Follow dulu sebelum baca
- up seharian - hari kecuali Sabtu
- up mood g bias nggak di up
Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia.
Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekerasan yang ia sering dapatkan dari sang Ayah, tak membuat tekednya luntur karena hati kecilnya selalu yakin bahwa Ayahnya pasti akan menyayanginya suatu saat nanti.
Meski mental dan fisiknya sudah hancur ia terus menghujani sang Ayah dengan kasih sayangnya.
Sampai dimana satu kejadian menimpanya tepat di hari ulang tahun Ayahnya ia meninggal.
bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikut kisah ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruby Lane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23: FAMLIY POSSSESSIV ⋆ ˚。⋆୨ ୧⋆ ˚。⋆
Happy reading..!!!
...----------------...
Bodyguard Menyambut seperti biasa kedatangan tuan mereka, tubuh tegap dengan kepala sedikit menunduk. tangan masing masing dari mereka mengepal menahan rasa gemas dengan apa baru saja melewati mereka. Paras imut nan lucu itu membuat mereka terpana.
Sebelumnya suara Ricard menginterupsi mereka dan memperkenalkan cucunya saat memasuki Mansion pria paruh baya itu.
Jelas dengan singkat berita mengejutkan itu langsung tersebar kalangan pekerja di Mansionnya ini.
Suara lucu memekik senang di tengah keheningan suasana Mansion" lumah besal, besal sekali daripada lumah yayah"mata obsidian coklat Anya terlihat berbinar
Ricard berjalan semakin angkuh ketika mendapatkan pujian dari seorang anak kecil untuk Mansion miliknya, Anya masih berada di dalam gendongannya.
"Apa kau ingin turun dan berlari?"tawar Ricard pada si mungil.
Kedua alisnya bertaut dengan bibir kecilnya yang mengerucut setiap ekspresi Anya tidak lepas dari tatapan pria paruh baya itu yang tengah menahan senyuman gelinya
."no, no Anya Lali lali jatuh. humm...... telus abang malahin Anya anti" ucap si mungil mengingat ketiga Abangnya yang selalu melarangnya untuk tidak berlari.
"Hahaha, kau begitu penurut pada Abangmu padahal dulu mereka nakal sekali" ucap Ricard memasuki lift menuju ruangan pribadinya di sana.
Ya ketiga cucunya saat menginjak usia 5 tahun masing masing dari mereka begitu aktif terutama Aidan, Xander, lalu terakhir Alaska. Hingga barang barang pun tak luput mereka pecahkan.
"paman! pengasuh mbang!" tebak si mungil tepat saat pintu lift tertutup, wajah pria itu terlihat masam saat si mungil terus saja memanggilnya dengan sebutan di bandingkan kakek.
Jika di tanya mengapa tidak memanggilnya dengan sebutan kakek? maka jawaban yang di terima Ricard membuat dirinya bungkam
"Anya ndak unya kakek, kata yayah ndah boyeh panggil olang lain kakek, anti kakek cedih di atas cana" ucap si mungil.
Ricard matian menahan geramannya, kurang ajar sekali
putranya mengatakan dirinya sudah mati pada cucunya ini.
"Aku, bukanlah pengasuh Abangmu. kau harus tau itu, tidakkah kau menyadari aku siapa? Coba tebak selain kata pengasuh. Apa kata yang cocok untukku?" ucap Ricard ketika si mungil menatapnya dengan kepala menyender pada bahunya mata bulatnya berkedip lucu mencoba berpikir.
Tepat pintu lift terbuka Ricard membawa Anya masuk
kedalam ruangan pribadinya menggunakan sandi.
"Apa kau masih tidak bisa menebaknya?" ujar Ricard
meletakkan hati hati tubuh gempal itu tepat di meja kerjanya. Di ruangan kerja ini tempat ternyaman bagi Ricard berkerut sehari hari tidak pernah ia tinggalkan dengan lembaran lembaran kertas yang berharga.
