Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Perlu Menungguku
Setelah berkata demikian, Yan Zhi beranjak dari ranjang dan berjalan menuju lemari. Ia membuka salah satu laci, mengambil sesuatu, lalu kembali ke Lin Momo. Dengan tenang, ia menyodorkan selembar kain yang di dalamnya terselip beberapa lembar uang.
"Ini, ambillah. 1000 Yuan. Aku akan memberikan gajiku untukmu, untuk keperluan rumah tangga."
Lin Momo menatapnya dengan mata membelalak. "Tunggu, bukankah tadi pagi kau sudah memberiku 100 Yuan? Dan sekarang 1000 Yuan? Bukankah gajimu paling hanya sekitar 200–300 Yuan sebulan? Kenapa kau memiliki uang sebanyak ini? Darimana kau mendapatkannya?"
Yan Zhi terdiam sejenak, tampak sedikit gelagapan. "A-Ah… aku menyimpannya selama ini. Aku pandai mengatur uang dan selalu berhemat. Lagipula, sebentar lagi kita akan pindah ke mess yang disiapkan pabrik, jadi tidak banyak yang perlu dikhawatirkan. Ambillah, uang ini untukmu."
Lin Momo melipat tangannya di dada, menatap Yan Zhi dengan skeptis. "Aku tidak butuh. Ambil kembali uangmu. Aku bisa menghidupi diriku sendiri. Bukankah aku sudah memberitahumu tadi? Aku bisa menghasilkan uang hanya dengan memodifikasi pakaian orang lain."
Yan Zhi menghela napas, kemudian menyodorkan uang itu lagi. "Tetap saja, ambillah. Ini uang nafkah pertamaku untukmu."
Lin Momo menyipitkan mata. "Bukankah ini yang kedua? Pagi tadi kau juga memberiku uang belanja."
Yan Zhi menggaruk kepalanya, tampak sedikit tidak sabar. "Ya, ya… terserah bagaimana kau menghitungnya. Intinya, ambil saja ini."
Lin Momo masih menatapnya dengan curiga, lalu dengan nada hati-hati, ia bertanya, "Yan Zhi… apakah kau benar-benar berniat meneruskan pernikahan ini? Bukankah awalnya kita hanya berpura-pura?"
Yan Zhi menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu tersenyum tipis. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku berpura-pura. Bukankah kau yang duluan mengajakku menikah? Jadi sekarang, kau harus bertanggung jawab dengan ucapanmu."
Lin Momo terdiam, hatinya sedikit bergetar tanpa ia sadari. Tatapan serius Yan Zhi membuatnya sedikit gelisah. Ia menelan ludah, lalu berusaha menjaga ekspresinya tetap santai.
"Hah… dasar pria menyebalkan," gumamnya sambil akhirnya menerima uang yang diberikan Yan Zhi.
Yan Zhi merebahkan dirinya di ranjang dan menatap Lin Momo yang masih berdiri di dekat meja rias.
"Ayo tidur, bukankah kau sudah selesai?" ucapnya santai.
Lin Momo menyipitkan mata curiga. "Kenapa buru-buru? Tidak perlu repot menungguku."
Yan Zhi terkekeh kecil, lalu memutar tubuhnya menghadap Lin Momo. "Bukankah kau sudah lelah? Hari ini kau banyak beraktivitas."
Lin Momo melipat tangannya di dada. "Ya, tapi kenapa kau menungguku?"
Yan Zhi menatapnya dengan ekspresi serius, lalu menjawab dengan nada datar, "Karena aku harus memelukmu kalau tidur. Kalau tidak…"
Lin Momo mengangkat alis. "Kalau tidak apa?"
Yan Zhi memasang wajah tenang, tapi bibirnya melengkung tipis. "Kalau tidak, kamu tidur tak mau diam."
Mata Lin Momo berkedut. "Benarkah?" tanyanya dengan ekspresi tidak percaya.
