My Lovely Secretary

My Lovely Secretary

BAB 1

Gadis kecil yang masih memakai seragam putih merah itu terus memandangi seorang lelaki berparas tampan yang sedang serius menatap layar laptopnya. Lelaki tampan itu sudah memakai seragam putih abu-abu. Dia memang masih kelas 6 SD dan mungkin baru saja mengenal cinta monyet.

"Kak Rey, ayo kita menikah?" tanya Vivi sambil meraih tangan Reynan yang sedang mengetik di atas laptop.

Reynan yang sudah kelas XII SMA hanya menatap bingung pada Vivi. Sedetik kemudian dia tersenyum dan mengusap puncak kepala Vivi. "Vivi, kamu masih SD. Belajar yang rajin, jangan memikirkan pernikahan. Jangan terlalu sering lihat drakor sama Raina. Belum cukup umur, tidak bagus."

"Kalau aku sudah dewasa dan sudah bekerja, apa Kak Rey mau sama aku?"

Reynan semakin tertawa. "Rain, teman kamu nih, jangan kamu tularin halu." teriak Reynan memanggil adik perempuannya. Adiknya juga masih kelas 6 SD, dan Vivi adalah sahabat yang seringkali bermain di rumah dan tidak mau pulang sebelum bertemu Reynan.

Raina yang baru keluar dari kamar melempar Kakaknya dengan boneka. "Apaan sih? Kak Rey nih yang buat Vivi halu." Kemudian Raina duduk di dekat Vivi. "Lagian kamu jangan nikah sama Kak Rey, cari laki-laki lain yang tampan kayak Mas Nunu atau Bang Ichang juga boleh."

Reynan hanya menggelengkan kepalanya mendengar percakapan kedua bocah SD itu.

"Bagi aku tetap Kak Rey yang paling tampan. Kak Rey, tunggu aku sampai aku dewasa yah."

Reynan tersenyum kecil. "Pikirin dulu mau lanjut SMP dimana? Stop lihat drakor, kalian masih kecil. Gini dampaknya kalau keseringan lihat cinta-cintaan."

"Memang Kak Rey gak pernah cinta-cintaan?" tanya Vivi dengan polosnya.

Raina tertawa dengan keras. "Kak Rey mana sempat mikirin cewek. Kak Rey mah sibuk belajar terus."

"Bagus itu Raina," sahut Mamanya yang bernama Rani itu. Dia meletakkan satu piring pisang keju yang masih hangat.

Reynan segera mengambil pisang keju itu dan melahapnya. "Bocah-bocah nih, Ma. Sudah mikirin cinta-cintaan."

"Iya, Rain?" tanya Rani pada putrinya untuk memastikan.

"Bukan, nih Vivi yang tiba-tiba ajak Kak Rey menikah," elak Raina.

Seketika Rani tertawa. "Vivi? Kamu masih kecil. Sekolah dulu yang rajin, kalau sudah dewasa baru memikirkan masalah cinta dan pernikahan. Mulai sekarang kalian tidak boleh menonton drakor lagi."

"Yah, Mama, terus apa hiburannya. Suruh lihat Spongebob gitu?" Raina melipat kedua tangannya sambil bersandar di sofa.

Rani hanya tertawa lalu dia menatap putranya yang kembali fokus dengan laptopnya. "Kamu jadi kuliah di London, Rey?" tanya Rani.

"Jadi, Ma. Semoga lulus tesnya," jawab Reynan.

"Kak Rey mau kuliah di London?" tanya Vivi.

"Iya," jawab Reynan singkat.

"Berapa lama di sana?" tanya Vivi.

"Lama sekali, biar Vivi tidak bisa menemui aku lagi," jawab Reynan dengan asal.

Seketika Vivi menekuk wajahnya. Dia mengambil tasnya lalu buru-buru pamitan pada Rani. "Tante, Vivi pulang dulu."

"Biar diantar Kak Rey."

Vivi menggelengkan kepalanya dan berlari keluar dari rumah Raina.

"Ih, Kak Rey ini jahat banget sih. Kenapa bilang gitu sama Vivi." Raina mencubit pinggang Kakaknya.

"Iya, iya. Aku cuma bercanda. Masih bocah aja baperan." Kemudian Reynan berdiri dan mengambil kunci motornya. Dia mengendarai motornya dan menyusul Vivi.

"Vivi!" panggil Reynan sambil menghentikan motornya di dekat Vivi. "Ayo, aku antar."

Vivi menggelengkan kepalanya.

"Aku cuma bercanda. Aku pasti kembali setelah masa kuliah selesai." Reynan turun dari motornya dan mengambil slayernya lalu melingkarkannya di pergelangan tangan Vivi. "Ayo, aku antar pulang."

