Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.
Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.
Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Menata Kembali
"Apa ini kak," aku memandang wajah suamiku yang datar tanpa ekspersi dengan hati bertanya-tanya.
"Itu pakaian untuk Nina dan semua perlengkapan bayi, dia tidak membawa pakaian bukan, aku menggunakan bajumu sebagai ukurannya, karena ukuran tubuh kalian tak jauh berbeda dan aku baru saja datang dari belanja"
Sungguh tidak menyangka ternyata kak Anggara yang terlihat cuek dan tak perduli justru kritis memikirkan apa yang diperlukan oleh Nina dan bayinya. Bahkan aku dan Nina pun kalau tidak diminta oleh suster untuk menyiapkan baju bayi, mungkin tidak berfikir sampai kesitu.
"Ayo cepat dibawa pakaiannya, kasian nanti bayinya kedinginan"
Aku tersenyum menatap wajah tampan suamiku. Lalu mengucapkan terimakasih atas sikap pedulinya pada seorang wanita.
"Tadi suster meminta pakaian bayi, aku dan Nina langsung gugup karena kita berangkat tergesa-gesa jadi tidak sempat menyiapkan pakaian bayi, " ujarku seraya pamit untuk masuk keruang tindakan dimana Nina dan bayinya sedang menungguku.
"Ini suster pakaian bayinya, terus apalagi yang harus saya siapkan," tanyaku.
"siapkan pakaian bayi, celana bayi, topi bayi, kaos tangan bayi, kaos kaki bayi. Handuk, minyak kayu putih sabun bayi, bedak dan Baby oil"
Aku langsung menyediakan semuanya, masyaallah, ternyata semuanya ada. Hebat sekali suamiku tahu apa yang harus dibeli saat seorang wanita melahirkan tanpa harus kita memintanya.
Aku langsung menyerahkan kepada suster yang akan memandikan bayi Nina bersama bayi-bayi yang lain. Setelahnya aku langsung mendekati Nina dan meminta Nina untuk memakai Daster dan pakaian dalam yang baru saja dibelikan suamiku.
Aku tersenyum sendiri saat mengetahui ternyata daster dan pakaian dalam yang dia belikan untuk Nina semua sama, baik dari segi ukuran, merek dan motifnya dengan daster-daster dan pakaian dalamku dirumah.
"Ini siapa yang beli, kok kamu cepat banget sih, tahu-tahu sudah bawa perlengkapan bayi sama pakaianku segala. Mana ukurannya pas banget dengan tubuh aku, " tanya Nina.
"Ternyata kak Anggara baru datang dari belanja. Ini daster dan pakaian dalam, semuanya yang kamu pakai sama dengan daster dan pakaian dalamku dirumah, baik dalam segi ukuran, merek. Maupun motifnya. Rupanya dia tidak punya ide, hanya pakaianku yang ada difikiranku, " ucapku dengan bangga.
Tiba-tiba Nina merasa sedih mendengar ucapanku, aku bingung, kenapa bisa demikian.
Menurut Nina, dia sedih teringat Andrea lelaki yang selama ini dia perjuangkan dengan banyak pengorbanan. Dia justru tidak peduli dengan diri dan anaknya. Malah Anggara dan aku yang bukan siapa-siapanya begitu baik kepadanya.
"mungkin inilah bukti dari pepatah sebagian orang. Wanita baik, contohnya kamu, akan mendapatkan lelaki baik juga seperti Anggara. Dan wanita berhati busuk sepertiku mendapatkan lelaki busuk juga," ujar Nina terisak.
Wanita itu benar-benar telah menyesali perbuatan buruknya dimasa lalu. Aku langsung memeluk Nina dengan penuh haru.
"Yang sudah berlalu biarlah berlalu Nina, tidak ada gunanya kamu ratapi. Karena semua tidak akan kembali seperti semula. Yang perlu kamu lakukan adalah bangkit dari keterpurukan ini. Hidup berbahagialah dengan putrimu. Jalanmu masih panjang, jangan pernah menyia-nyiakan waktumu yang tersisa hanya untuk lelaki seperti Andrea yang nggak ada guna.
Teruslah memohon ampun atas segala kesalahanmu dan perbaiki dirimu menjadi lebih baik. Suatu hari nanti, Tuhan pasti akan mengirim seseorang yang pantas untuk mendapingi wanita yang telah menjadi baik sepertimu.
