Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Seminggu sudah Mentari menghilang.walau polisi sudah hampir tapi Fajar masih berusaha melakukan pencarian. ia belum putus asa.
Ia yakin Mentari masih hidup dan sedang menunggu pertolongannya.
Suatu hari saat berjalan di satu tampar, Fajar tak sengaja menabrak seseorang.
"Maaf, aku kurang hati-hati." ucapnya sambil membantu memungut barang bawaan yang berantakan.
Tapi saat ia menyerahkan barang yang sudah di pungut nya. ia begitu kaget. Ternyata yang di tabrak nya adalah Raya.
"Raya?" Fajar menatap gadis itu dengan seksama. Ia melirik bungkusan di tangan Raya yang baru ia serahkan. Isinya beberapa potong roti dan air mineral. Itupun jumlahnya cukup banyak.
Menyadari Fajar yang menatap tas di tangannya. Raya menyembunyikannya ke belakang.
Untuk apa Raya membeli barang-barang itu? Pikirnya.
"Maaf, saya buru-buru." Raya bergegas pergi. wajahnya terlihat tegang.
Sejenak Fajar berpikir kalau ada yang tidak wajar pada sikap gadis itu.
Lalu diam-diam dia mengikuti gadis itu.taksi tang membawa Raya berhenti di sebuah tempat. Setelah menengok Janan kiri, dia masuk dan menutup kembali pintunya.
Beberapa saat kemudian dia keluar lagi dan pergi tanpa membawa apa-apa.
Fajar semakin penasaran.
Siapa orang yang di bawakan makanan oleh Raya?
Pikirannya tertuju kepada Mentari. Apa mungkin dia yang menculik Mentari? Aku harus mencari tau."
Setelah memastikan Raya benar-benar pergi. Dia memasuki rumah kosong itu.
kosong tidak ada seorangpun. Tinggal satu kamar yang belum dia masuki.
Pintu berderit saat Fajar mendorongnya perlahan.
Seorang pria yang mungkin seumuran dengannya sedang duduk dengan kaki terpasung. Dia ketakutan saat melihat Fajar.
Singkat cerita. Fajar melaporkan hal itu ke pihak berwajib. Tempat itu di gerebek. Raya pun harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.Raya bersedia bercerita di depan penyidik dan Fajar juga.
Ternyata, dengan memanfaatkan pria yang sakit jiwa itu dia sudah menculik Mentari malam itu.
Dia merasa kesal karena Alfan tidak bisa melupakannya. Sebenarnya dua tidak menyukai Alfan sama sekali. Tapi entah kenapa saat Alfan masih mencintai Mentari, hatinya menjadi panas. Akhirnya malam itu dia menyusun rencana untuk melenyapkan ibu angkatnya itu.
Selain itu, dendam di masa kecilnya meracuni otaknya. Ibunya selingkuh dengan teman ayahnya hingga keduanya sering cekcok. Raya kecil trauma oleh keadaan itu. Dia menyalahkan ibunya yang sudah berselingkuh. Dan akhirnya suatu hari mereka bertengkar di dalam mobil dan mengalami kecelakaan. Keduanya meninggal di tempat.
Sejak itu ia membenci para wanita yang bergelar istri. ia ingin mereka menderita seperti apa yang dia alaminya sewaktu kecil.
Bak gayung bersambut saat Alfan menaruh hati padanya. dengan restu Bu Karsih,Jadilah perselingkuhan itu berlanjut.
Tanpa ekspresi gadis itu menceritakan kisahnya. Tidak ada sesal atau takut. Sorot matanya datar. Yang terlihat adalah kepuasan. Yah, mungkin dia puas karena berhasil membuat Mentari menderita, Alfan koma, Dan Fajar kehilangan mempelai nya.
Tapi di akhir ceritanya membuat kening Fajar berkerut.
"Benar, akulah yang menculik ibu dengan bantuan oak Tarno. Kami membiusnya hingga ibu pingsan. Tapi di perjalanan mobil kami mogok. aku berusaha mencari bantuan dengan meninggalkan mereka berdua. tapi saat kembali yang ada cuma pak Tarno. Ibu menghilang tanpa jejak. aku sendiri bingung dan sempat khawatir juga. Jangan-jangan dia berhasil kabur dari pak Tarno dan melapor kepada polisi. Tapi sampai kejadian ayah masuk rumah sakit, ternyata ibu tidak ada berita. Entahlah..." ia mengakhiri ceritanya.
