NovelToon NovelToon
Sekretaris Meresahkan

Sekretaris Meresahkan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia
Popularitas:78.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Sekretaris Meresahkan


Sekretaris Meresahkan

Deskripsi

POV Devan

Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.

"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.

"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"

Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.

"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.

"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.

"Jangan macam-macam denganku, atau...."

"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"

"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"

Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lembur yang Diinginkan

"Freya sayang. Ini Akang datang. Akang kangen kamu sayang."

Dengan cepat Freya membelokkan stang motor untuk menghindari Santo. Gadis itu menambah kecepatan motornya memasuki basement. Melihat motor Freya masuk ke basement, Santo langsung mengejar sambil terus memanggil nama calon istrinya itu.

"Freya sayang! Freya! Freya!"

Ketika mendekati ujung basement, Freya memutar balik motornya dan melajukannya kembali. Santo hanya melongo ketika melihat motor Freya berlalu begitu saja meninggalkan basement. Kembali pria itu mengejar. Dia berteriak meminta Mono, anak buahnya untuk mengejar Freya. Pria bernama Mono itu bergerak cepat mengejar Freya. Namun motor yang dikemudikan gadis itu sudah lebih dulu keluar dari pelataran parkir Mega Tower.

"Ambil mobil, cepat kejar Freya!" titah Santo.

Mono segera berlari menuju mobil. Dia kemudian mengarahkan kendaraan roda empat tersebut ke pintu keluar pelataran parkir. Santo yang menunggu di dekat sana segera masuk ke dalam mobil. Kereta besi itu meluncur mencari jejak keberadaan Freya.

Sementara itu, Freya memilih mengarahkan motornya menuju Royal Residence. Dia merasa memasuki perumahan ini lebih aman dibanding berkeliling di jalan raya. Dia langsung diijinkan masuk oleh security yang memang sudah mengenalnya karena setiap pagi Freya selalu datang ke rumah Devan. Freya juga yakin kalau Santo tidak akan mengejarnya sampai ke sini. Tidak sembarangan orang bisa masuk ke komplek perumahan elit ini.

Gadis itu mengarahkan kendaraan roda duanya menuju mini market yang berada tak jauh dari pintu masuk komplek. Di sini memang dijadikan pusat perniagaan komplek. Ada mini market, beberapa gerai makanan, laundry, tempat cuci mobil dan motor serta kantor tour and travels. Setelah melepas helmnya, Freya masuk ke dalam mini market. Dia mengambil mie instan cup, dua buah sosis siap makan dan sebotol air mineral. Usai membayar belanjaannya, Freya menambahkan air panas ke dalam cup mie lalu membawanya ke meja khusus pengunjung yang ada di bagian luar mini market.

Sambil menunggu mienya matang, Freya membuka bungkus sosis siap makan dan air mineral. Terdengar helaan nafasnya ketika mengingat kejadian yang baru saja menimpanya. Pasti Banu yang sudah mengabarkan pada Santo tentang keberadaannya. Harusnya dia tidak mempercayai begitu saja pamannya itu. Freya bergidik sendiri saat membayangkan kalau tadi dirinya sampai tertangkap oleh Santo.

Freya membuka penutup cup, lalu mulai memakan mienya. Ditambahkan ke dalam cup, sosis yang tadi dibelinya. Tadinya dia sudah membayangkan akan memasak makanan lezat di apartemen. Tapi ternyata hanya mie instan saja yang menjadi menu makan malamnya sekarang. Sambil menikmati makanannya, otak Freya berpikir cepat, di mana dia akan tidur malam ini.

"Apa aku ke tempat Mbak Winie aja ya? Tapi aku ngga tahu jalannya, nanti kalau nyasar gimana? Terus aku harus tidur di mana?" batin Freya.

Di saat seperti ini, dia sangat berharap Devan menghubunginya dan memintanya datang ke rumah untuk lembur. Tapi rasanya mustahil. Setahunya semua pekerjaan sudah selesai, jadi tidak ada alasan Devan memanggilnya.

Mie instan cup, dua buah sosis siap saji dan air mineral sudah masuk semua ke dalam perut Freya. Gadis itu masih duduk melamun sambil menopang kepala dengan kedua tangannya. Di tengah lamunannya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat Freya mengambil ponsel tersebut, berharap Devan yang menghubungi. Namun dugaannya salah, ternyata Banu yang menelpon. Dia memilih mengabaikan panggilan dari Pamannya itu.