Kaki pendek Anya terlihat menjuntai di meja tinggi Ricard membuat si mungil dengan senang menggerakkan kakinya mengayun.
Tidak lupa jari jempolnya ia masukkan kedalam mulut goanya yang basah, sudah waktunya si mungil meminum susunya di sore hari. Tangan menarik pelan jari jempol Anya dari mulut kecilnya
" yang sedang kau lakukan ini kotor!" Mulut kecilnya terbuka kehilangan sesuatu menghadirkan tawa di bibir pria tua itu" mimi, num mimi~" ucap si mungil matanya terlihat sayup mulai mengantuk..
Ricard cukup terkejut apa cucunya masih meminum susu di dalam dot
di pangku kembali tubuh mungil itu dalam hangatnya menggemaskan sekali ia kecup pipi gembul itu kesekian kalinya.
Mengayun ngayun seperti menidurkan bayi meski masih terlihat si mungil terlihat mencari cari sumber nutrisinya.
"hiks mimi num mimi-"si mungil mulai merengek dengan
segera Ricard kakinya keluar ruangan menyuruh bodyguard untuk membeli tiga rasa susu beserta dot.
Rengekan Anya dengan mata terpejam terlihat air mata disudut si mungil.
Membuat pria itu dengan hati hati menyentuh kulit wajah Anya yang terasa lembut untuk menghapus air mata. Ricard akui ia tidak suka melihat bulir air mata itu hadir di sudut mata cucunya.
Si mungil yang terusik menggapai tangan Ricard, salah satu jari pria itu masuk ke dalam mulut kecilnya dan di hisapnya kuat.
Bibir pria itu terlihat tersenyum dengan tulus matanya terlihat berkaca kaca, sungguh di dalam dekapannya ini bukan manusia melainkan malaikat kecil yang sempat ia tolak keberadaanyaan di dunia.
"sekarang Kau tidak bisa lepas dari pengawasanku" ucap Ricard dengan segala sifat keposesifannya.
"cucuku yang berharga"
...----------------...
Terlihat ketiga mata putranya yang mememerah menahan tangis di hadapan dua bocah yang sudah menangis tersedu sedu.
"Princess pasti baik baik saja bersama kakek" ucap Sean berniat menenagkan kedua putranya yang menangis.
Sedan datang menjemput setelah menerima kabar dari Agasta.Alaska, Xander, Aidan sudah mencari keberadaan adiknya di beberapa Mansion milik kakeknya.
Ricard memang memilki 4 Mansion untuk mengecoh musuhnya, tempat salah satunya begitu penting bagi pria paruh baya itu karena memilki kenangan dengan Almarhum istrinya yang sering ia tempati.
"Mansion peninggalan nenek sempat kami datangi bahkan princess tidak ada di sana Ayah, kemana kakek membawa princess pergi"
Bahkan handphone pria itu tidak bisa di hubungi, Agasta pun sudah mencari di salah satu Mansion namun nihil tidak ada pria tua itu di sana.
pria tua itu membawa putrinya pergi, tangan Agasta kuat lihat saja jika pria tua itu berani melukai putrinya. Maka tidak ada batasan untuknya melukai pria tua itu.
Jangan tanya bagaimana ekpresi Agasta sekarang jelas terlihat menyeramkan dengan tatapan mata yang menggelap.
Hari sudah malam masih belum ada kabar tentang putrinya Agasta akui ke ke kuasaan Ricard lebih dari pada miliknya hal itu membuanya sulit untuk sekedar melacak.
Sean yang paham akan situasi berniat menenangkan" Bang, gue yakin Ayah mumgkin menyakiti Anya jadi tenanglah. sebentar---"
Prenk
Tangan Agasta bercucuran darah setelah menggebrak meja kaca di hadapannya dengan kepalan tangannya
." Tenang? aku bisa tenang saat pria tua itu menyerahkan putriku pada orang lain! Seperti itu yang kau sebut tenang" Sean tertegun
"Anya tidak ada di Mansion kediamannya lalu kemana pria tua sialan itu membawa putriku pergi Sean katakan?" gertaknya dengan nafas memburu menatap tajam Sean.
