Darwin langsung mengerutkan kedua alisnya.
"bagaimana bisa papa tidak diizinkan memperkenalkan kamu di lingkungan kerja papa,? sedangkan jelas penerus papa kelak adalah kamu nak"
'aku masih yakin papa tidak mengerti tentang dunia kedua ku sebagai seorang berandalan. yang papa tau hanya tentang keluyuran ku saja. karena itu aku tidak akan membiarkan nama papa tercoreng akibat ulah ku'
"Ell mohon paa. bukankah Ell ingin mandiri? setidaknya biarkan Ell berkembang dulu dengan cara Ell sendiri"
"bagaimana bisa papa bekerja mati matian untuk mendapat tempat bagus di dunia bisnis, dan kamu malah tidak ingin diperkenalkan sebagai anak dari seorang Darwin Oscar"
"Ell ingin sukses seperti papa. tapi dengan nama Ell sendiri. bukankah lebih baik kita bertemu di titik sukses sama sama paa?"
entah kalimat Ell mana yang membuat Darwin akhirnya bisa tersenyum lagi kearah putrinya. kali ini Darwin tak segan mengusap lembut pucuk kepala Ellios.
"baik. buktikan pada papa jika Ell bisa mandiri. papa akan tarik semua fasilitas kamu. tapi jangan senang dulu, waktu Ell membuktikan hanya sampai batas bangku SMA. jika setelah itu Ell masih gagal, maka mau tidak mau kamu harus ikut papa mengolah perusahaan Oscar. setuju??"
sebuah uluran tangan panjang dan berotot langsung ditujukan Darwin di depan Ellios.
"setuju"
tanpa banyak ba bi bu Ell langsung menjabat tangan papa nya seraya tersenyum sangat bahagia.
disisi lain, mbok Ijah yang sejak tadi hanya memperhatikan interaksi antara anak dan bapak ini kini kembali menitikan air matanya, namun bukan untuk rasa sedih, melainkan haru yang berubah bahagia.
"si mbok masih nangis?"
Ell yang melihat si mbok nya mengusap air mata, langsung lah kembali menghampiri wanita tersebut.
"tidak usah nangis lagi mbok Ijah. Ell tidak keluar rumah. dia hanya belajar mandiri. biarkan dia hidup dengan cara nya sendiri. bagian kita hanya mendukung mbok"
suara Darwin tak lagi setegang tadi, bahkan laki laki ini sudah lebih sering menunjukan senyum nya kearah lawan bicara nya.
"saya tidak menangis sedih tuan Darwin, non Ellios. tapi si mbok hanya terharu, akhirnya hubungan keluarga ini kembali menghangat seperti saat nyonya Linda masih hidup"
"semua hanya salah paham mbok. dan ini murni kesalahan saya. saya terlalu menyepelekan keadaan sampai tidak menyadari perasaan putri kesayangan ku"
"sudah pa. jangan dibahas lagi. yang penting ini sudah selesai salah paham nya. Ell juga minta maaf jika selama ini terlalu durhaka pada papa"
"papa tidak pernah menganggap mu demikian. Ellios tetaplah putri kesayangan keluarga Oscar. sampai kapan pun"
Greepp....
lagi lagi Ell dibawa kedalam pelukan Darwin. dan jelas saja Ellios tidak akan pernah menolak dekapan hangat dari papa nya tersebut, sebuah dekapan yang selama ini jarang sekali dia dapatkan dari sosok cinta pertama nya ini.
singkat cerita akhirnya perang dingin antara anak dan bapak yang sudah berlangsung cukup lama inipun selesai dengan rasa saling memaafkan. Ellios maupun Darwin sudah mulai membangun keakraban mereka. seperti pada saat ini ketika Darwin memilih untuk tidur satu kasur dengan sang putri semata wayang nya. bahkan ke duanya mulai membicarakan hal hal kecil yang tak jarang diselingi tawa antara Ellios maupun Darwin.
*****
Keesokan paginya.
POV ELLIOS
"hoooamm...."
meski aku menguap dengan mata yang masih tertutup, namun samar samar aku sudah terusir dari dunia mimpiku. tapi yang tidak aku mengerti adalah kenapa aku masih merasakan rasa dingin disekujur tubuhku sejak tadi, bahkan rasa dingin ini tadi sampai di dunia mimpiku.
"si mbooookkk..... ac nya rusak kah? Ell dingin mbok"
tanpa berniat membuka mataku aku merancu seperti biasa. karena sudah hal biasa jika setiap aku baru bangun, si mbok selalu sudah berada di kamar ini.