Tiga kali Banu menghubungi Freya, namun gadis itu mengabaikannya begitu saja. Freya bernafas lega ketika Banu tak menghubunginya lagi. Namun lima menit kemudian, ponselnya kembali berdering. Gadis itu menutup telinganya, mencoba mengabaikan panggilan tersebut. Dua kali panggilan sudah diabaikan olehnya.

Freya melihat jam di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah menimbang-nimbang, gadis itu memutuskan pergi ke apartemen Winie. Tapi lebih dulu dia akan menghubungi Winie untuk menanyakan alamat. Freya mengambil ponselnya. Matanya membelalak ketika layar ponsel menyala, dia melihat dua panggilan tidak terjawab dari Devan. Ternyata dua panggilan terakhir berasal dari Devan. Dengan cepat gadis itu menghubungi sang atasan.

"Kemana saja kamu?!" sembur Devan ketika menjawab panggilan dari Freya.

"Maaf Pak, hapenya disilent."

"Ke rumah saya sekarang!"

"Siap!"

Devan terkejut mendengar jawaban Freya yang penuh dengan semangat. Biasanya nada suara gadis itu terdengar lesu setiap dia meminta datang untuk lembur. Berbeda dengan sekarang. Namun Devan tidak mempedulikan itu semua, pria itu langsung mengakhiri panggilan.

Dengan bersemangat Freya bangun dari duduknya. Ternyata Tuhan dengan cepat mengabulkan permohonannya. Devan dikirimkan oleh-Nya untuk menolongnya malam ini. Sebelum pergi ke rumah Devan, Freya kembali masuk ke dalam mini market. Dia mengambil handuk kecil, sikat gigi, plester dan obat flu. Dibawanya semua barang itu ke kasir. Usai membayar semuanya, Freya keluar dari mini market. Dia mengeluarkan dulu plester yang dibelinya tadi. Dia membalut tiga jarinya di kedua tangannya menggunakan plester, baru kemudian melajukan kendaraannya menuju rumah Devan.

Ketika motor yang dikendarai Freya memasuki pekarangan rumah Devan, nampak pria itu sudah berdiri di depan teras. Mata tajamnya terus melihat pada Freya yang tengah memarkirkan motornya. Dengan langkah tergesa, gadis itu mendekati atasannya.

"Kamu terlambat lima menit!"

"Maaf, Pak. Tadi saya mampir ke mini market dulu."

Devan memperhatikan penampilan Freya. Gadis itu masih mengenakan pakaian kerjanya, bahkan sepatu dan tasnya juga masih melekat di tubuhnya.

"Kamu belum pulang ke apartemen?"

"Belum, Pak. Tadi saya makan malam di luar. Pas mau pulang, Bapak telepon."

"Masuk!"

Devan membalikkan tubuhnya lalu masuk ke dalam rumah. Freya mengekor di belakangnya. Keduanya segera menuju lantai dua. Di sana Ega sudah menunggu. Tapi pria itu tidak sendiri, melainkan bersama dengan Ganjar.

"Hai Frey," sapa Ganjar.

"Eh kamu di sini juga."

"Iya. Ada perubahan untuk company profile yang baru, makanya aku ikut ke sini."

Freya segera mendekat lalu duduk di samping Ganjar. Di depannya sudah tersedia laptop yang siap menjadi teman kerjanya malam ini. Untung saja dia sudah melakukan antisipasi sebelumnya. Mata Ega langsung tertuju pada jari Freya yang terbalut plester.

"Eh jari kamu kenapa?"

"Ini ada kecelakaan kecil pas di mini market."

"Kamu ngga bisa ngetik dong."

"Bisa. Cuma ngga bisa cepat aja."

"Kalau sakit, ngga usah dipaksain, Frey. Mending kamu pulang aja," timpal Ganjar.

"Eh beneran aku ngga apa-apa. Lukanya ngga parah kok. Aku masih bisa ngetik."

Sebisa mungkin Freya meyakinkan Ganjar dan Ega kalau dirinya baik-baik saja. Jangan sampai Devan menyuruhnya pulang. Dia sudah menemukan tempat untuk bermalam, tentu saja tidak akan menyia-nyiakannya.

"Ayo langsung kerjakan aja, biar kamu bisa cepat pulang," seru Devan.

Freya menarik lembaran kertas yang terdapat beberapa coretan di atasnya. Devan sudah mengoreksi perubahan dalam company profile. Ganjar pun mulai tenggelam dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Ega dan Devan. Freya mengetik perlahan, agar pekerjaannya membutuhkan waktu lama untuk selesai karena hanya sepuluh lembar saja yang harus diketiknya.

"Hatchi!"

Freya mengusak hidungnya agar terlihat merah. Setelah berpura-pura jarinya terluka, dia juga berakting kalau terkena flu.

