Perjalanan hidup yang berliku-liku harus diterima dengan penuh keikhlasan. Sebagai seorang single parents yang memiliki seorang anak laki-laki itu tak mudah. Setelah kehilangan pekerjaan di salah satu perusahaan di ibukota.
Akankah berakhir dengan bahagia di perjalanan hidupku ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurilmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 23
Keesokan harinya aku belanja untuk stok bahan-bahan kue yang tinggal yang sedikit. Aku di temani oleh Sari yang selama ini membantuku membuat kue. Selama satu jam aku berbelanja untuk bahan-bahan kue dan nanti diantar kurir dari toko ke rumah. Sebenarnya bisa saja aku menelepon pemilik toko dan nanti bahan kue tinggal diantar ke rumah tapi aku lebih senang ke tokonya untuk bisa memilih dan melihat expired dari bahan kue tersebut.
"Sari besok kita akan membuat kue pesanan untuk hari sabtu siang, jadi ini sudah semua yang kita beli untuk beberapa hari kemudian?" tanyaku untuk memastikan karena selain diriku yang mengecek bahan kue Sari aku perintahkan untuk mengecek juga jika aku sedang sibuk.
"Sudah semua bu sesuai catatan dan enggak ada yang tertinggal", kata Sari.
"Kalau begitu kita langsung pulang saja dan nanti kita singgah ke kedai bakso ya Sari", ucapku kemudian.
" Baik bu", jawab Sari padaku.
Tak jauh dari toko kue kami singgah di kedai bakso dan makan di tempat. Tidak lupa membeli empat porsi untuk di bawa pulang ke rumah. Setengah jam berlalu kami berdua pulang ke rumah.
Sampai di rumah aku beristirahat di kamar setelah selesai sholat dzuhur. Saat hampir tertidur terdengar suara vibrasi di ponselku bergetar. Kulihat tertera nama mas Azzam di ponselku. Jarang sekali dia meneleponku dan ini sekarang menelepon ada gerangan apa.
"Hallo assalamu'alaikum mas Azzam", ucapku lirih karena sudah sedikit mengantuk ingin tidur siang.
" Walaikumsalam kamu kenapa suaranya seperti itu", tanya Azzam
"Enggak apa-apa mas hanya sedikit mengantuk", ucapku seraya menguap.
" Setelah pulang dari kantor aku jemput, mama dan papa mengundang kamu untuk makan malam", kata Azzam.
"Harus ya mas?" tanyaku.
"Astagfirullah nih cewek pakai nanya dengan kata harus apa tidak ada kata yang lain selain itu".gumam Azzam.
"Tidak ada salahnya bersilaturahmi Sarah, nanti sepulang dari kantor langsung aku jemput dan sebelum aku on the way aku chat kamu nanti", kata Azzam.
" Ok",ujarku.
"Sekarang tidurlah Sarah, assalamu'alaikum", ucap Azzam mengakhiri pembicaraan kami berdua.
" Walaikumsalam".
Tak lama aku tertidur pulas karena kelelahan. Waktu pun berlalu tak terasa sudah pukul 18.00. Aku sudah siap saat tadi Azzam memberi kabar. Saat ku keluar dari kamar Fahri sedang menonton televisi di temani oleh mbok Darmi. Sebelumnya aku sudah memberitahukan pada Fahri, malam ini aku ada acara di luar dan Fahri anakku mengijinkan ibunya untuk pergi.
"Fahri, ibu pergi dulu ya..... di rumah sama mbok Darmi dulu ya", ucapku seraya mencium kening anakku Fahri.
" Iya ibu hati-hati di jalan ", ujar Fahri seraya menyalami tanganku.
" Assalamu'alaikum ".
" Walaikumsalam ".
Aku berlalu ke arah pintu pagar yang ternyata sudah ada mobil Azzam dan aku langsung masuk ke dalam mobil duduk di samping Azzam yang memegang setir mobil. Mobil Azzam melaju dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan kami banyak diam, aku yang duduk di samping Azzam hanya melihat dari kaca mobil kendaraan yang lalu lalang melintas di jalan raya. Satu setengah jam mobil masuk di kawasan perumahan elit yang mayoritas rumah mewah. Mobil Azzam pun tiba di pintu pagar tinggi dan pintu pagar terbuka dengan otomatis. Rumah mewah bergaya modern saat sampai di depan teras rumahnya.
Azzam membukakan pintu mobil untuk ku saat aku ingin membukanya sendiri. Kuikuti langkah kaki Azzam menuju ke dalam rumah mewahnya. Saat kulihat ke dalam rumah banyak sekali barang mewah yang tak mampu kubeli pastinya. Aku dan Azzam di sambut oleh mama papanya Azzam.