Fajar menatapnya jengah. Ia ingin sekali menonjok wajahnya yang seperti tidak bersalah itu.
"Kau sadar sudah membuat banyak orang menderita? Mentari, aku dan Alfan. Dan sekarang Mentari tidak ada kabar itu gara-gara dirimu..!" hampir saja Fajar menampar wajah lugunya. Tapi petugas mencegahnya.
Selain itu ada lagi berita yang membuat kaget.
Ternyata anak yang di sayangi Bu Karsih bukanlah anak Alfan, melainkan anak hasil hubungan Raya dengan dengan seorang pria.
Bu Karsih menjerit histeris setelah mendengar cerita itu. Semua sudah terjadi, sesal tiada guna lagi.
Dengan bukti-bukti yang ada, pengadilan me jeratnya dengan pasal berlapis.
Gadis itu sama sekali tidak terkejut ataupun sedih. Dia hanya tersenyum hampa.
Tidak ada yang menduga ternyata Raya menyimpan derita tang pahit dimasa kecilnya dan mempengaruhi hingga dia remaja.
PR batu bagi kepolisian untuk mencari Mentari.
harapan itu kembali muncul membuat Fajar bersemangat.
Dengan Semanget baru dia pulang kerumahnya.
Dia agak kaget karena rumahnya tidak terkunci. Perasaan tadi dia menguncinya.
Tanpa curiga dia masuk ke kamar.
Dia terkejut bukan main saat melihat Wanda tengah duduk di tepi pembaringan.
"Wanda...? Kapan kau datang? "
Wanda menatapnya heran.
"Bang Fajar tidak suka, ya Dengan kedatanganku?" sahutnya dengan wajah sedih.
"Maksudku, ke apa harus kau yang datang. Abang berjanji akan menjemputmu, kan?" jelasnya dengan gugup.
Semua menjadi kacau dengan kedatangan Wanda.
"Abah dan Emak sudah melarang ku. Tapi bosan di rumah. Ia kalau benar datang menjemput. kalau tidak? Ga apa-apa, bang. aku tidak ingin merepotkan Abang."
Fajar menjadi salah tingkah. Wanda sudah ada di hadapannya saat ini. Lalau bagaimana dengan Mentari?
"Eeh, maaf Abang agak pusing. Kau istirahatlah. biar Abang mandi dulu sebentar."
Wanda mengangguk.
Namun dia heran saat melihat Fajar keluar dari kamarnya dengan membawa handuk dan pakaian bersih.
"Kau mau mau mandi dimana, bang? Apa karena ada aku kau harus keluar?" nada bicaranya terdengar kecewa.
Fajar menjadi serba salah. Dia mendekati adiknya tang duduk dengan wajah murung.
"Wanda,Abang minta maaf. kita memang sudah menikah dengan sah. Tapi ini terlalu mendadak. Abang belum bisa membiasakan diri. untuk sementara waktu biarlah kita seperti ini dulu. Abang janji akan berusaha menjadi yang terbaik. tapi itu semua butuh proses."
"Aku tau, Anang terpaksa menerima pernikahan ini. Tapi aku sudah menjadi istri sah mu, ku harap Abang begini bulan karena wanita lain." ucap Wanda tersendat.
Fajar mendesah panjang.haruskah dia menjelaskan kepada Wanda bahwa hati dan perasaannya hanyalah untuk Mentari.
Tapi tidak, Wanda sedang hamil. dia tidak boleh banyak pikiran.
"Kau jangan khawatir. Pikirkan bagaimana agar kandunganmu sehat saja. Jangan berpikiran macam-macam.."
Fajar mengusap kepalanya dengan lembut.
Sambil mandi dia mencari akal bagaimana caranya menghadapi Wanda sedangkan ada Mentari di hatinya.
Seandainya Mentari kembali dan mengetahui tentang Wanda apa yang akan terjadi?
Malamnya saat Fajar keluar kamar sambil membawa banyak dan selimut, Awanda kembali murung.
"Kau mau tidur di kamar sebelah, ya Bang? Daripada Abang yang keluar, lebih baik aku saja." Wanda membuka lemari untuk mengambil pakaiannya.
"Wanda, Abang ada pekerjaan sedikit, kalau Abang tetap disini kau akan terganggu. Biar Abang saja yang tidur di luar." Fajar berhasil membujuknya.
Berhasil kali ini, lalu besok? alasan apalagi yang akan dia gunakan.
💞Bersambung...!