Tawanan Sang Mafia Kejam
**Beberapa hari sebelumnya**
Senyuman seorang gadis bernama Aruna Arindita itu mengembang, membingkai indah di wajah pucatnya itu. Ia duduk di tepian kasur didekat jendela yang terbuka lebar, sesekali wajahnya itu mendongak dan memejamkan matanya menikmati sorot matahari dan hembusan angin yang membelai kulit pucatnya itu.
Aruna bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia menikmati hembusan angin dan sinar matahari yang cerah itu, dengan masih memejamkan matanya, Aruna menjilat bibir bawahnya yang terasa sangat kering, bukan kering, melainkan pecah-pecah bahkan sudut bibirnya pun terlihat terluka.
Biasanya, jendela kamar itu akan tertutup rapat, tidak ada sinar matahari, ataupun hembusan angin yang bisa masuk kesana. Namun kali ini berbeda, mungkin tuhan sedang membiarkan Aruna si gadis malang itu istirahat sejenak dari penderitaan hidupnya, meskipun Aruna ingin selamanya ia bisa seperti ini.
Aruna membuka matanya dan perlahan bola mata coklat itu menelisik kedua pergelangan tangan nya, kemudian ia tersenyum, tersenyum melihat bekas luka yang melingkar disana, pergelangan tangan itu lecet bahkan ada bekas darah yang sudah mengering. Begitu pun juga dengan pergelangan kakinya, sama-sama memiliki nasib yang sama dengan tangannya.
Aruna tidak pernah berpikir sekalipun, bahwa rantai yang mengikat dan memborgol tangannya itu akan lepas. Ya, semua ini terasa mimpi bagi Aruna, makanya tadi ia tersenyum melihat tangan nya, bukan bermaksud menikmati lukanya tapi ia tersenyum karena rantai yang biasa ia lihat sekarang sudah tidak ada.
Rasanya Aruna mendapatkan kebebasannya sekarang, meskipun hanya sekedar untuk melihat cahaya matahari dan menikmati hembusan angin dari kamarnya. Tapi tetap saja dengan begini pun, Aruna berpikiran bahwa tuhan masih menyayangi nya.
Dulu, Aruna selalu berharap dan berdoa jika suatu saat tuhan akan mengirimkan sang penyelamat untuk nya, untuk memberikan kebebasan padanya.
Bahkan Aruna masih tidak percaya sampai sekarang, bahwa ayahnya itu tidak lagi mengurung nya, Aruna pikir ayahnya itu sudah berubah menjadi lebih baik, mungkin sang ayah akan mencoba untuk menyayangi putri nya sendiri, memberikan cinta, kasih sayang dan perlindungan layaknya seorang Ayah yang penyayang.
Jika dulu, entah apa yang membuat Bili Morgan, ayahnya Aruna itu selalu memperlakukan nya dengan buruk, bahkan bisa dibilang ayahnya itu selalu menyiksa Aruna dan mengurung nya.
Bahkan tamparan, pukulan pernah Aruna dapatkan dari ayahnya itu, Aruna tidak pernah dibiarkan tahu apa alasan ayahnya itu memperlakukan ia seperti itu, ayahnya hanya selalu bilang, Aruna adalah anak yang merepotkan untuknya tidak seperti anak orang lain.
Apa maksudnya dia berkata seperti itu? Padahal Aruna pun tidak pernah melakukan sesuatu yang akan merugikan ayahnya.
Brak!
Alhasil Aruna yang sedang menatap ke luar pun terlonjak kaget mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka dengan keras.
Ayahnya memang selalu seperti itu jika masuk kamarnya Aruna, meskipun Bili sudah tidak lagi mengurung Aruna, tapi kebiasaan nya itu masih belum hilang dan membuat Aruna takut dan khawatir, apakah ia akan terkurung lagi seperti sebelumnya?
“A-ayah” gagapnya Aruna saat melihat ayahnya. Bahkan pikiran Aruna sudah takut dan gelisah melihat ayahnya itu sedang berdiri diambang pintu kamarnya dan seolah mata tajamnya itu memindai keadaan kamarnya Aruna.
“Aku akan pergi ke tempat partner kerjaku, kau tetap dirumah jangan sampai keluar” ucap ayahnya itu yang bahkan tidak menyebut dirinya sebagai ayah. Tapi Luna tidak masalah dengan itu, sudah tidak mengurungnya saja ia sudah bersyukur dan teramat senang.
“Iya ayah, aku akan tetap dirumah, ayah hati-hati, aku mencintai ayah” ucapnya Luna dengan tersenyum tulus.
“Hem” hanya itu saja respon dari ayahnya dan kemudian pergi dan menutup pintu kamarnya Aruna.
‘Ayah juga mencintaimu, Putriku’ Aruna pikir ayahnya akan membalas dengan kalimat itu, namun nyatanya tidak.
Lalu Aruna memikirkan sesuatu, mungkin ia harus bisa membuat ayahnya itu kagum dan senang padanya, meskipun dari hal kecil yang ia lakukan, contohnya seperti memasak.