" Assalamu'alaikum tante, om", ucap salam ku seraya mencium tangan tante Dewi dan menangkupkan kedua tanganku pada om Adam.
"Walaikumsalam nak Sarah akhirnya kamu mau datang juga nak",kata tante Dewi tersenyum bahagia.
" Iya tante".
"Ayo mari silahkan duduk dulu nak Sarah", ucap tante Dewi mempersilahkan diriku duduk di sampingnya.
Sedangkan om Adam duduk di sofa single dan Azzam berlalu meminta ijin untuk ke kamar untuk mandi terlebih dahulu. Kami bertiga mengobrol dan sedikit banyak tante Dewi dan om Adam ingin mengetahui jati diriku.
" Mama.... papa...... aku pulang", ucap seorang gadis cantik mendekati kami dan sedikit terkejut saat melihatku ada di dekat tante Dewi.
"Tiara jangan berteriak begitu, tidak sopan ada tamu", ucap tante Dewi mengingatkan gadis tersebut.
"Maaf ma", ujarnya seraya tersenyum padaku.
" Kenalkan ini Tiara adiknya Azzam yang paling bungsu", kata tante Dewi padaku.
Akupun menyalami tangan Tiara dan di sambut dengan hangat olehnya. Tak berapa lama Azzam datang dan duduk tak jauh dari om Adam, sesekali Azzam menatapku dalam. Pukul 20.00 kami pun makan malam bersama. Setelah selesai makan malami kami semua duduk di ruang tengah, ternyata keluarga Azzam orang yang hangat. Walaupun mereka keluarga berada mereka tidak memandang rendah orang. Sudah larut malam aku pun undur diri pada tante Dewi dan om Adam serta Tiara. Aku diantar pulang oleh Azzam dengan mobil yang berbeda dari biasanya yang sering di bawa ke kantor.
"Kalau mengantuk tidurlah, nanti aku bangunkan kalau sudah sampai di rumahmu", kata Azzam saat aku sudah menguap melanda.
" Iya mas", ucapku lirih seraya menahan kantuk.
Tak lama kemudian aku tertidur pulas dengan sendirinya.
"Nih cewek kalau sedang tidur lucu dan manis juga, sayangnya bukan muhrimnya kapan bisa aku menikahinya", gumam Azzam saat menatap Sarah.
...****************...
Hari sudah pagi, aku terbangun kesiangan kulihat jam dinding pukul 7.00 pagi. Terakhir yang aku ingat masih di mobil Azzam tapi saat ini aku sudah berada di ranjang tidurku. Aku beranjak ke kamar mandi untuk bersihkan diri dengan mandi. Selesai mandi saat berpakaian vibrasi ponselku bergetar di atas nakas.
" Hallo assalamu'alaikum, kamu sudah bangun hmm ", ujar Azzam di seberang sana.
" Walaikumsalam sudah bangun baru selesai mandi, kamu kenapa enggak bangunin aku saat aku tertidur di mobilmu?"tanyaku bersungut.
"Enggak tega aku bangunkan kamu tadi malam tertidur sangat nyenyak dan kamu sempat aku bangunkan susah di panggil beberapa kali enggak bangun juga mau enggak mau aku membopongmu ke dalam kamar", ucap Azzam.
Kemarin malam Azzam telah membopongku dari mobilnya sampai ke dalam kamarku setelah mbok Darmi membukakan pintu rumah. Sebenarnya aku kesal dan marah campur malu terhadap Azzam yang seenaknya saja membopongku tanpa ijin aku terlebih dahulu.
" Lain kali jangan seperti itu aku enggak suka mas, mengapa enggak kamu usahakan untuk aku terbangun mas Azzam ", ujarku kesal.
" Sudahlah enggak di perpanjang Sarah yang jelas kamu saat ini sudah terbangun, makanya kalau tidur jangan seperti kerbau ", kata Azzam.
Mendengar perkataan absurd dari Azzam aku langsung matikan telepon sebelah pihak. Sampai berkali-kali Azzam menelepon diriku tak aku angkat teleponnya karena sangking kesal, marah bercampur malu di katakan aku ini tidur seperti kerbau.
" Kalau omong kok ya enggak di sortir dulu sih Azzam!!!" gumamku.
Akupun beranjak keluar kamar dan menyiapkan membuat kue untuk acara tante Dewi esok hari. Aku di bantu oleh ketiga keponakan mbok Darmi yang sudah menjadi pegawaiku khusus untuk membantu membuat kue. Hingga menjelang sore aku masih berkutat dengan adonan kue yang aku buat adalah kue brownies, puding caramel, kue lapis surabaya. Malam pun tiba aku baru selesai semuanya hanya tinggal pengemasan untuk di masukan ke dalam kardus kotak sesuai ukuran.