"Kau meminta bantuanku, kan?" Tanya Marco dan wajah Aruna berseri-seri saat Marco mendekat.
"Senangkan aku, dan aku akan menolong mu"
_____________________
“Tapi aku tidak punya uang membalas mu” ucapnya Aruna.
“Aku tidak memintamu membayarku dengan uang” Marco bersandar di meja. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari Aruna.
“Kau bisa membayarku dengan hal lain, selain uang” ucapnya Marco.
"Apa?" Tanya Aruna.
“Jadilah milikku” Aruna tersentak dan matanya membelalak kaget.
____________________
“M-Marco” ucap Aruna terbata-bata.
“Call me Master. Mulai hari ini dan seterusnya, kau akan memanggilku Master"
_____________________
Aruna Arindita seorang gadis berusia 21 tahun itu, baru saja lepas dari tangan kejamnya sang Ayah, dia diselamatkan oleh Marco Dewata Alaska. Namun siapa sangka jika sang penyelamat nya adalah seorang iblis.
Bahkan satu hal yang baru Marco ketahui, bahwa Aruna adalah teman masa kecilnya, gadis kecil yang paling Marco sayang.
IG: @winterzumi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winter Zumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Peristiwa di masa lalu
DI KEDIAMAN PRESIDEN...
Marco tiba di rumah Presiden, dan Presiden menyambutnya dengan pelukan hangat. David Aditama adalah ayah Bastian dan juga Presiden negara ini. Istri dan putrinya meninggal lima belas tahun yang lalu dalam peristiwa yang sangat traumatis. Maka David ditinggal sendirian untuk merawat Bastian, putra satu-satunya.
“Bagaimana kabarmu? Dan anakku?” Presiden bertanya.
“Kami baik-baik saja, Paman. Sibuk dengan bisnis seperti biasa. Bagaimana denganmu?” Presiden menghela nafas.
“Yah, aku juga sibuk. Menjadi Presiden negara ini membuatku merasa punya banyak anak yang harus diurus. Tapi aku bahkan tidak bisa mengurus anakku sendiri” katanya setengah bercanda dan terkekeh.
Sedangkan Marco tersenyum lemah mengingat tragedi yang terjadi lima belas tahun lalu.
15 TAHUN YANG LALU...
“Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday to you... “ Semua orang bernyanyi serempak.
Saat itu adalah ulang tahun Marco yang ke 10, dan semua orang hadir, termasuk keluarga Aditama. David bukanlah presiden saat itu.
Kemudian seorang gadis berusia lima tahun yang mengenakan gaun bermotif bunga berwarna merah muda dan hiasan kepala menghampiri Marco yang sedang sibuk bermain dengan anak-anak lain.
Gadis kecil itu menarik tangan Marco yang menggunakan kemeja polo sementara tangannya yang lain memegang sebuah kotak kecil di belakang punggungnya. Marco memandangi gadis kecil yang tersenyum padanya, dan ia membalas senyumannya.
“Hai, Emilia. Kenapa kau di sini sendirian? Kau tidak seharusnya disini” Emilia mengerutkan kening padanya dan cemberut.
“Aku hanya ingin memberimu hadiahku dan mengucapkan selamat ulang tahun padamu” matanya berair.
“Tapi kau tidak ingin aku di sini” gadis bernama Emilia itu memberikan hadiahnya kepada Marco dan berlari menuju orang tuanya.
Marco membuka kotak itu dan terkejut melihat isinya. Itu adalah gelang yang terbuat dari manik-manik warna-warni dengan liontin hati berwarna merah muda. Kemudian Marco tersenyum.
‘Gadis kecil yang konyol’ Sambil menggelengkan kepalanya, Marco memakai gelang itu di pergelangan tangannya. Melihatnya membuatnya merasa senang.
‘Ini pas di pergelangan tanganku. Ini adalah hadiah terbaik malam ini’ pikir Marco.
“Permisi sebentar. Orang tuaku memanggil ku” Marco pamit dari teman-temannya dan mencari Emilia.
“Bastian!” Marco memanggilnya, sementara Bastian terlihat sedang sibuk makan makanan penutup. Dia memandang Marco dengan alis terangkat.
“Apa.. Kamu mau.. apa?” jawabnya dengan mulut penuh makanan.
“Apakah kau melihat adikmu?” Marco bertanya.
Bastian menunjuk ke arah rumah, di mana mereka melihat orang tua mereka melalui jendela kaca setinggi langit-langit sedang berbicara. Maria, ibu Marco, menggendong Emilia yang terus terkikik karena gelitikan nya itu.
Kemudian Marco berjalan ke arah mereka, meninggalkan Bastian sendirian, yang makan di meja dekat area kolam.
“Emilia!” Marco berseru, tapi tiba-tiba orang-orang bersenjata memasuki rumah mereka dengan mengenakan topeng, mengepung semua orang, menutupi semua pintu masuk, dan menodongkan pistol ke semua tamu.
“Bella.. kau cantik seperti biasanya. Senang bertemu denganmu lagi. Apa kau merindukanku sayang?” Seorang pria berusia tiga puluhan menyapa Bella, sedangkan tangannya pria itu menodongkan pistol ke arah David, suaminya.
Semua orang di pesta itu ketakutan dan tidak berani melakukan satu gerakan pun. Beberapa pengunjung bahkan gemetar dan berbisik ketakutan. Berkumpul di ruang tamu, kaget dan kaget karena pria bernama Bili Martinus itu membawa orang-orang bersenjata ke pesta mereka.
