Andini adalah seorang istri yang sudah menikah dengan suaminya yang bernama Fikhi selama 8 tahun dan mereka sudah memiliki dua orang anak yang masing-masing berusia 8 dan 6 tahun. Fikhi adalah suami yang setia dan tak pernah bermain api dengan wanita lain namun Andini merasa bahwa cobaan rumah tangganya bukan dari orang ketiga melainkan mertuanya yang bernama Ismi. Wanita tua itu sejak awal tak suka pada Andini, awalnya Andini tak mau ambil pusing dengan sikap mertuanya namun Fikhi tak pernah bersikap tegas pada Ismi yang membuat wanita tua itu sewenang-wenang padanya. Puncak kesabaran Andini adalah ketika Ismi yang meminta Fikhi menikah lagi dengan Nadine, wanita pilihannya untuk memiliki cucu laki-laki. Arini memberikan pilihan pada Fikihi, memilih dia dan anak-anak atau mereka berpisah saja karena Andini sudah tak tahan dengan sikap Ismi. Bagaimana akhir kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penggrebekan Berujung Bencana
Andini nampak begitu gelisah kala menantikan suaminya yang tak kunjung kembali ke rumah padahal hari sudah sangat larut. Andini bukan tidak pernah mencoba untuk menghubungi Fikhi, ia sudah mencoba melakukan hal tersebut namun rupanya tak juga mendapatkan kabar yang ia inginkan karena sepertinya Fikhi mematikan ponselnya. Andini yang tak mendapatkan kabar dari Fikhi begini tentu saja bertanya-tanya ada apakah gerangan yang terjadi.
"Ya Allah, kenapa perasaanku tidak enak begini?"
Tak lama kemudian ponsel Andini berdering karena ada sebuah pesan masuk dari nomor yang tak dikenal dan ia terkejut ketika membuka pesan tersebut yang berisi sebuah foto tak pantas suaminya dengan seseorang. Andini nampak menggelengkan kepalanya tak percaya dengan foto ini, ia yakin bahwa suaminya tak akan mungkin mengkhianatinya namun apa ini? Jelas sekali itu wajah Fikhi, hati Andini terasa begitu sakit bukan main. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Fikhi akan melakukan hal ini padanya.
"Ya Allah, apakah semua ini benar?"
Andini membiarkan dirinya untuk menangis mengeluarkan semua rasa sakit dan kekalutan yang bercampur jadi satu di dalam benaknya hingga setelah beberapa saat kemudian akhirnya ia bisa perlahan tenang dan mulai menguasai diri. Andini perlahan menghapus air mata yang sejak tadi menggenang di pipinya dan setelah ia sudah jauh lebih baik maka Andini pun mencoba untuk menghubungi nomor tersebut namun sayangnya nomor itu sama sekali tidak aktif.
"Kenapa nomor ini tidak aktif?"
Andini tak memiliki pilihan yang lain selain menunggu sampai Fikhi pulang dan ia harus mencari tahu kebenaran mengenai foto barusan. Ia tentu saja tak mau kalau harus berprasangka buruk pada suaminya karena bagaimanapun juga Andini harus mengkonfirmasi semuanya supaya jelas dan tak ada kesalah pahaman yang timbul.
"Aku harus menunggu sampai mas Fikhi kembali."
Maka Andini yang sudah bertekad seperti itu melaksanakan tekadnya menunggu dengan sabar sampai Fikhi kembali ke rumah. Andini berjuang melawan rasa kantuk yang menderanya supaya bisa langsung bicara dengan Fikhi.
****
Fikhi sendiri terkejut ketika bangun dari tidurnya ia menemukan dirinya tak berbusana di atas sebuah ranjang, ia segera memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai. Ketika tengah memunguti pakaian yang berserakan di lantai itu, pintu kamar mandi terbuka dan menampakan sosok Nadine di sana yang keluar hanya dengan handuk yang menutupi tubuh seksinya.
"Kamu rupanya sudah bangun, Mas."
"Jadi rupanya semua ini perbuatan kamu?!"
"Apa maksudmu? Bukannya kamu duluan yang memulai semua ini?"
"Bicara apa kamu! Aku sama sekali tak pernah melakukan hal buruk padamu!"
"Namun nyatanya kamu sedang tak pakai apa pun sekarang dan semalam kita menghabiskan malam yang panas."
Fikhi nampak mengepalkan tangannya geram, ia hendak memakai pakaiannya kembali namun tiba-tiba saja pintu kamar diketuk dan Nadine gegas membuka pintu tersebut, alangkah terkejutnya ia rupanya ada seseorang dari ormas tertentu yang melakukan penggerebakan.
"Apa yang kalian lakukan? Mana buku nikah kalian?!"
"Mau kami di sini melakukan apa itu sama sekali bukan urusan kalian!" seru Nadine.
"Tentu saja tidak bisa, kami tidak bisa membiarkan pezina lolos begitu saja! Ini sudah merusak moral!"
