NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:7.4M
Nilai: 4.5
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Seperti biasa, selepas shubuh Hasna berbelanja sayur di depan komplek. Sekaligus bersosialisasi dengan tetangga, karena mereka penghuni baru di perumahan ini.

Suara khas ibu-ibu yang sedang menawar belanjaaan terdengar saling bersahutan. Hasna memilih beberapa sayuran segar, karena untuk lauk sendiri sudah banyak stok di lemari pendingin.

"Mbak, yang rumahnya halamannya paling luas itu, bukan?" Tanya seorang ibu-ibu berdaster motif bunga.

"Iya, Bu. Saya Hasna." Jawabnya sopan, tak lupa senyuman manis ia sunggingkan di bibirnya.

"Oh, namanya Mbak Hasna." Sahut seorang ibu-ibu berkerudung hitam disebelah ibu-ibu berdaster tadi.

"Iya, Bu. Salam kenal."

"Saya Bu Rani" kata ibu-ibu berdaster tadi.

"Saya Bu Desi." Kini ganti ibu berkerudung hitam memperkenalkan diri.

"Kalau saya, Bu Mita, Mbak Hasna." Satu lagi ibu berambut ikal yang sepertinya lebih tua dari Hasna beberapa tahun memperkenalkan dirinya.

Hasna menyalami mereka satu persatu. Senang rasanya kenal orang baru di lingkungan tempat kita tinggal.

"Mbak Hasna ini pengantin baru ya? Kok sepertinya hanya tinggal berdua saja sama suami." Kata Bu Rani.

Hasna hanya mengangguk sambil tersenyum mendengar pertanyaan ibu-ibu itu.

"Belum ada momongan ya?" Tanya Bu Rani lagi.

Hasna tetap tersenyum menanggapi pertanyaan ibu bertubuh sedikit berisi itu.

"Namanya pengantin baru, masih hangat-hangatnya, masih manja-manjanya sama pasangan. Jadi masih menikmati waktu berdua, Bu Rani." Ucap Bu Desi.

"Tapi sepertinya Mbak Hasna dan suami sama-sama kerja ya? Hati-hati loh Mbak, terlalu sibuk kerja nanti malah susah dapet momongannya." Ucap Bu Rani lagi.

Duh, kenapa jadi bahasannya sampai anak segala sih? Wajar juga, namanya tetangga yang ingin mengakrabkan diri, jadi pertanyaannya menjurus ke arah pribadi. Situasi yang membuat Hasna merasa sedikit kurang nyaman. Jadi berasa dapat tausiyah pagi.

Belum juga Hasna berbicara, suara Bu Mita sudah terdengar terlebih dahulu.

"Anak itu rezeki Bu Rani. Sesibuk apapun pasangan, kalau sudah waktunya diberi rezeki berupa momongan sama yang Kuasa, pasti punya momongan juga, pun sebaliknya. Bukan berarti orang tidak bekerja lebih besar peluangnya untuk hamil, kan? Buktinya saya, yang hanya ibu rumah tangga, tapi rezekinya tiba disaat usia pernikahan saya menginjak tiga tahun."

Perempuan yang lebih muda dari kedua ibu-ibu lainnya itu terlihat lebih dewasa menyikapi permasalahan yang sering dijadikan bahan olokan bagi pasangan yang tak kunjung mendapatkan momongan.

Hasna hanya tersenyum melihat perdebatan kedua wanita disampingnya itu. Hasna rasa itu adalah jawaban yang cukup tepat.

"Nggak usah dimasukin hati ya, Mbak Hasna. Bu Rani emang orangnya suka gitu." Bisik Bu Desi.

"Iya, Bu." Lirih Hasna.

Hasna masih terlihat tenang dengan ucapan ibu-ibu barusan. Buktinya tangannya tetap memili- milih sayuran segar di gerobak kang sayur.

Hingga akhirnya, Hasna terlebih dulu selesai, dan disusul Bu Mita setelahnya.

Hasna melanjutkan rutinitas pagi dengan memasakkan sarapan untuk Rama. Sebetulnya ingin sekali perempuan itu sesekali mengajak suaminya itu makan di restoran miliknya. Tapi, situasinya masih belum memungkinkan. Suaminya masih acuh terhadap dirinya.

Selesai sarapan dan mengantarkan Rama sampai teras, mengekori lebih tepatnya. Hasna segera merapikan kembali serta mencuci peralatan makan yang telah digunakan. Setelah itu bersiap untuk ke restoran.

***

Hari Senin, hari sibuk pertama setelah libur, pun dengan Rama. Baru saja sampai ruangan, lelaki itu sudah disuguhi tumpukan berkas dimejanya.

Jangan lupakan perempuan yang mengantarkan berkas itu, Marissa. Sengaja ia berlama-lama diruangan Rama, agar ia bisa bertemu dengan Bosnya itu, seolah-olah tak sengaja.

