"Brakk" dengan kasar Delia mendorong pintu kamar itu hingga terbuka lebar.
"Wow.. ini namanya makan ketupat pakai opor, pengkhianat bertemu pelakor. Pengkhianat memang cocok dengan pelakor,"
"Tahu apa kamu? Talitha adalah istriku. Aku sudah menikahi dia secara agama sebelum aku menikah sama kamu hari ini," ucap Zico membuat Delia membulatkan matanya.
Zico berniat menikahi Talitha, gadis yang pernah menyelamatkan nyawanya. Namun Delia mengadukan tentang keburukan Talitha, pada orang tua Zico, hingga Zico dipaksa menikah dengan Delia yang sudah sejak SMA tinggal bersama orang tuanya karena tak lagi memiliki keluarga.
Zico berusaha membuat Delia menyerah menjadi istrinya. Ia tidak memperlakukan Delia selayaknya seorang istri.
Akankah Delia bertahan dengan Zico? Apakah Zico akan tetap menyukai Talitha yang pernah menyelamatkan nyawanya?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Galau Sendiri
Marcell dan Ingrid hanya bisa menghela napas panjang melihat Zico yang pergi meninggalkan mereka bertiga karena kalah suara dan tidak bisa melarang Delia bekerja di perusahaan teman lamanya.
"Del, kamu belum mau merubah penampilan kamu?" tanya Ingrid yang berharap Delia merubah penampilannya agar Zico menyukai Delia.
"Nanti saja, ma," sahut Delia yang masih enggan merubah penampilannya.
"Kamu jangan kalah sama istri siri Zico, Del. Penampilan kamu bakal memengaruhi penilaian Zico sama kamu. Sudah jadi rahasia umum kalau laki-laki itu makhluk visual, sehingga mereka akan menilai sesuatu dengan cara subjektif. Inilah alasan paling utama mengapa kebanyakan laki-laki memilih perempuan berdasarkan fisik. Meski standar ‘cantik’ perempuan pada setiap laki-laki akan berbeda, sisi rasional yang mereka miliki membuat mereka menjadi makhluk yang menilai berdasarkan fisik. Beda dengan kita kaum wanita. Kita para wanita dalam hal s3ksuall memang cenderung tidak terlalu memperdulikan visual laki-laki. Kita lebih menyukai hal-hal seperti perhatian dan perlindungan. Hal ini berkaitan dengan saat sedang hamil kondisi fisik kita terus menurun dan mood kita tidak pasti. Oleh karena itu, laki-laki romantis, humoris, penyayang, pengertian, perhatian dan lain-lain lebih kita sukai. Dan laki-laki pekerja keras yang telah memiliki pekerjaan pasti kita anggap telah memenuhi syarat minimal perlindungan," ujar Ingrid panjang lebar.
"Benar kata mamamu, Del. Papa pikir kamu memang harus merubah penampilan kamu. Meskipun rasa cinta itu bukan semata tentang visual, tapi tidak bisa dipungkiri, saat pertama kali bertemu seseorang kita pasti memerhatikan visualnya. Lagian, nggak salah, kok, dandan buat suami sendiri. Malah dapat pahala. Berpenampilan menarik di depan suami itu hal sederhana yang bisa menyenangkan hati suami," timpal Marcell.
"Iya, aku akan usahakan ma, pa," sahut Delia patuh.
"Ya sudah, kamu istirahat dulu sana. Biar besok di hari pertama kerja tubuh kamu fit," saran ingrid.
"Iya,.ma. Aku balik ke kamar, ya, ma, pa?" pamit Delia.
"Iya," sahut Ingrid.
"Hum," sahut Marcell.
Sepasang suami-isteri itu menghela napas panjang menatap Delia yang meninggalkan ruangan makan.
"Sepertinya Zico cemburu sama Delia," celetuk Ingrid.
"Sudah jelas dia cemburu, Yang. Kalau dia nggak cemburu, mana mungkin dia melarang Delia bekerja," sahut Marcell.
"Itu bagus, berarti Zico sudah mulai menyukai Delia. Dengan membuat Zico merasa cemburu seperti ini, mungkin akan membuat Zico semakin menyukai Delia. Tapi.. seberapa tampan pemuda itu, ya, Yang? Coba kamu selidiki teman lama Delia itu," pinta Ingrid.
"Nanti aku suruh Boby dan Dandy untuk menyelidikinya. Sebenarnya, bagus juga membuat Zico cemburu seperti ini, tapi kalau teman Delia ini ada rasa sama Delia dan Delia terpikat pada teman lamanya ini, maka hal ini akan jadi boomerang bagi kita. Niat hati pengen bikin Zico cemburu, salah-salah malah bikin kita kehilangan menantu," sahut Marcell.
"Kanu benar, Yang. Kalau Zico menghina Delia terus dan membuat Delia merasa tak nyaman berada di sisinya, ini bahaya, Yang. Apalagi kalau teman lamanya Delia itu bisa membuat Delia merasa nyaman," sahut Ingrid menghela napas panjang.
"Kita hanya punya waktu satu tahun. Jika dalam waktu satu tahun mereka tak bisa saling mencintai, kemungkinan besar kita akan kehilangan Delia. Sayang sekali jika harus kehilangan anak itu," sahut Marcell ikut menghela napas panjang.
"Kita harus berusaha agar Delia tetap menjadi menantu kita, Yang," ucap Ingrid yang sudah terlanjur menyukai Delia dan menganggap Delia seperti putrinya sendiri.