"Kamu flu?" tanya Ganjar.

"Kayanya nih. Untung aku udah beli obat flu."

"Minum dulu sana."

Ganjar menyodorkan gelas berisi air putih. Freya mengambil obat flu dari dalam tasnya. Dia membuka salah satu obat. Matanya melihat pada ketiga pria yang ada di dekatnya. Mereka semua tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Dengan cepat Freya memasukkan obat di tangannya ke dalam tas. Lalu dia berpura-pura memasukkan obat ke dalam mulutnya kemudian mendorongnya dengan air.

Mata Freya melirik jam yang tergantung dinding. Waktu baru pukul setengah sepuluh, tapi pekerjaannya hampir selesai walau beberapa kali Devan melakukan perubahan. Jangan sampai Devan menyuruhnya pulang. Gadis itu kembali berpikir, bagaimana caranya agar bertahan lebih lama dan bisa menginap di rumah ini.

"Selesai!" seru Ganjar.

Ucapan Ganjar menyadarkan lamunan Freya. Dia sontak melihat pada Ganjar yang ekspresi wajahnya terlihat senang. Dalam hati Freya merutuki Ganjar yang sudah menyelesaikan pekerjaannya. Namun ternyata bukan hanya Ganjar, Ega juga sudah menyelesaikannya pekerjaannya, begitu pula dengan Devan.

"Alhamdulillah beres. Bisa pulang sekarang nih," ujar Ega.

"Frey.. kamu udah selesai belum?"

"Belum. Dua lembar lagi."

"Besok aja diterusin. Sekarang mending kamu pulang. Kan kamu lagi flu, cepat istirahat biar ngga keterusan sakitnya," usul Ega.

"Tanggung, Pak. Dikit lagi juga selesai."

"Biar aku bantu," tawar Ganjar.

"Ngga usah."

"Kalian pulang aja duluan," seru Devan.

"Kita pulang duluan ngga apa-apa?"

"Iya, ngga apa-apa. Babay.."

Freya melambaikan tangannya. Ganjar dan Ega segera berdiri kemudian berjalan meninggalkan ruang tengah lantai dua. Devan juga ikut berdiri. Dia hendak mengantarkan Ega dan Ganjar sampai ke teras. Sesampainya di bawah, mereka bertemu dengan Rafael. Pria itu mengajak ketiganya berbincang sebentar. Hal tersebut dimanfaatkan Freya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Hampir lima belas menit lamanya Rafael berbincang dengan anak dan karyawannya. Karena hari semakin malam, Ega dan Ganjar segera berpamitan. Selesai mengantarkan dua orang tersebut, Devan kembali ke lantai atas. Mendengar suara langkah kaki menapaki anak tangga, Freya buru-buru merebahkan kepalanya di atas meja. Devan mendekati sekretarisnya yang sedang tertidur.

"Frey.. Freya.. bangun!"

Devan menepuk lengan Freya cukup kencang. Mau tidak mau Freya membuka matanya. Kalau Devan menggendongnya dan tahu kalau dirinya belum tidur, bahaya juga. Dia akan langsung disuruh pulang. Dengan mata setengah membuka, Freya melihat pada Devan.

"Maaf Pak, saya ketiduran. Pekerjaannya sudah selesai, sudah saya save juga."

"Ya udah, pulang sana!"

"Iya, Pak."

Pelan-pelan Freya bangun dari duduknya. Matanya masih belum terbuka sempurna, sesekali gadis itu menguap menandakan kalau dirinya benar-benar mengantuk. Dengan tubuh sempoyongan, gadis itu berdiri lalu mengambil tasnya. Gadis itu sengaja menabrak kursi ketika berjalan.

"Ck.. kamu cuci muka dulu sana biar segar."

"Dingin, Pak. Ngga apa-apa kok."

Cara berjalan Freya sengaja dibuat sempoyongan. Dia berjalan miring ke kanan dan kiri dan hal tersebut sukses membuat Devan mencemaskannya.

"Mending kamu tidur di sini aja, dari pada pulang malah bahaya."

"Ngga usah, Pak."

"Ngga usah ngebantah! Sana masuk ke kamar tamu!"

Tangan Devan menunjuk kamar yang ada di sisi kanan Freya. Kepala gadis itu mengangguk pelan, lalu berjalan menuju kamar tersebut. Dia masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Senyumnya mengembang begitu sudah berada di dalam kamar.

"Makasih Pak Devan. Akhirnya aku bisa tidur nyenyak malam ini."

