Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Zeline
"Kak Aga dari mana?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Agatha membuyarkan rasa terpesona Amara pada Aga.
"Dari taman komplek." Jawab Aga singkat.
"Om Aga, Zel numpang makan sini ya." Ucap Zeline sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
Kalu ini Aga tersenyum menatap wajah cantik keponakannya yang sangat mirip dengan Naina. "Iya, Zel. Makan yang banyak ya." Jawab Aga.
Zeline mengangguk lalu kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Aga yang sudah sangat haus segera mengambil air minum dan meneguknya hingga tandas.
"Om ke atas dulu." Ucap Aga seraya mengusap kepala Zeline tanpa menatap wajah Amara.
Kali ini Zeline hanya mengangguk saja.
Aga pun berlalu begitu saja dari ruang makan menuju kamarnya berada.
Amara yang merasa diabaikan oleh Aga pun nampak memasang wajah kecewa.
"Kenapa Kak cuek seperti itu kepadaku?" Gumam Amara.
"Sudahlah Mara. Mungkin Kak Aga hanya lelah saja." Jawab Agatha menangkan Amara.
Amara tersenyum saja dan mencoba percaya dengan perkataan Agatha.
Setelah dua puluh menit menikmati makanan di ruangan makan, Agatha pun mengajak Amara dan Zeline untuk duduk lebih dulu di ruang tengah bersamanya.
Tanpa mereka duga, Aga yang sudah selesai membersihkan tubuhnya pun ikut bergabung duduk dengan mereka.
"Om Aga..." Zeline tersenyum senang melihat Aga yang ikut bergabung dengan mereka. Pun dengan Amara yang ikut merasa senang karena pujaan hatinya ikut duduk bersama dengannya.
"Habis dari mana tadi Zel?" Tanya Aga lembut pada Zeline.
"Main sama Anty Gatha, Anty Mara dan Om Rendra." Jawab Zeline semangat.
Mendengar nama pria yang disebutkan oleh Zeline sontak saja membuat wajah Aga berubah datar. "Main apa saja tadi Zel bersama Anty dan Om?" Tanya Aga. Jika sedang bersama Zeline seperti ini, Aga selalu berubah menjadi sosok pria yang lembut, hangat dan banyak bicara.
"Main lari-lari di taman kampus Anty itu Om. Ambil matoa juga pake galah." Beri tahu Zeline sambil membayangkan aktivitasnnya tadi bersama Agatha, Amara dan Rendra.
Aga berohria mendengarnya. Agatha yang melihat reaksi Aga pun kini menipiskan bibir menahan senyum.
"Sudah tahu bertanya juga. Dasar Kak Aga." Cibir Agatha dalam hati.
"Om Aga tahu tidak..." Zeline mengetuk-ngetukkan keningnya tanda berpikir.
"Tahu apa Zel?" Tanya Aga lembut.
"Tadi itu Om Rendra so sweet lo dengan Anty Mara. Anty dan Om saling membantu mengambilkan matoa untuk Zel. Om Rendra membantu membukakan kulit matoa untuk Zel." Cerita Zeline.
Entah bagaimana ekspresi wajah Aga saat ini setelah mendengar cerita Zeline yang seperti tengah memanas-manasinya.
"Om Rendra juga genit itu Om. Ungkapin cinta sama Anty Mara seperti Papah ungkapin cinta sama Mama." Wajah Zeline berubah malu-malu membayangkan saat Papa Niel sedang mengungkapkan cinta pada Mama Nai. "So sweet deh pokoknya!" Ucap Zeline seraya menutup wajah dengan kedua kelopak tangannya.
Agatha hampir menyemburkan tawa melihat ekspresi Zeline saat ini. Sementara Amara rasanya ingin sekali mengunyah keponakannya yang asal bicara itu ke dalam perutnya.
"Ehe, Anty Mara pasti senang itu kaya Mamah kalau Papah ungkapin cinta." Ucap Zeline sambil menatap Amara dengan mata berkedip-kedip.
Amara yang ditatap pun sontak melebarkan kedua kelopak matanya memberikan isyarat pada Zeline agar berhenti berbicara yang tidak-tidak. Namun bukannya berhenti, si kecil Zeline justru kembali melanjutkan ceritanya dan sedikit melebih-lebihkannya.
"Zeline..." geram Amara dalam hati.
***