Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu yang Tertahan.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
Cup!
Farrel mengecup pipi ibunya yang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi sendirian saja.
"Akhirnya, kalian datang juga," ucap wanita tersebut dengan senyuman cantiknya.
"Apakah mama sudah menunggu kedatangan kami?" Farrel balik bertanya sambil berjalan memasuki rumah orang tuanya. Karena sangat jarang ibunya menunggu seperti saat ini.
"Iya, karena entah mengapa Mama sangat merindukan Tasya, istrimu"
"Tasya, Eli benar-benar ya. Sangat menguji kesabaran gue. Apakah Lo tahu, bahwa gue sendiri aja nggak pernah membuat mama menunggu seperti ini."
Rasa kesal Farrel semakin memuncak karena sampai saat ini Tasya belum juga tiba. Padahal jam sudah menunjukkan pukul lima sore.
"Nak, Tasya kemana... " seru Nyonya Marisa langsung menggantung ucapannya karena tidak melihat keberadaan Tasya. Menantu yang sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri.
"Tasya sebentar lagi akan menyusul, Ma. Karena sekarang dia lagi ada acara bersama teman-teman sekolahnya," jawab Farrel yang terpaksa berbohong pada wanita yang sangat dia hormati.
"Oh," wanita setengah baya itu terlihat sangat kecewa dan Farrel tahu itu. "Mama kenapa hanya menanyakan menantu di rumah ini? Apakah sudah tidak merindukan aku lagi," selorohnya ingin mencairkan suasana.
"Tentu saja Mama merindukanmu juga, sayang. Tapi entah mengapa sudah dua hari ini Mama sangat merindukan istrimu. Dia baik-baik saja kan, Rel? Setelah mimpi malam itu, Mama merasa tidak tenang dan takut terjadi sesuatu padanya," ungkap Nyonya Marisa karena beliau memang sangat menyanyangi Tasya seperti putrinya, bukan sebagai menantu.
"Dia baik-baik saja, Ma. Bahkan sangat baik. Memangnya Mama bermimpi apa?" tanya Farrel setelah melepaskan rasa rindunya pada wanita itu.
"Mama bermimpi Tasya berpamitan ingin pergi tapi entah kemana. Dia hanya mengatakan bahwa akan pindah dan menitipkan dirimu, setelah dia tidak ada nanti. Mama sangat khawatir pada istrimu, Nak." seru Nyonya Marisa sampai mengenggam erat tangan putranya. Untuk mengungkapkan betapa dia merasa khawatir pada menantunya.
"Mimpi hanyalah bunga tidur, Ma. Tidak usah dipikirkan karena nyatanya Tasya sehat dan baik-baik saja. Paling sebentar lagi akan datang menyusul kesini karena tadi kami sudah berjanji," jawab Farrel berusaha menenangkan ibunya.
"Syukurlah jika dia baik-baik saja, Nak. Mama hanya khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya." kata Nyonya Marisa mulai tenang lagi.
"Iya, mimpi hanyalah bunga tidur biasa. Tidak usah Mama berpikiran yang macam-macam." pemuda itu kembali meyakinkan. "Sudah sore, Farrel mau mandi dulu ya, Ma," pamitnya dan di iyakan oleh Nyonya Marisa. Sambil menaiki anak tangga pikiran Farrel semakin tidak karuan. Namun, bukan karena khawatir akan mimpi mamanya, tapi melainkan kesal gara-gara orang yang di khawatirkan malah asik berpacaran bersama laki-laki lain di luar sana. Begitulah yang Farrel pikirkan.
Setibanya di dalam kamarnya, pemuda itu langsung saja mandi. Karena tubuhnya terasa lengket setelah seharian beraktivitas di luar rumah. Begitu selesai pemuda tersebut sengaja duduk di balkon untuk menunggu kedatangan istrinya. Namun, hanya beberapa menit terlihat lah dari kejauhan Tasya turun dari mobil mewah milik orang lain. Setelah diamati oleh Farrel ternyata yang mengantar istrinya sampai gerbang rumah orang tuanya adalah Dion. Lelaki yang tadi siang bersama sang istri.
"Astaga! Jadi seharian sudah bersama dan pulang juga minta diantarkan oleh Dion. Elo benar-benar tidak bisa menghargai gue, sebagai suami, Sya. Elo hanya gadis murahan!" seru Farrel kasar dan kembali masuk ke dalam kamar untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.