Pagi ini, perempuan itu berdandan cantik sekali. Lipstik berwarna coral menjadi pilihannya kali ini. Dengan dress ketat selutut yang dipadukan dengan blazer krem, dia terlihat lebih dewasa. Apalagi dengan tatanan rambut yang dibuat bergelombang bagian ujungnya.

Cklek

Terdengar suara pintu dibuka dari luar, seketika senyuman perempun itu mengembang sempurna. Tak sia-sia dia berlama-lama di ruangan Rama, yang ditunggu akhirnya muncul juga.

"Selamat pagi, Pak. Saya sudah membereskan berkas yang Bapak minta." Kata perempuan itu dengan suara selembut mungkin.

"Ya, terima kasih." Jawab Rama datar.

Laki-laki itu berjalan menuju meja kerjanya, tapi tak ada tanda-tanda jika sekretarisnya itu akan beranjak.

"Ada lagi?" Tanya Rama.

"Ah...tidak, Pak."

Rama menautkan kedua alis memperhatikan sekretarisnya yang tak kunjung keluar dari ruangannya.

Sadar akan tatapan Bosnya, membuat Marissa salah tingkah.

"Maaf, apa Pak Rama membutuhkan sesuatu?" Rupanya perempuan itu tetap bertahan di dalam ruangan.

"Tidak."

"Kopi mungkin?"

"Tidak, kamu boleh pergi." Akhirnya keluar sudah kode keras dari Rama. Mau tak mau Marissa pun keluar juga.

Saat membuka pintu ternyata sudah ada Ivan yang hendak mengetuk pintu. Akhirnya asisten itupun langsung masuk kedalam ruangan Rama.

"Maaf, Pak. Apa untuk meeting siang nanti akan tetap Bapak wakilkan kepada saya?"

"Iya, karena saya nanti juga ada pertemuan di Perusahaan Pak Dirga. Jangan lupa kamu siapkan semua berkas yang diperlukan."

"Baik, Pak."

Rama kembali fokus dengan pekerjaannya. Tapi beberapa detik kemudian, Rama mengangkat kepalanya. Ivan tak kunjung meninggalkan ruangannya.

Entah ada apa dengan sekretaris juga asistennya pagi ini. Tingkah keduanya sungguh membuat dirinya terganggu. Sudah tidak ada yang dibutuhkan tapi tak kunjung keluar dari ruangan.

Rama menghirup nafas panjang sebelum mengatakan sesuatu kepada asistennya itu.

"Ada yang kamu butuhkan lagi?"

"Ah...tidak, Pak. Saya..." Tiba-tiba saja kata-katanya terasa tercekat di lidah.

Rama masih menunggu kalimat yang akan diucapkan Ivan berikutnya.

"Saya ingin mengajak Mbak Hasna makan siang, apa Pak Rama tau tempat kerja Mbak Hasna?" Akhirnya pertanyaan itu berhasil Ivan lontarkan pada Rama.

Rama benar-benar kaget dibuatnya. Ucapan Ivan terdengar begitu lancar tanpa hambatan. Ternyata asistennya ini mulai menunjukkan ketertarikan terhadap istrinya secara terang-terangan. Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.

"Ivan, sebaiknya kamu fokus dengan pekerjaanmu. Jangan mencampur adukkan permasalahan pribadi dalam hal ini." Ucapnya sedikit ketus.

"I...iya, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Ivan pun akhirnya keluar dari ruangannya. Rama mulai tak fokus dengan pekerjaannya kali ini.

***

Rama menuju tempat pertemuan yang diadakan di perusahaan Pak Dirga, setengah jam setelah makan siang. Kini laki-laki itu berangkat sendiri, karena Ivan juga tengah meeting dengan klien juga.

Setelah mencapai kesepakatan kerja, Rama segera meninggalkan perusahaan tersebut. Ia berencana akan langsung pulang, mengingat jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

Sebelum itu Rama mampir sebentar di toko kue yang berada tak jauh dari perusahaan tempat ia mengadakan pertemuan. Tiba-tiba saja ia ingin makan red velvet kesukannya. Sekalian membelikan orang tuanya, karena ia akan mampir sebentar sebelum pulang ke rumahnya.

Parkiran toko yang dituju lumayan penuh, akhirnya ia memarkir mobilnya di seberang jalan, hingga membuatnya sedikit berjalan untuk sampai di toko.Tak lama setelah itu, ia menenteng dua paperbag berisi kue dan menuju mobilnya.

Braakk...

Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menghantam tubuh laki-laki yang tengah menyeberang jalan menuju mobilnya.

Rama, laki-laki itu terpelanting ke arah bahu jalan. Darah segar mengalir di pelipisnya.

"Aahhhkk..." Laki-laki itu mengerang menahan tengan yang tertindih tubuhnya.

Seketika orang-orang berkerumun dan memberikan pertolongan kepadanya. Tak lama, seorang pria turun dari mobil yang terparkir tak jauh dari tempat Rama.