“Aku datang kesini setelah mendengar putra bahwa Walikota sedang mengadakan pesta” Bili mengacungkan pistolnya pada anak laki-laki di pesta ulang tahun itu.
“Selamat ulang tahun, Marco, aku tidak menerima undangan, jadi aku mengundang diriku bersama dengan pasukanku” ucapnya dengan meringis.
“Beraninya kau memasuki rumahku tanpa izin?” Jayden, ayahnya Marco mengertakkan giginya.
“Oh, aku lupa memberitahumu, anak buahku mengalahkan semua pasukanmu dan membunuh orang-orang yang melawanku. Kau tidak akan memiliki siapa pun di sini untuk melindungimu” Bili Martinus menyeringai.
“Ngomong-ngomong, aku minta maaf karena mengganggu pertemuan bahagia ini” sambungnya Bili.
“Kau, brengsek!” Jayden hendak meraih pistol yang disembunyikan di pinggangnya, namun Bili menembaknya tepat di dada.
“Jayden!”
“TIDAK!” Bella, Maria, dan David berteriak serempak.
“Ayah!” Marco berteriak, air mata mengalir dari matanya sementara Emilia berteriak ketakutan, ia terkejut dengan suara pistol dan orang-orang dewasa di sekitarnya berteriak pada saat yang bersamaan.
Tubuh Jayden terjatuh ke tanah saat Marco berlari ke sampingnya.
“Ayah, tolong bangun!” Marco meratap putus asa sambil mengguncang tubuh ayahnya. Dengan air mata mengalir di pipinya, ia terus meminta ayahnya untuk bangun.
“Ayah ayah...”
Jayden batuk darah sambil membuka matanya.
“Maria...” Jayden memanggil istrinya, ketika ia mencoba untuk duduk, ia mengetahui istrinya tidak ada di sisinya karena anak buah Bili mengarahkan senjatanya ke arahnya.
“Jangan berani-beraninya kau menembak istriku! Aku akan...Membunuhmu.. brengsek!” Teriak Jayden.
Kemudian Maria mengembalikan Emilia kepada Bella dan berusaha mendekati suaminya.
“Jayden!” Teriak Maria saat Bili menariknya ke belakang dan mengendus rambutnya.
“Hmmm.. Baumu.. segar” dengan na*su di matanya, Bili menjilat bibirnya sebelum kembali mengalihkan perhatiannya ke Jayden.
“Aku akan mengantarmu kembali nanti” Bili mendorong Maria ke arah anak buahnya agar mereka bisa menahannya.
“Berhentilah menimbulkan masalah dan tinggalkan kami sendiri!” Bella berteriak pada Bili.
“Ssst... aku belum selesai. Aku tidak akan pergi sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan” David menggertakkan giginya.
“Dasar brengsek! Apa yang kau inginkan?” Tanya David ayahnya Bastian.
“Jika aku bilang aku menginginkan istrimu.. maukah kau memberikannya padaku?” Bili mengejek.
“Menjauhlah dari keluargaku!” David mengepalkan tangannya.
“Jika aku ikut denganmu, apakah kau membiarkan mereka dengan selamat?” Bella bertanya.
“Kau benar-benar akan datang padaku rupanya. Aku tahu kau selalu menginginkanku” Bili tertawa mengejek.
“Tidak! Kau tidak akan pergi dengan bajingan itu. Meskipun aku harus mati” kata David dengan tatapan tegas.
“Lebih baik berikan dia padaku atau aku akan membunuh semua orang di sini” Bili menyeringai.
“Kau harus memilih” sambungnya Bili.
“Orang yang tidak bersalah akan terluka jika kita tidak memberikan apa yang dia inginkan.” Bella menggenggam tangan suaminya, meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Tidak, Bella! Jangan pertaruhkan nyawamu. Pikirkan anak-anakmu” kata Maria sambil menangis.
“Ada terlalu banyak orang yang tidak bersalah. Aku tidak bisa mempertaruhkan nyawa mereka. Ini hari ulang tahun putramu. Jika aku pergi, dia tidak akan mengganggu kalian” Bella merasa perlu mengorbankan dirinya demi semua tamu dan anak-anaknya.
“Blah. Blah. Blah. Hentikan drama itu,” kata Bili.
“Bawa dia, dan bawa juga anak perempuan itu! Aku akan membutuhkannya nanti” Bili memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membawa Bella dan Emilia.
“Tidak. Tidak. Tidak. Kumohon, Bili, aku akan ikut, tapi jangan bawa putriku, kumohon...” Bella memohon, air mata mengalir di wajahnya, tetapi Bili tidak mau mendengarkan.
“Jangan bergerak!” Bili memperingatkan ketika ia melihat David mencoba mengambil pistol milik Jayden yang tergeletak di tanah.
“Aku akan meledakkan otak putrimu jika kau bergerak” Bili memperingatkan. David mengangkat tangannya menyerah, tidak ingin terjadi apa-apa pada putrinya.
Dan kemudian anak buah Bili menyeret Emilia dan juga Bella ke mobil mereka.
“Aku punya hadiah untuk diberikan kepada pemuda ini” kata Bili sambil mengacak-acak rambut Marco sambil menyeringai saat tubuh muda itu memelototinya dan menepis tangannya.
“Jangan, uhuk, uhuk… jangan sentuh anakku!” Jayden memperingatkan, meski kesulitan bernapas.
“Oh, tenang saja Jayden.. Aku tidak akan menyakitinya, aku hanya akan memberinya hadiah yang tidak akan pernah dia lupakan” Bili menyeringai jahat.
aq ngasih bunga mawar 🌹 lagi ya Thor