Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Siapa?" tanya Jonathan setelah melihat Zahra menutup panggilan.
"Umi dan Abi." jawab Zahra. "Oh iya, ada perlu apa?" tanya Zahra setelahnya, sebab dari nada bicaranya, tampaknya Jo ingin mengatakan hal yang penting.
"Kemarin aku lupa mengatakan padamu kalau aku sudah mengajak Jordan menggantikanmu sebagai sekretaris di perusahaan."
"Oke, lalu?"
"Sebagai upah untukmu selama drama kita ini, maka aku akan mentransfer ke rekeningmu setiap bulan, sesuai dengan jumlah gaji yang biasa kau terima saat bekerja sebagai sekretarisku. Anggap saja itu sebagai bayaran aktingmu."
Zahra tertawa kecil mendengar ucapan Jo yng membahas upah akting. "Bayaran akting, ya? Hm, baiklah kalau begitu."
"Oke, deal?"
"Deal!" Setelah deal-dealan, Zahra membereskan alat shalatnya dan meletakannya di atas nakas. "Oh iya, bagaimana keadaan Alora?" tanya Zahra, teringat bagaimana menderitanya Alora akibat perbuatannya siang tadi.
"Dia sudah lebih baik."
"Syukurlah kalau begitu, aku bisa beristirahat dengan tenang sekarang." ucap Zahra lega. Zahra menuju ranjang dan membaringkan tubuh di sana. Tidak lupa, ia menaruh guling sebagai pembatas.
"Oh iya, aku lupa." seru Jo, membuat Zahra mengernyit bingung. Jo menuju pintu penghubung kamarnya dan kamar Zahra, lalu membukanya.
"Kapan kau melakukannya?" tanya Zahra girang. Bagimana tidak, jika pintu itu sudah bisa dibuka, itu artinya Zahra tidak akan merasa berdosa lagi karena tidur sekamar dengan Jonathan. Zahra langsung menuju kamarnya sendiri lewat pintu penghubung itu.
"Ingat, besok pagi, langsung pindah ke kamarku lagi sebelum Jordan dan Alora curiga."
"Siap."
"Ya sudah, selamat tidur, semoga mimpi indah." Jo menarik pintu penghubung tersebut dan langsung dikunci oleh Zahra dari sisi kamarnya. "Dia mengunci pintunya? Apa dia pikir aku akan macam-macam padanya saat dia tidur? Aneh sekali." monolog Jo tak habis pikir.
...•••***•••...
Jo tengah fokus memeriksa berkas-berkas di hadapannya bersama Paulus. Saat sedang fokus memeriksa berkas, pintu ruangan terbuka, terlihat Jordan yang masuk begitu saja.
"Jo, lima menit lagi waktunya rapat dengan para petinggi perusahaan—" Jordan menggantung ucapannya di udara saat melihat tatapan tajam Paulus padanya. Ia tahu, kalau si asisten Jonathan itu sudah menatapnya setajam itu, maka itu artinya ia telah berbuat kesalahan. Tetapi, bukan Jordan namanya jika akan mati kutu hanya karena tatapan Paulus. "Kenapa? Aku berbuat salah lagi?" tanya Jordan seakan tanpa dosa.
"Selalu ingat bahwa kau sedang bicara dengan Tuan Muda Jonathan Fox, jadi jaga sikapmu." ucap Paulus penuh penekanan.
"Paulus, kau juga harus ingat kalau aku juga Tuan Muda Jordan Fox, artinya apa? Artinya Jonathan adalah sepupuku." bantah Jordan.
"Tidak ada hubungan keluarga dalam pekerjaan. Anda adalah Sekretaris, dan Tuan Muda adalah bos-nya, maka anda harus bertindak layaknya bawahan!"
"What?" Jordan benar-benar tidak habis pikir bagimana Jonathan bisa memiliki asisten seperti Paulus yang harus selalu formal dalm kondisi apapun. Tapi baiklah, Jordan menghela napas kasar dan mencoba untuk sedikit lebih sopan. "Maafkan saya, Tuan Muda, lima menit lagi anda harus menghadiri meeting dengan para petinggi perusahaan, mohon kesediaan anda untuk menghadirinya." ucap Jordan.
Jonathan tersenyum kecil, sangat kecil bahkan nyaris tak terlihat. Bagaimana tidak, jika biasanya ia melihat Jordan yang melakukan semua semaunya, maka kini di hadapan Paulus, Jordan terlihat bagai anak anjing yang begitu penurut.
"Silahkan, Tuan Muda." Paulus mempersilahkan Jo untuk melangkah lebih dulu, diikuti oleh dirinya dan juga Jordan.
double up