Tapi dalam hati, ia tahu kalau Yan Zhi tidak bohong. Ia memang sering tidak bisa diam saat tidur. Kadang berguling ke sana kemari, kadang menarik selimut terlalu kuat, dan bahkan pernah jatuh dari ranjang.
Yan Zhi menyandarkan kepalanya ke bantal, matanya tetap tertuju pada Lin Momo. "Tentu saja benar. Semalam… kaki mu berada di perutku, belum lagi tengah malam kau berguling-guling, hingga tanganmu berada di kepala ku."
Lin Momo langsung terbatuk kecil, mencoba menutupi rasa malunya. "I-Itu pasti tidak sengaja!"
Yan Zhi tersenyum penuh arti. "Entahlah… tapi demi keamanan, aku harus memelukmu supaya kau tidak melakukan tindakan kekerasan dalam tidur lagi."
Lin Momo mendengus pelan, tapi pipinya sedikit memerah. Ia berjalan ke sisi ranjang dan berbaring dengan punggung menghadap Yan Zhi. "Terserah. Asal kau tidak menggangguku."
Namun, begitu ia menarik selimut, sebuah tangan melingkar di pinggangnya.
"Selamat tidur, Nyonya Yan." bisik Yan Zhi dengan suara rendah.
Lin Momo membeku sesaat sebelum menghela napas panjang. "Ya.. Selamat malam Tuan Yan."
Namun, tanpa sadar, senyum tipis muncul di wajahnya.
Malam semakin larut, dan suasana kamar begitu sunyi. Cahaya remang dari lampu kecil di meja samping ranjang memberikan penerangan samar. Yan Zhi yang sebelumnya tertidur lelap, perlahan mulai merasakan ada sesuatu yang bergerak di dekatnya.
Lin Momo tampak tidak nyaman dalam tidurnya. Tanpa sadar, tubuhnya bergerak, membalikkan badan hingga kini ia menghadap Yan Zhi. Kelopak matanya tetap tertutup rapat, seolah terlelap, tetapi tubuhnya terus mencari posisi yang lebih nyaman.
Yan Zhi yang merasakan pergerakan di sampingnya mulai membuka mata dengan setengah sadar. Namun, sebelum ia bisa memahami situasi, Lin Momo sudah semakin mendekat, wajahnya kini tepat menempel di dada Yan Zhi.
"Hah?" Yan Zhi mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba memastikan apakah ia sedang bermimpi atau ini benar-benar terjadi.
Tangan Lin Momo bergerak, melingkar di pinggangnya, dan tanpa aba-aba, kakinya juga ikut naik, menyangkut di pinggang Yan Zhi. Posisi ini... benar-benar seperti seseorang yang sedang memeluk guling!
Yan Zhi langsung melotot, tubuhnya kaku seketika. Ia bisa merasakan napas hangat Lin Momo menyentuh kulitnya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
"Astaga… Lin Momo, kau ini tidur atau sengaja?" gumamnya pelan, mencoba menenangkan diri.
Ia ingin menyingkirkan tangan dan kaki istrinya, tapi begitu ia sedikit bergerak, Lin Momo malah semakin erat memeluknya, mendekapnya seolah tak ingin melepaskan.
Yan Zhi membeku di tempat. Mau bagaimana lagi? Ia tak ingin membangunkan Lin Momo, tapi di sisi lain... bagaimana mungkin ia bisa tidur nyenyak dengan posisi seperti ini?!
Ia menatap langit-langit kamar, menghela napas panjang.
"Ujian macam apa ini?" bisiknya frustasi.
Detik demi detik berlalu, tapi Lin Momo masih terus nyaman dalam posisinya, sementara Yan Zhi hanya bisa pasrah. Ia berusaha memejamkan mata, mencoba tidur kembali, tapi jantungnya tak berhenti berdegup kencang.
Malam ini, sepertinya Yan Zhi harus berjuang keras untuk bisa tidur.
karyamu keren❤❤