"bangun nak, ini sudah jam setengah 6. Ell tidak sekolah?"
SRAKK!!!
aku langsung melonjak kaget saat suara lembut yang menyahut bukan lagi dari suara wanita. tapi ini suara laki laki yang sudah familiar juga di telingaku.
seketika dengan penuh perjuangan aku mulai membuka mataku sepenuhnya, mencoba mencari dimana letak sumber suara tersebut.
dan tidak perlu waktu lama, pandangan ku langsung terkunci pada sosok laki laki berbadan tegap yang sudah duduk gagah di sofa kamar ku seraya menatapku dengan senyuman manis nya.
"papa???"
aku masih mencoba menelan kenyataan ini pelan pelan. karen rasanya seperti mimpi disaat pertama kali aku membuka mataku, yang kulihat adalah sosok papa. selama bertahun tahun ini aku tidak pernah merasakan bahagia seorang anak perempuan seperti pada umumnya.
"iya Ell? papa disini. ayo bangun, temani papa sarapan. kita sudah ditunggu mbok Ijah dan yang lain nya dibawah"
setelah mengucapkan kalimat itu, papa terlihat bangkit dan berjalan kearah ku
"tapi Ell belum mandi paa"
"ini masih setengah 6 kurang. kita sarapan dulu lalu Ell mandi"
"yasudah Ell ikut saja. tapi Ell kumur dan cuci muka dulu"
"papa tunggu dibawah"
"iya paa"
akhirnya dengan masih menggunakan piyama tidur berwarna hitam ini, aku mulai berjalan kearah kamar mandi lebih dulu, sedangkan papa sudah berjalan keluar dari kamarku.
ini masih seperti mimpi. papa? sikap papa sudah berubah total. sekarang aku kembali merasakan bagaimana mempunyai keluarga. kasih sayang cinta pertamaku akhirnya kembali pulang di rumah ini. jika papa sudah bisa berubah untuk ku, maka aku juga harus serius untuk mengembangkan diriku. hari ini aku harus kembali menemui Egi dan yang lainnya. kita harus segera membicarakan masalah usaha rental.
seolah pagi ini aku menemukan sebuah energi positif yang sangat besar. semangatku terisi full dan ide ide di otak ku mulai berkembang lebih pesat lagi. rencana rencana tentang usaha rental tiba tiba mulai membengkak sampai niat untuk menerima jasa home service alat elektronik tiba tiba muncul di list keinginan ku.
"aku bisa memperbaiki alat alat elektronik. bahkan sampai komputer sekalipun. kenapa tidak aku coba membuka usaha itu? toh alat alat nya hampir sama dengan di bengkel. tinggal menambah beberapa komponen listrik lagi"
setelah puas dengan segala imajinasi ku, aku langsung segera membasuh wajah dan membersihkan mulutku.
setelah aktifiitas itu selesai, aku putuskan untuk langsung berjalan kearah pintu kamar dan segera menuju ruang makan.
"pasti papa sudah menunggu dibawah"
gumam ku yang mulai menuruni satu persatu anak tangga ini.
saat pijakan kaki ku telah menginjak lantai paling dasar, langsung saja aku menuju pada segerombolan manusia yang ternyata sudah duduk di meja makan bersama papa. meski sedikit heran dengan penampakan ini, dimana semua penghuni rumah sepagi ini sudah ikut duduk dan berkumpul di meja makan. bahkan pak Jo dan pak To yang biasanya spesialis bagian belakang, kini sudah rapi dan duduk di meja makan bersama kami.
"tumben kumpul semua?"
ucapku setelah mendekat kearah papa. dan papa membalas hal itu hanya dengan senyuman manisnya saja. begitupun juga si mbok dan bapak bapak ini.
"duduk dulu nak sini"
sebuah kursi kosong tepat disamping papa langsung ditatakan oleh dirinya sendiri untuk ku. aku yang sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi ini akhirnya langsung menempati posisi tersebut
"apa ada masalah paa? kenapa sampai mengumpulkan mereka disini?"
aku masih mencoba menatap satu persatu penghuni kursi di meja makan ini. hidangan yang begitu banyak dan tatapan bermacam macam yang mereka tunjukan, membuatku semakin tidak mengerti keadaan sekarang ini.
"papa sengaja mengumpulkan mereka untuk mengatakan hal penting tentang mu. tentang keluarga ini dan tentang kita semua"
"paa, bisa dipersingkat tidak? Ell tidak paham ini ada apa?"