Terima kasih narin, kamu sudah menepati janjimu" Ucap sari didalam hati.
Sari seorang gadis desa yang memiliki kelebihan dapat melihat sosok tak kasat mata mendapatkan beasiswa untuk bersekolah dikota. Hari-harinya selalu kesepian namun kesepian itu menjadi sirna setelah narin datang ke hidupannya. sari berteman baik dengan sosok tak kasat mata itu. Namun sayang mereka harus berpisah karna sesuatu
walaupun begitu tetap narin ingat dan menepati janjinya kepada sari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gitafiq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KENAPA?
Untunglah sang ibu mulai perlahan membaik, jam 2 siang Sari dan ibunya diizinkan untuk pulang ke rumah.
Setibanya di rumah sari pun membuatkan teh hangat untuk ibunya agar sang ibu kembali mendapatkan energi.
Sampai detik ini pun ibunya sebenarnya tidak mengatakan sepatah kata pun tentang yang selama ini terjadi bahkan kejadian tadi pagi pun Sari masih menunggu jawaban dari ibunya.
Setelah selesai membuatkan teh ia pun menuju kamar ibunya untuk mengantarkan teh hangat tersebut.
Walaupun dari pihak puskesmas mengatakan ibunya baik-baik saja namun sari merasa ibunya seperti bukanlah dirinya.
Terlebih Narin sempat memberi mimpi kepada sari kalau ada barang yang tidak baik terpendam di dekat rumah.
Saat sari masuk ke dalam kamarnya kini ibunya tengah duduk bersandar di kasurnya sambil matanya yang kosong terus memandang ke arah ke sudut ruangan.
Karena penasaran Sari pun masuk dan memastikan apa yang ia lihat di sudut kamar dan ternyata ada sosok genderuwo berbadan besar yang berbulu panjang bertelanjang dada dan bertaring menatap ke arah ibunya dengan matanya yang merah pekat.
Segelas teh hangat pun sari lemparkan begitu saja, dan langsung menghampiri ibunya.
Setelah melihat genderuwo itu sari berusaha memalingkan wajahnya dan segera menghampiri sang ibu dan memaksa wajah ibunya menatap wajah dirinya.
"ibu.. Ibu.. lihat sari bu. Istighfar buk !! " sambil sesekali sari menepuk kedua pipi ibunya agar cepat sadar.
Setelah ibunya berhasil melihat sari kini sari dapat sedikit bernafas lega lantaran setelah ibunya mengalihkan pandangannya sosok tersebut pun juga pergi.
Sari berusaha mengingat sosok genderuwo tersebut yang sepertinya ia pernah melihat sosok tersebut.
Dan benar saja sari baru teringat kalau sosok itu pernah ia lihat di warung bakso milik orang tua ratna.
Setelah kejadian itu sari berusaha kembali berdoa agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi.
Singkat cerita ibu sari kembali beristirahat, sari yang juga tak mau mengganggu ibunya memilih pergi mengumpulkan cucian piring kotor dan akan mencucinya.
Tengah asik sari mencuci piring, lagi-lagi ia merasa ada yang aneh di rumah ini. Sari kembali merasakan hawa yang tidak nyaman tiba-tiba masuk ke area dapur.
Sari berusaha mengabaikan keanehan itu dengan kembali melanjutkan cuci piring.
Namun sari merasa ia tengah di tatap oleh seseorang perempuan berbaju putih lusuh dengan rambut hitam terurai panjang tidak mempunyai hidung karena sosok itu memiliki mulut yang memanjang menutupi area hidungnya di dekat pintu toilet.
Sari tidak mau menoleh, namun matanya yang nakal melirik ke arah kanan tempat sosok itu berdiri.
Lagi dan lagi ia tidak asing dengan sosok tersebut karena perempuan tersebut adalah sosok yang juga ada di warung bakso orang tua ratna.
Sari pun sempat terhenti dan kembali berdoa. Syukurnya setelah sari berdoa sosok perempuan itu pun juga menghilang.
Kenapa kedua sosok itu ada ke rumah ini!!. Apa yang mereka inginkan di sini. Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam otak sari namun ia merasa tenang yang terpenting kedua sosok itu sudah pergi.
Waktu magrib pun tiba, sari sengaja belum mengambil air wudhu lantaran ingin membuktikan ucapan Narin di waktu mimpinya tadi.