“Ya, masak, aku akan masak untuk ayah, pastinya nanti ayah senang” Gumamnya Aruna sembari tersenyum dan melangkahkan kakinya itu dengan semangat menuju dapur. Namun saat membuka kulkas, ia tidak menemukan bahan makanan apapun disana.
“Tidak ada apa-apa rupanya” gumam nya sembari menutup kembali pintu kulkas itu.
“Sepertinya.... Aku harus membeli nya sendiri, lagian tempat nya juga dekat dari rumah” sambungnya Luna memikirkan tentang ia akan berbelanja.
*****
Bili Morgan, sesuai dengan apa yang tadi ia katakan sebelumnya pada Aruna, bahwa ia ingin bertemu dengan partner kerjanya. Adrian William, dia adalah orang yang sedang ia ditemui sekarang. Mereka sedang membicarakan beberapa bisnis yang akan mereka lakukan, ataupun yang sudah mereka lakukan, namun bisnis yang mereka bahas ini seputaran jual beli barang-barang haram, penyelundupan dan penyebaran nya dikota tersebut.
“Bili, selain pertemuan kita itu membahas soal bisnis, tapi... Aku juga ingin membahas hal lain dengan mu” ucapnya Adrian William yang duduk dengan angkuhnya sembari tumpang kaki dan tangannya itu mengapit sebatang rokok yang sesekali ia hisap.
“Apa yang ingin tuan bicarakan dengan saya? Sepertinya penting” respon nya Bili.
“Ya, tentu saja ini penting, karena ini menyangkut putrimu, Aruna” jawabnya Adrian dengan mata yang fokus melihat ekspresinya Bili.
“M-maksud tuan apa? Saya kurang paham?” Tanya Bili dengan hati-hati.
“Tech, kau ini bodoh, jelas kalau aku menginginkan putri mu sebagai istri ku” ucapnya Adrian William yang membuat Bili membelalakkan matanya kaget.
Jelas jika Bili tidak akan sanggup menolak permintaan nya Adrian, karena pria yang berkuasa itu telah berjasa banyak bagi hidupnya.
*****
Aruna tampak sesekali bersenandung ceria saat tangannya itu sibuk dengan masakan nya.
“Sudah matang, saat nya ku hidangkan, ayah pasti suka” ucapnya sembari mematikan kompor nya.
“Aruna! Aruna!” Tiba ada suara teriakan seseorang yang memanggil namanya dan Aruna tahu it adalah ayahnya.
“Iya ayah, aku disini” jawabnya Aruna sembari menghidangkan makanan itu ke piring berukuran besar.
“Apa yang sedang kau lakukan hah?!” Tanya sang ayah yang tiba-tiba sudah berada di dapur dan membuat Aruna kaget.
“Ayah, aku masak untuk ayah, ayah pasti sudah lapar kan ayo makan sama-sama” ucapnya Aruna dengan senyuman nya yang membuat ayahnya itu jijik.
“Hentikan!!!”
Prang!!
Aruna terlonjak kaget saat piring yang sedang ia bawa tiba-tiba dilempar dengan kasar oleh ayahnya.
“Kau pembangkang!! Sudah kubilang jangan keluar rumah!!!” Bentaknya Bili membuat Aruna ketakutan.
“A-aku hanya berbelanja, aku masak sesuatu untuk ayah” jawabnya Aruna yang ketakutan.
“Diam!! Aku tidak butuh masakan sialan itu!! Yang aku butuhkan kau mematuhi perintahnya ku!” Bentaknya lagi.
“Dan kau, dari mana kau mendapatkan uang untuk membeli bahan masakan itu hah? Kau mencuri uang ku?!”.
Sakit rasanya, disaat anak lain mendapatkan uang dari ayahnya untuk sekedar mendapatkan apa yang diinginkan, sementara Aruna malah disebut mencuri uang ayahnya sendiri, padahal uang itu tidak Aruna gunakan untuk dirinya.
“Kau anak pembangkang, tidak tahu diri kau harus aku kurung! Ucap ayahnya itu sembari tiba-tiba menarik rambutnya Aruna dan menyeretnya tanpa ampun.
“Ayah sakit... Kumohon lepaskan” Rintihnya Aruna saat ayahnya itu menarik rambutnya dengan paksa, bahkan rasanya kulit kepalanya saja mau lepas.
“Kau masuk, dan jangan pernah keluar lagi” ucap ayahnya sembari mendorong tubuhnya Aruna dengan kasar ke dalam kamarnya. Dan setelah itu ayahnya mengunci nya kembali disana.
Andaikan jendela yang terbuka lebar itu tidak berteralis, maka Aruna akan kabur dari sana, tapi apa sekarang harapan Aruna? Ia sudah kembali ke tempat dimana ia terkurung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Xavia
Kalo ada season 2 nya pasti langsung aku baca. Udah suka banget sama karakternya!
2024-06-14
2