"dia sangat membenci putriku sama sepertiku dulu, bedanya aku menyesal sedangkan pria tua sialan itu tidak!"
"dia berniat menyingkirkan putriku dari nama keluarga Dirgantara menjadi Diantara" Agasta mengacak rambutnya frustasi.
Nafasnya terasa sesak, menggigit bibirnya sendiri air matanya sebentar lagi tumpah jika ia berkedip
"Aku sudah berjanji padanya akan melindunginya tapi apa? Lagi lagi aku gagal Sean...."
"jadi katakan kemana aku harus mencarinya. Sedangkan Kekuasaanku berada di bawah ke kuasaan pria itu"
Alaska, Xander, Aidan terpekur dengan tangan mengepal
terlihat rahang masing masing dari mereka menegang
" Tidak Jika kita berusaha Ayah, kita mempunyai ke kuasaan yang sama. Kita di sini ada untukmu. Lihat saja putramu ini akan menyaingi kekuasaan Kakek" ucap Alaska penuh tekad.
"paman Agasta sudah tua jadi biar Abang Abang yang gantikan" Ucap Teo dengan mata sembabnya berceletuk. Sean menutup mulut putranya yang sembarangan berucap
begitupun dengan Azura yang sedari tadi diam mendengarkan.Lagi pun ia tak ingin ikut campur dalam permasalahan ini, bagus juga jika mertuanya membawanya pergi jauh.
...----------------...
Ricard menatap beberapa ruangan hancur ulah dari ketiga cucunya yang sempat datang kemari mencari Anya.Beruntung baginya membawa singgah Anya di Restoran sewaktu itu.
Menghela nafas sebentar fasilitas sofa, tv, alat elektronik lainnya harus ia ganti akibat rusak. Mansion ya yang lainpun sepertinya nasibnya tidak jauh berbeda dengan ruangan utama.
Kakinya melangkah menjauh dari tempat kekacauan yang sedang di bereskan oleh Maid, cucunya yang imut sudah tidur di kamarnya.
Ricard sudah menebak kegilaan apa yang di lakukan putranya sekarang atau bisa ia tebak putranya menangis karena kehilangan putrinya hari ini.
Mau bagaimana lagi cucunya yang imut sudah tidur tidak tega bagi Ricard untuk membawanya pulang apa lagi sudah larut malam begini. biarkan untuk malam ini cucunya menginap di sini jika bisa untuk seterusnya.
Tangannya mengambil ponsel dari dalam saku jasnya mengetik pesan untuk dikirim pada putranya yang sekarang pasti di tengah di landa amarah.
Dan sudah ia tebak juga pasti keempatnya sedang merencanakan sesuatu mengejutkan untuknya tapi sebelum itu terjadi Ricard terlebih dulu mengirim kabar.
Bunyi ponsel menghentikan langkah Agasta yang akan beranjak mencari putrinya kembali dengan cara apapun itu ia ingin menemukan putrinya sekarang juga.
Melihat siapa yang mengirim pesan Agasta mengumpat" Sialan!"
"Ada apa Ayah?" Alaska yang berada tepat di belakangnya.
"kita pergi ke Mansion utama, princess berada disana. Jangan membuat keributan" sela Agasta cepat ketika Aidan hendak berucap.
...----------------...
Good Night Kemaleman Day up date
Rusuh sekali day buat part ini di ganggu bocil.
Definisi gak tau malu bapak Ricard ini ya, nyatai kali bukannya minta maaf
500 vote + 100 spam nexnya.
Seperti biasa.
Votenya
See you nex time
izin mampir ya Thor 🙏