"Maaf, tolong bawa Bapak ini ke dalam mobil saya. Saya tak sengaja menabraknya. Saya akan bertanggung jawab." Kata pria itu.

Beberapa orang membantu Rama berdiri, namun laki-laki itu kembali mengerang tatkala ada yang menyentuh lengan kanannya.

"Sepertinya, ada luka serius di lengan Bapak ini. Harus segera mendapatkan pertolongan." Kata salah seorang yang menolong Rama.

Mobilpun melaju menuju rumah sakit terdekat.

Rama segera dilarikan ke IGD guna mendapatkan pertolongan pertama. Setelah beberapa saat, seorang dokter menghampiri pria yang telah membawa Rama ke rumah sakit.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter.

"Saya Tora, yang bertanggung jawab terhadap pasien, Dok." Jawab pria bernama Tora tersebut.

Dokter menjelaskan keadaan Rama, terutama cedera di lengan sampai bahu kanannya.

"Apa perlu dilakukan tindakan operasi, Dok?" Tanya Pak Tora sedikit khawatir, karena cederanya lumayan parah.

"Tidak perlu, Pak Tora. Hanya saja untuk dua minggu sampai satu bulan kedepan akan dipasang gips untuk mengurangi resiko cedera yang lebih parah. Nanti juga akan diimbangi dengan terapi oleh dokter ortopedi."

"Baiklah Dokter, lakukan yang terbaik untuk pasien."

Setelah itu Dokter pun kembali ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Rama sebelum dipindahkan ke ruang perawatan.

Setelah mengurus administrasi dan sebagainya, Pak Tora menemui Rama yang telah berada diruang rawat.

"Nama saya Tora. Sebelumnya saya mohon maaf pada Pak_"

"Panggil saja Rama." sahutnya dengan nada ramah.

"Iya, nak Rama. Saya mohon maaf telah membuat nak Rama celaka karena kelalaian saya. Saya sungguh menyesal sekali." Ucapan pria dihadapannya itu terdengar penuh penyesalan.

Mau disesali pun sudah terjadi. Yang namanya musibah tidak bisa kita prediksi kapan datangnya, bukan? Rama pun tersenyum ke arah pria yang usianya seumuran dengan papanya itu.

"Iya, Pak. Saya sudah memaafkan Bapak. Ini juga musibah, mungkin ini teguran agar saya lebih berhati-hati lagi." Kata Rama dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Sebagai permohonan maaf saya, izinkan saya menanggung semua biaya perawatan nak Rama hingga sembuh. Bahkan saya rela, jika harus mengantarkan nak Rama untuk terapi nantinya." Ucap Pak Tora tulus.

"Tidak perlu berlebihan seperti itu, Pak Tora. Saya sudah cukup senang karena bapak sudah mengantarkan saya ke rumah sakit hingga mendapatkan pertolongan. Untuk selanjutnya, biarlah keluarga saya yang akan mengurusnya. Pak Tora tidak perlu khawatir." Kata Rama.

Menurutnya masalah ini tak perlu diperpanjang lagi, bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Toh, Pak Tora sendiri sudah bertanggung jawab dan menyesali kelalaiannya.

Setelah berbincang sejenak, akhirnya Pak Tora undur diri. Tak lupa meninggalkan kartu nama di atas nakas disebelah ranjang pasien.

***

1
Khusnul Khotimah
pasti ada rencana Allah didalamnya
Siti Ramlah
smngadd thor..karyamu ok
Rustiana Rustiana
bagus kok author aku suka .
Tati Suwarsih
maaf thor...dalam kamar d larang mengucap lafadz Allah
Tati Suwarsih
Alhamdulillah....
Tati Suwarsih
Islam melarang memamerkan kemesraan d dpn umum walaupyn suamu istri
Maulida Hayati
semoga Marisa menemukan anak dan suaminya.
Maulida Hayati
Apa kabar Marisa
Anonymous
ok
Khairul Azam
menjijikkan rama ini,
Khairul Azam
kenapa ya setiap november pasti perempuannya begitu, bakti sama suami boleh tp liat liat lah klo suaminya gak menghargai kita, kita jg punya harga diri jgn terlalu merendahkan harga diri sendiri
Maulida Hayati
Geregetan sama Marissa
Maulida Hayati
dasar wanita jalang
Maulida Hayati
Semoga selamat
Maulida Hayati
tidak adakah jalan cerita lain selain seperti ini, selalu dengan cara menjebak.
Maulida Hayati
Luar biasa
rika rokim
Kecewa
Bunda angelica Eza abinaya
paling sebel kalau dengar cerita pemeran laki2 ny jd bucin akut,posesif ny keterlaluan.masa foto sama sodara sendiri dilarang jln2 dilarang mempercantik diri dilarang semua serba dlarang.biasa2 aja bisa x
Alfiyah Hasna
LM bgt tor sadar nya,bikin geram ja
Atma Inatun Nikhma
terima kasih atas karyanys....
sebuah kisah yg bagus....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!