Waktu terus berlalu, Nina dan bayinya dipindahkan dari ruang observasi keruang perawatan. Akupun dengan senang hati membantu Nina menungguinya sampai Nina keluar dari rumah sakit dan mengantarnya kerumahnya. Aku Ikhlas mengambil cuti demi Nina dan bayinya.
Aku dan kak Anggara mengantarkan Nina kekediamananya.
Baru saja Nina mau membuka pintu rumahnya dengan kunci yang ada dalam genggamannya. Tiba-tiba pintu terbuka.
"Dari mana kamu Nina, begini ya kelakuanmu, suami kerja malah keluyuran entah kemana. Begini caramu yang ingin menjadi istri yang baik versi kamu, dasar wanita Boddoh, tidak punya aturan, ternyata liar sekali kamu Nina," teriak Andrea yang baru keluar dari rumah yang Nina tinggalin.
Aku memandangnya dengan tatapan penuh prihatin saat dia mengarahkan pandangannya kearahku.
Eleeen… Anggara… .ohhh jadi kalian yang telah mempengaruhi Nina sehingga dia berani membangkang padaku, " Teriak Andrea saat menyadari ada kak Anggara dibelakangku.
Aku sama sekali tak memperdulikan Andrea yang terus mengucapkan kata-kata kasar. Kulihat Nina langsung menerobos masuk kedalam rumah, sama sekali tak terpengaruh oleh keberadaan Andrea yang memaki-makinya.
8
"OH… jadi kamu sudah melahirkan Nina, baguslah kalau begitu, jadi kita bisa secepatnya berpisah andai kamu masih tetap tak mau berbagi uang denganku,".ujar Anggara dengan lantang.
Nina membaringkan bayinya di keranjang bayi yang sudah dia siapkan dikamar pribadinya. Aku meletakkan koper berisi perlengkapan bayi yang aku bawa dari tadi.
Sambil duduk didekat keranjang bayi kulihat Nina menghampiri Andrea.
"Kalau kamu ingin menceraikan aku, sekarang juga ceraikan aku. Saat ini aku sudah siap menjadi janda, hidup bersama anakku jauh lebih baik daripada hidup dengan lelaki parasit sepertimu," ucap Nina dengan tenang.
Andrea sepertinya terkejut dengan ucapan Nina, mungkin dia tidak menyangka kalau Nina yang dari dulu sangat memujanya dan mau melakukan apa saja demi bisa hidup bersama Andrea dan mendapatkan cintanya.
"Yakin kamu sanggup hidup tanpa aku hahhh… .apa kamu tidak malu kepada teman-temanmu, membesarkan seorang anak tanpa kehadiran seorang suami," sahut Andrea sinis.
Senyum sinis Andrea tak membuat Nina patah arang, dia malah menyuruh Andrea segera ucapkan talak kalau Andrea tidak berani mengucapkannya artinya dialah yang sebenarnya tak bisa hidup tanpa Nina, ujar Nina sengaja untuk memancing emosi Andrea agar secepatnya dia mengucapkan kalimat yang dulu sangat ditakuti namun sekarang justru dinantinya.
Rupanya petuahku telah merubah cara berfikirnya seratus delapan puluh derajat. Sesuatu yang dulu manakutkan dan was-was takut terjadi, sekarang kalimat itu justru akan membebaskan dia dari derita yang selama ini dirasakanya, kemudian menata kembali hidupnya yang terpuruk untuk bangkit menciptakan bahagia.
Aku ikut merasa senang karena Nina tak lagi bucin pada Andrea. Tanggung jawabnya sebagai seorang ibu telah membuatnya merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan bayi dan dirinya sendiri.
"Okey… kalau memang itu maumu. Buka telingamu lebar-lebar. Dan kalian berdua menjadi saksi atas apa yang aku putuskan hari ini," ujar Andrea lantang sambil menunjuk kearahku dan suamiku.
"Langsung saja tidak usah bertele-tele dan mengulur waktu. Mumpung ada Elena dan Anggara yang akan menjadi saksi saat kamu menceraikan aku. Ayo cepaat jangan ragu, sahut Nina yang kini duduk diruang tamu, dimana aku dan suamiku duduk disitu.
"Iya… iya… .Hari ini aku Andrea bin Santoso dalam keadaan sadar dan sehat wal afiat memutuskan bahwa aku menjatuhkan talak satu kepada Nina binti Hartanto. mulai sekarang dia bukan lagi istriku.
*******
dan andrea segera mampus
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