Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Sesampainya di rumah mertua, Jovan langsung kena omel mamanya Dista. Seharian ini, ternyata Dista ada di rumah orang tuanya. Dia tak banyak menjawab, hanya keseringan mengangguk dan tersenyum, meski senyum palsu. Gini amat nasibnya, punya dua istri, tapi tak satupun mertua sayang padanya, mereka malah menganggap dia seperti musuh.
"Kamu ngomong apa aja sih, Dis, sama Mama kamu, sampai ceramah panjang lebar gitu?" Jovan merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamar Dista. Padahal cuma diceramahi tapi rasanya lelah. Kalau disuruh milih, mending dia kerja dari pada mendengar omelan mertua. "Bisa gak sih, jangan semua masalah diceritain, apalagi masalah rumah tangga."
"Aku itu tertekan, Sayang," Dista menepuk-nepuk dadanya. "Terus kalau ceritanya gak sama Mama, sama siapa?"
"Ya sama aku," Jovan bangun, duduk di sebelah Dista. "Kalau ada apa-apa, ngomongnya sama aku, jangan sama Mama kamu. Hari ini juga, kamu keluar rumah gak izin dulu sama aku."
"Aku itu minggat, ya masa izin dulu," Dista mendengus kesal.
Jovan memijit keningnya. Ada-ada saja, pakai acara minggat segala.
"Mama kamu udah sangat keterlaluan, Mas. Dia ngatain aku mandul," adu Dista.
"Masa sih Mama ngomong kayak gitu?" Jovan mengerutkan kening. Rasanya seperti tak percaya karena setahu dia, Mamanya sangat menyayangi Dista.
"Kamu tahu gak, hari ini dia mau ngajak aku periksa ke rumah sakit hanya karena aku gak hamil-hamil," Dista memasang wajah se menyediakan mungkin. "Segitunya ya, Mas, Mama kamu. Padahal kita nikah juga baru 4 bulan, belum 4 tahun. Sumpah, aku sakit hati banget dikatain mandul."
Jovan meraih bahu Dista, menarik wanita itu ke pelukannya. Dia sendiri, tak mempermasalahkan Dista segera hamil atau tidak, karena sebentar lagi dia akan punya anak dari Rara. "Udah, gak usah difikirin," dia mengecup puncak kepala Dista agar wanita itu lebih tenang. Telinganya sudah panas gara-gara omelan Mama Dista, jangan sampai masih ditambah keluhan Dista yang tak ada habisnya. "Nanti aku yang ngomong sama Mama. Pulang yuk."
Dista melepas pelukan Jovan, menatap pria itu. "Aku mau tinggal disini aja."
"Ya gak bisa gitu dong, Dis."
"Kenapa gak bisa, Rara aja bisa tinggal sama orang tuanya, kenapa aku enggak? Mama kamu itu bawel banget, Mas. Kalau kamu gak ada di rumah, kerjaannya ngomel mulu. Tiap hari maksa aku belajar masak, padahal aku kan gak hobi masak. Terus kalau aku bangun siang, pasti ngomel. Belum lagi kalau aku mau keluar, pertanyaannya panjang kali lebar, kayak wartawan. Aku gak betah, Mas."
Jovan membuang nafas kasar. Mamanya memang sedikit bawel, tapi menurut dia masih dalam batas wajar, namanya juga emak-emak. Dari yang dia lihat, Mama Rere dan mamanya Dista, mereka juga bawel. Mungkin emak-emak emang bawaannya kayak gitu.
"Aku itu juga butuh refresing. Kamu gak pulang tiap hari, masa aku harus ngeram di rumah terus tiap hari? Aku tinggal disini aja ya, Mas," rengek Dista sambil menggenggam tangan Jovan. Tinggal bersama mertua, membuat dia tak bisa bebas. "Mungkin kalau disini, aku bakalan bisa cepat hamil karena gak terlalu stress."
"Tapi aku gak betah disini."
"Di rumah Rara aja kamu betah, kenapa disini enggak?" protes Dista dengan bibir mengerucut ke depan.
Andai saja kamu tahu Dis, aku juga gak betah disana, ucap Jovan dalam hati. "Tinggal di apartemen aku aja kalau gitu. Jangan disini pokoknya. Tapi pamit dulu baik-baik sama Mama, bilang kalau kita pengen hidup mandiri. Jangan sampai Mama tersinggung."
Dista memutar kedua bola matanya malas. Dia sudah muak sekali sebenarnya dengan mertuanya itu, malas jika harus bertemu lagi.
Malam ini, Jovan mengalah, menuruti kemauan Dista untuk menginap di rumahnya.
"Mas, kita honeymoon lagi yuk," Dista yang sudah memakai lingeri seksi, memeluk Jovan yang duduk selonjoran di atas ranjang. "Aku butuh healing. Siapa tahu setelah liburan, aku hamil," dia mengusap perutnya.
"Aku lagi banyak banget kerjaan, Dis, kayaknya gak bisa deh."
"Deket-deket aja, Bali atau labuan bajo gitu."
Jovan menghela nafas panjang lalu menggeleng. "Gak bisa." Dia sudah janji mau ngajak Rara babymoon karena kandungannnya sudah masuk trimester dua. Dia sudah merencanakan cuti 3 hari, jadi tak mungkin ambil cuti lagi untuk honeymoon dengan Dista.
"Ish, kamu itu pengen punya anak gak sih, diajak usaha gak mau," Dista melepas pelukannya, bersedekap sambil cemberut. Berharap dengan pura-pura ngambek, suaminya itu akan langsung setuju. Tapi belum juga dibujuk, ponsel Jovan yang ada di atas nakas malah berdering. "Siapa?" dia langsung menoleh ke arah Jovan. Ini sudah jam 9 malam lebih, siapa yang telepon malam-malam.
"Rara," Jovan menunjukkan layar ponselnya pada Dista.
sana sini udah kek WC umum istri tersayang Jovan...
nikmati hasil jebakanmu Dista...
goyang gih sampe gempor 🤣🤣🤣🤣
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..