Vivi menganggukkan kepalanya. Lalu dia naik ke boncengan Reynan. Dia masih saja menatap slayer yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Vivi, masa depan kamu masih panjang, kamu belajar yang rajin dulu. Ada saatnya nanti kamu akan memikirkan masalah cinta. Percayalah, suatu saat nanti kamu akan merindukan masa kecil kamu saat kamu merasakan sakit hati karena cinta," kata Reynan sebelum melajukan motornya.

Vivi menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak. Aku mengerti."

Kemudian Reynan melajukan motornya menuju rumah Vivi.

Vivi berharap, suatu saat nanti dia bisa bersama Reynan. Tapi, mungkin itu hanya sebatas harapan belaka karena nyatanya sampai bertahun-tahun, tidak ada kesempatan sama sekali untuk Vivi bisa bersama Reynan.

Sejak kuliah Reynan sudah jarang pulang ke Indonesia. Dia melanjutkan sampai S2 di London. Vivi juga sudah disibukkan dengan sekolahnya lalu kuliah di universitas terbaik di Indonesia. Hingga akhirnya dia lulus dengan nilai terbaik.

"Sudah sepuluh tahun berlalu. Bagaimana kabar Kak Rey? Aku jarang sekali ke rumah Raina dan setiap ke rumah Raina tidak pernah bertemu lagi." Vivi menatap pantulan dirinya di cermin. Dia sekarang sudah berusia 22 tahun, sudah dewasa dan sudah pantas memikirkan cinta maupun pernikahan.

Vivi mengambil slayer yang masih dia simpan dengan rapi. "Kak Rey, apa masih mengingatku? Semoga Tuhan belum memberikan jodoh untuk Kak Rey."

Vivi mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Raina. "Hallo Rain, apa kabar? Kamu sekarang ada di rumah? Oke, aku ke sana sekarang ya."

Setelah mematikan ponselnya, Vivi memakai cardigannya lalu memasukkan ponsel dan dompetnya ke dalam tas. Dia tersenyum menatap pantulan dirinya lagi di cermin. "Kak Rey, aku sekarang sudah dewasa, apa kamu masih tidak terpesona denganku?"

Kemudian Vivi berjalan keluar dari kamarnya. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Tubuhnya proporsional dan sexy, kulitnya putih mulus dan bersih, lengkap dengan rambut panjang dan lurus.

"Vivi, mau kemana?" tanya Mamanya saat melihat Vivi memakai helmnya.

"Mau ke rumah Raina."

"Mau bertemu Rey?"

Vivi hanya tersenyum kecil lalu dia mengendarai motornya menuju rumah Raina. Sudah lama dia tidak ke rumah Raina karena dia juga kuliah di luar kota dan baru lulus bulan ini.

Beberapa saat kemudian Vivi sampai di depan rumah Raina. Dia menghentikan motornya lalu melepas helmnya. Rambutnya tergerai tertiup angin saat ada sebuah mobil yang baru saja berhenti. Dia terus menatap mobil itu hingga pintu mobil itu terbuka dan seseorang keluar dari mobil itu.

Dada Vivi semakin berdetak tak karuan. Sudah lama sekali dia tidak melihat wajah tampan itu. Dia semakin terlihat tampan dengan memakai setelan jas berwarna hitam dengan rambut yang rapi dan kacamata minus yang semakin menambah nilai plus di wajahnya.

Vivi turun dari motornya dan mendekatinya. "Kak Rey..."

Reynan menatap Vivi sambil menautkan alisnya. "Siapa ya?"

Walau terdengar menyakitkan karena ternyata Reynan tidak mengingatnya tapi Vivi masih bisa tersenyum merekah. "Vivi, Kak. Masak lupa sama aku?"

"Vivi?" Reynan melihat Vivi dari ujung kaki sampai ujung rambut. "Sudah tidak pakai seragam SD?" Lalu Reynan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Kak Rey, sudah 10 tahun loh kita tidak bertemu." Vivi mengikuti Reynan di belakangnya. "Aku sudah lulus S1."

Reynan tak menghentikan langkahnya, dia terus masuk ke dalam rumahnya.

"Ih, Kak Rey. Pokoknya aku tidak akan menyerah."

💞💞💞

Jangan lupa jadikan favorit ya...

Like dan komen di setiap babnya. Makasih yang sudah selalu setia... 😘

Terpopuler

Comments

Marlina Sari

Marlina Sari

aku juga suka banget sih ini

2024-06-04

0

Mamah Kekey

Mamah Kekey

keren mantul...

2024-04-24

1

Nona Sagitarius

Nona Sagitarius

mantabbb...

2024-01-19

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!