Freya membuka blazernya, lalu segera naik ke atas kasur. Untuk malam ini, dia bisa selamat dari jerat Santo. Untuk besok, biar dia pikirkan lagi caranya.

***

Sementara itu, di apartemen Freya, Santo tengah mengeluarkan kekesalannya pada Banu dan Mina. Keduanya hanya terdiam saja mendengar ocehan Santo yang tidak ada habisnya. Pria itu kesal karena Freya kabur tepat di depan matanya.

"Maaf Pak, kan saya sudah pernah bilang. Sabar dulu, Pak. Kalau Bapak tiba-tiba datang, nanti Freya nya bisa kabur, dan sekarang jadi kenyataan."

"Terus aku harus bagaimana?"

"Biar besok saya temuin Freya di kantornya. Saya akan bicara baik-baik dengan dia. Pokoknya Bapak jangan nongol dulu. Percaya sama saya, yang penting Freya bisa Bapak bawa pulang."

"Apa kamu yakin?"

"Yakin, Pak."

"Ya sudah, saya tunggu janji kamu. Ayo Mono!"

Santo segera mengajak anak buahnya untuk pergi. Dia memang sudah menyewa kamar hotel untuk tidur malam ini. Tadinya Santo berharap Freya bisa menemaninya tidur malam ini, tapi ternyata keinginannya masih belum bisa menjadi kenyataan.

"Pa.. Papa yakin bisa bawa Freya pulang?" tanya Mina setelah Santo pergi.

"Yakin. Kamu tenang aja. Besok Papa akan temui dia dan Papa yakin dia pasti bakalan nurut."

Mina menganggukkan kepalanya. Semoga saja sang Papa bisa membujuk Freya. Dengan begitu dia akan lebih cepat mewarisi semua yang Freya miliki saat ini.

***

Ketika Freya tengah menyelesaikan pekerjaannya, telepon ekstensi yang ada di mejanya berdering. Sambil terus mengetik, Freya mengangkat telepon.

"Halo.."

"Halo Bu Freya, ada tamu yang mau bertemu," terdengar suara resepsionis dari seberang.

"Tamu? Siapa?"

"Namanya Pak Banu."

***

Ketemu Banunya lusa aja, Frey. Soalnya besok aku libur😂

1
Anik Trisubekti
Devan said:kehilangan sekertaris yang imut dan soleha
SR.Yuni
Kalo bisa semua isi kebun binatang aku sebut untuk 2 manusia ini tapi takut kena tilang aku...sumpah gedek banget aku sama kelemahan Freya....
Endang 💖
baru lah si Devan kelabakan di tinggal Freya
susulin mas Devan...
ana17
guru ngajinya ganteng
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
yassalam dlm kondisi kayak gini aja sempet² freya becanda.. narsis nya kebangetan 🤣🤣
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
eh kamu mah devan klo udah tau dari semalam, kenapa gk buru buru tlp freya, skrg freya udah pergi, buruan susul kali aja masih bisa ngejar
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
mudah mudahan aja di tengah jalan devan keburu nolong freya dan freya gk jadi ke Bandung
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
mimpi mu ketinggian mina awas ntar jatoh sakit loh
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
hilih si mina pede bgt bilang gampang, kau gk tau aja gimana devan. dijamin kamu gk akan bisa ngadepin devan
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
ish eweh kaera eta aki aki nya geus bau taneh oge hayang kawin jeung gadis angguran ge geura tobat, lain kalah nu dipikiran teh nafsu we..
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
aku Aamiin kan do'a pak wawan semoga dikabulkan 🤣
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
orang yg udah cukup dengan freya pasti tau klo freya ada masalah, bisa diliat dari keseharian nya yg biasanya ceria skrg murung bahkan keliatan sedih
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
tuh kan gk ktemu sama devan, coba aja ktemu dulu sama devan trus ceritain semuanya pasti devan mau bantu
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
gadis periang seperti freya pasti banyak yg suka, makanya freya mudah akrab sama siapa aja...
⒋ⷨ͢⚤💕ιͥмͬαͥѕᷤ💕Ꮶ͢ᮉ᳟🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦
masih subuh frey udah kerumah devan, gk bakal ktemu dong sama devan nya
choowie
laporin s Devan ya pak
choowie
amiin pak🤲
choowie
kirain s Devan langsung nyusulin tdi malem
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ¢ᖱ'D⃤
jadi ikutan mewek sih 😭 semoga saja Devan nyusul,mobil Santo blum berangkat jauh ya.. apalagi sampai Bandung sorenya langsung akad,gak kebayang kan Freya bersanding dengan aki2 bau tanah
Ani
😭😭😭😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!