Azan mulai berkumandang ia pun segera mencari tanaman pisang di dekat rumahnya dan mulai menggali tanah sesuai perintah narin dalam mimpi.
Dipertengahan ia menggali ia melihat sesuatu yang terbungkus kain berwarna hitam dengan terikat benang berwarna merah.
Karena penasaran ia pun membuka kain hitam tersebut dengan perlahan, saat membuka sari mendapati sebuah kertas yang tertusuk sebuah jarum.
Tanpa rasa ragu sari mengambil jarum tersebut dan membuka kertas itu.
Mata sari pun membulat ketika nama ibunya tertulis lengkap serta foto ibunya bersanding dengan tulisan sebuah mantra yang tulisannya sangat jelek sehingga sari tidak bisa membacanya.
Dengan emosi yang mulai naik sari pun merobek-robek kertas berisikan mantra tersebut dengan foto sang ibu dan setelah itu sari pun membuangnya jauh.
Benar saja yang di ucapkan Narin, kini lagi-lagi Narin kembali menolong sari.
----------------
Keesokan paginya sari yang tengah menyapu halaman rumah sambil menikmati sejuknya udara pagi di perdesaan. sudah lama ia tidak menghirup udara sesegar ini.
Tak lama sari mendengar seperti ada yang memanggil dirinya.
Sari!!
Suara tersebut cukup nyaring sehingga sari pun mencari dari mana suara itu berasal.
Dan sari pun terkejut karena yang tengah memanggilnya adalah ibunya.
Ibunya yang ia lihat sebelumnya kurus, lesu dan berantakan kini terlihat sehat, bugar dan wajah yang mulai tampak cerah.
Sari pun dengan berlari kecil menghampiri ibunya yang tengah berdiri di teras rumah.
"ibu sudah baikan? " tanya sari penuh kegirangan.
Ibunya pun tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.
Ditengah kebahagian mereka tiba-tiba handphone sari berbunyi dan itu ternyata telpon dari ratna.
"hallo na, ada apa?" tanya sari.
"nggak sar, cuma tanya keadaan ibu mu bagaimana? Aku dengar ibumu sudah jatuh sakit sampai-sampai orang tuaku juga ikut khawatir makanya aku menelpon mu".
Mendengar itu sari mengerutkan dahinya dan merasa sangat aneh, sangat janggal sekali orang tua ratna menanyakan keadaan ibunya. Padahal orang tua ratna sebelumnya tidak pernah khawatir tentang kesehatan ibunya.
Namun sari berusaha menepis pikiran buruknya, mungkin saja karena berita tentang ibunya kemarin tersebar ke seluruh desa sehingga orang tua ratna juga mengetahuinya dan maka dari itu menanyakan kabar ibunya melalui ratna.
"alhamdulillah na sudah agak mendingan" sahut sari.
"syukurlah kalau begitu sar. semoga ibumu sehat selalu dan tidak kembali sakit. Oh iya sar besok kamu bisa ke rumah nggak? Aku ingin bertemu denganmu aku sangat bosan di rumah".
" hmm tentu, besok aku akan mengabari mu besok jika aku ingin ke rumah mu".
"oke, kalau gitu aku tunggu besok ya sar! Dah" dan ratna pun menutup telpon.
Sebenarnya sari merasa sangat enggan untuk ke rumah ratna. Entah kenapa sari selalu berfikiran kalau yang menguburkan kain hitam itu adalah orang tua ratna.
Apalagi kedua sosok yang ada di warung bakso orang tua ratna tiba-tiba muncul di rumah sari, membuat sari sangat yakin kalau kedua sosok tersebut tidak mungkin hanya datang kerumahnya tanpa adanya sebab.
"ayo buk kita masuk, kita makan. sari kebetulan memang menunggu ibu bangun agar bisa makan bersama" ajak sari sambil menuntun ibunya masuk untuk makan bersama.
Di tengah mereka sarapan ibu sari menatap sari dengan tatapan lembut dan bertanya
"bagaimana sekolahmu di kota? "
"aman buk lancar doakan aku juga bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah ya bu agar sari bisa berkuliah di kota lagi!! ".
" tentu, ibu di sini selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Oh iya nak sepertinya ibu kenal dengan kalung itu, liontinnya cincin punya bapak ya?"