"Urus saja urusan kalian sendiri! Apakah kalian pikir moral kalian ini sudah lebih baik dari kami?!" seru Nadine tanpa takut sama sekali.
Orang itu kemudian memaksa Nadine dan Fikhi untuk ikut bersama mereka. Mereka akan membawa Nadine dan Fikhi untuk disidang sebelum akhirnya akan dinikahkan karena sudah ketahuan berzina dan melakukan tindakan yang sama sekali tak pantas.
****
Fikhi terkejut dengan semua ini, ia sama sekali tak menyangka kalau akan digrebek seperti ini dan parahnya lagi mereka akan segera menikahkan dirinya dengan Nadine padahal ia sudah memiliki istri. Apa kata Andini nanti kalau dirinya menikah lagi padahal semua ini bukan keinginannya. Fikhi merasa sedang dijebak di sini namun sayangnya ia sama sekali tak punya bukti yang kuat untuk mendukung semua argumen yang ia katakan. Tetap saja sekuat apa pun Fikhi menolak dan menyangkal semua tuduhan yang diberikan tentu saja mereka sama sekali tak mau mendengar dan akan selalu mempertahankan argumen mereka.
"Sudahlah Mas, ikuti saja apa yang mereka inginkan," ujar Nadine.
Fikhi masih saja diam dan tak tahu harus merespon apa dari apa yang Nadine katakan barusan hingga pada akhirnya membuat Nadine menjadi kesal sendiri.
"Mas, kenapa hanya diam saja? Ayo kamu harus bertanggung jawab. Apa kamu mau kalau kita diarak tanpa busana keliling rumah warga?!"
Fikhi masih dilema dengan semua ini namun ia tak memiliki pilihan lain selain harus menerima apa yang sudah terjadi. Nadine sendiri menyunggingkan senyum liciknya karena berhasil membuat apa yang ia inginkan terjadi.
****
Andini masih saja setia menunggu suaminya kembali ke rumah, ia masih mencoba untuk menghubungi Fikhi namun sayangnya ponsel sang suami juga masih belum aktif hingga membuat Andini menjadi gelisah bukan main.
"Tumben sampai pagi begini Mas Fikhi belum pulang mana ponselnya tak biaa dihubungi lagi. Apakah ada sesuatu hal yang terjadi padanya?"
Andini mulai gelisah dan bertanya-tanya mengenai di mana Fikhi berada saat ini dan ia tak bisa tenang kalau belum mendapatkan kabar dari Fikhi secara langsung.
"Apa aku ke kantor mas Fikhi saja sekarang, ya?"
Andini kemudian menitipkan anak-anak pada tetangga sebelum ia pergi ke kantor Fikhi mencari suaminya yang sejak semalam tak pulang ke rumah.
"Permisi Pak," ujar Andini pada satpam yang berjaga.
"Ada apa, Bu?"
"Saya mau bertanya apakah pak Fikhi sedang lembur? Soalnya semalam beliau tidak pulang ke rumah."
Satpam tersebut menggelengkan kepalanya karena memang ia tak tahu mengenai yang terjadi semalam. Bukan dia yang berjaga ketika malam dan satpam itu pun meminta maaf pada Andini.
"Tapi bisakah tolong pastikan kalau suami saya ada di dalam? Saya berusaha menghubungi ponselnya namun tidak aktif terus."
****
Fikhi tak tahu apa yang harus ia katakan pada Andini nanti ketika saat ini ia dan Nadine sudah resmi menikah bukan atas dasar cinta namun karena sebuah paksaan dan ancaman. Fikhi tak punya bukti yang kuat supaya bisa membantah ucapan orang yang sudah menggrebeknya bersama Nadine di kamar hotel.
"Mas, kita ke rumah Ibu yuk, pasti Ibu senang sekali ketika mendengar kabar bahwa kita sudah menikah," ujar Nadine kala ia dan Fikhi berada di dalam taksi online pulang menuju rumah.
Fikhi sama sekali tak mengatakan apa pun, pikirannya saat ini tertuju hanya pada Andini saja. Mobil taksi online itu berhenti di depan rumah Ismi dan mereka berdua pun turun dari dalam mobil tersebut dan masuk ke dalam halaman rumah Ismi.
"Assalamualaikum, Bu!"
"Waalaikumsallam," ujar Ismi dari dalam dan ia terkejut melihat apa yang di depannya ini.
sdng fian dan Andini hnya orang biasa, berapa sih kekuatan seorang guru. sdng meisya dah sat set melakukan sesuatu tnp jejak.
janda menikah dng laki yg masih perjaka mang hrs siap punya anak, buat penerus nya kcuali laki itu mang mandul baru deh bisa di Terima.
kl andini gk mau punya anak lagi jng nikah ma bujang nikah saja ma duda yg punya anak jd gk usah repot hamil lagi.
seperti artis Ririn dan jamilo itu, mereka spakat gk punya anak lagi gk papa kn masing masing dah bawa anak mereka bisa akur jd deh tinggal mnikmati hidup.
tega banget ngomong gitu sama anak perempuan nya