"Menurut mama, kalau Delia hamil, apa ia akan bertahan di sisi Zico?" tanya Marcell menatap istrinya.
"Kemungkinan besar akan bertahan, pa," sahut Ingrid.
"Kalau begitu, kita harus mencari cara agar Delia cepat mengandung," ujar Marcell yang merasa tak ada wanita yang cocok menjadi istri Zico selain Delia.
*
Sementara itu Zico yang sudah berada di dalam kamarnya terlihat kesal. Ia benar-benar merasa tak senang Delia bekerja pada Andri.
"Sial! Papa dan mama malah mendukung Delia bekerja," umpat Zico membuang napas kasar karena tak bisa mencegah Delia bekerja.
Zico duduk di ranjang meluruskan kakinya dan memangku laptopnya. Pemuda itu mulai bekerja dengan laptopnya
Tak lama kemudian Delia masuk ke dalam kamar, lalu menggelar karpet bulu, mengambil selimut dari walk in closet dan mengambil bantal dari atas ranjang.
Delia merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu membelakangi ranjang tempat Zico berbaring, lalu menutup tubuhnya dengan selimut hingga batas dada.
Zico yang sedari tadi memerhatikan Delia pun membuang napas kasar melihat Delia tak bicara sepatah katapun pada dirinya.
"Kamu sengaja, 'kan, mencari dukungan dari mama dan papa agar bisa bekerja di tempat teman lama kamu itu?" tanya Zico masih tidak rela Delia bekerja, apalagi pada seorang pria yang yang terlihat menyukai Delia.
Delia tak merespon pertanyaan Zico, dan memilih memejamkan matanya. Ia tak ingin lagi berdebat dengan Zico.
"Kamu dengar tidak? Aku sedang bicara sama kamu. Jangan pura-pura tidur!" sergah Zico yang merasa kesal karena pertanyaannya tidak di respon Delia.
"Aku capai, mau tidur. Aku malas berdebat dengan kakak. Semenjak menikah dengan kakak, hidupku jadi tidak tenang,"ujar Delia tanpa mau menatap, apalagi membalikkan tubuhnya menghadap Zico.
"Kalau kamu tak ingin kita berdebat terus, jangan membangkang padaku. Kamu adalah istriku, jadi..."
"Istri di atas kertas," ucap Delia memotong kata-kata Zico seraya membalikkan tubuhnya menatap Zico, "Kakak bilang begitu, ',kan?Jadi, sebagai suami di atas kertas,, kakak jangan terlalu mengatur hidupku," tukas Delia, lalu beranjak dari tempatnya berbaring hendak mengambil handphone dan headset.
"Ta..tapi selama kita masih suami istri, walaupun itu hanya di atas kertas, kamu tidak boleh menjalin hubungan dengan pria lain!" sergah Zico beralasan.
"Siapa juga yang menjalin hubungan dengan pria lain? Aku bekerja, bukan menjalin cinta. Tapi..aku akan mulai mencari pria yang bisa aku jadikan suami yang baik setelah kita bercerai nanti," ucap Delia tak ingin dituduh macam-macam.
"Kau.."
Zico tak melanjutkan kata-katanya saat Delia menutup telinganya dengan headset bertepatan dengan sebuah panggilan yang masuk di ponselnya.
"Halo, Kak!" sapa Delia dengan suara ceria pada si penelpon.
"Gimana? Beneran jadi, 'kan, besok pagi?" tanya pria yang tak lain adalah Andri dari sambungan telepon yang hanya bisa di dengar oleh Delia.
"Jadi, dong! Kesempatan baik seperti ini, mana mungkin aku lewatkan," sahut Delia kembali membaringkan tubuhnya di atas karpet membelakangi ranjang tempat Zico berbaring.
"Okey, besok aku tunggu kamu di pintu masuk gedung tempat kita bekerja," ujar Andri.
"Nggak perlu nunggu aku di depan pintu utama, Kak. Masa bos menunggu dan menyambut karyawannya," sahut Delia terkekeh kecil membuat kepala Zico berasap.
"Ya udah, kita ketemu besok di kantor. Bye!" ucap Andri mengakhiri panggilan.
"Bye.." sahut Delia mengakhiri panggilan dengan wajah cerah.
"Gadis ini.." geram Zico yang merasa kesal melihat Delia begitu senang berbicara melalui sambungan telepon dengan pria lain.
Namun sayangnya Delia tidak mendengar geraman Zico, karena telinganya sudah di sumpal dengan headset.
Zico melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali melirik ke arah Delia. Pemuda itu menutup laptopnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia meletakkan laptopnya di atas nakas. Zico melepaskan kaus oblong yang dipakainya hingga hanya menyisakan celana pendek saja yang membalut tubuhnya. Ia membaringkan tubuhnya dan sesekali nampak menghela napas panjang.
"Kenapa aku nggak suka lihat si Andri itu menatap Delia dengan tatapan suka? Dan kenapa aku nggak rela Delia bekerja padanya? Aku merasa sangat kesal karena Delia bekerja pada Andri, apalagi saat Delia menunjukkan ekspresi cerianya ketika berbicara dengan Andri. Kenapa aku merasakan perasaan seperti ini?" batin Zico yang jadi galau sendiri.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
penampilkan delia ini mirip tokoh betylafea g sih q gmbranya itu kawat gigi poni depan
Good job thor..