Cukup lama dia menunggu karena saat tiba di rumah, Tasya berbicara bersama mamanya lebih dulu dan Farel bisa menebaknya.
"Dia menuduh gue yang berselingkuh, tapi nyatanya dia sendirilah yang memiliki hubungan dengan laki-laki lain."
Rasa gelisah benar-benar membuat Farrel tidak tenang. Ketika orang yang ditunggu-tunggu masuk ke kamar, membuatnya langsung menarik kasar tangan Tasya. Sampai-sampai gadis itu meringis kesakitan. Namun, Farrel yang terlanjur emosi tidak bisa menahan dirinya lagi untuk berpura-pura tidak tahu.
"Darimana saja hingga sudah hampir gelap, Lo baru tiba di rumah? Hah!" bentak Farrel.
"Rel, lepas! Lo menyakiti gue," ucap Tasya mengabaikan pertanyaan suaminya.
"Gue tanya, Lo darimana hah? Dan kenapa Elo pulang diantar oleh Dion? Apakah mau pamer kalau Elo punya kekasih di luar sana?" teriak Farrel menggebu-gebu.
"Apakah selama ini gur pernah menanyakan kemana saja diri Lo pergi? Apakah gue ikut campur urusan Lo? Tapi kenapa Elo malah ingin tahu tentang gue pergi kemana dan bersama siapa," seru Tasya berusaha menarik pergelangan tangannya yang terasa sakit.
"Gue sudah jelas hanya pergi bersama Rere, bukan berpacaran di luar sana," balas Farrel berteriak lebih kencang dari sebelumnya. Untungnya kamar tersebut kedap suara.
"Dan gue pun sama hanya pergi bersama sahabat gue Lalu dimana letak.... " Tasya langsung memejamkan matanya karena melihat Farrel sudah mengangkat tangan ingin menamparnya. Namun, hal tersebut tidak sampai terjadi. Karena pemuda itu malah menggantung tangannya di udara lalu dengan gemetar dia turunkan lagi sambil berkata.
"Maaf!" sehingga Tasya membuka matanya pelan. Mereka berdua saling tatap begitu dalam.
Tes!
Tes!
Bukan hanya air mata Tasya yang menetes, tapi juga darah segar dari hidungnya. Gadis cantik itu kembali mengalami mimisan.
"Menjauh lah! Jangan mendekat!" lirih Tasya karena Farrel berjalan semakin mendekatinya.
"Sya, maaf. Gue benar-benar tidak bermaksud menya---"
"Lakukanlah jika Lo ingin menampar gue, Rel! Jika itu membuat Lo puas. Ayo tampar gue! Tampar!" jerit Tasya mengabaikan darah dan air mata yang sudah menjadi satu. Bajunya pun sudah kotor oleh darahnya yang mengucur tanpa henti.
Farrel menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia sangat sakit melihat Tasya seperti saat ini. Meskipun tadi sempat marah karena rasa cemburunya pada Dion.
"Tampar gue, Rel! Kenapa Lo malah diam saja? Ayo tampar gue! Bila itu membuat Lo pu---"
"Tidak! Bagaimana mungkin gue menyakiti gadis yang gue cintai." sela Farrel yang langsung memeluk Tasya. Meskipun awalnya memberontak tapi lama-kelamaan gadis itu hanya terus menangis tersedu-sedu. Dia kembali menumpahkan air matanya pada dada laki-laki yang sudah membuat dia terluka begitu dalam.
"Maaf! Gue benar-benar minta maaf!" lirih Farrel yang mengecup pucuk kepala istrinya berulang kali. Sudah sangat lama mereka saling diam dan menjaga jarak. Padahal di dalam hatinya sama-sama merasakan rasa rindu yang tertahan karena ego.
... BERSAMBUNG... ...
klo udh begini semua pada nyesel..
kmarin² kmana aja d saat tasya butuh perhatian udh nggk ngasih perhatian malah d katain anak gk berguna kna tampar pula..
biar Farrel merasakan mengejar cinta Tasya, dan orang tuanya pun sama
sekarang waktunya buat lu nyesel atas semua perbuatan lu, dah punya istri malah di abaiin demi cewek yg bukan tanggung jawablu rel
lo marah letika tasya sama sahabat Cowoknya tp lo ngk sadar sikap lo lebih parah... walau sahabatlo mau bunuh diri itu bukan urusan lo, bisa kan minta tolong org lain...