Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#23
“Kak, kemarilah!”
“Lin, jangan terus berlari. Nanti kamu jatuh.”
Celine terus berlari sambil merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Rhys datang mendekatinya sambil membawa setangkai bunga di tangannya.
“Hai putri cantik, maukah menikah denganku?”
“Wah pangeran tampan melamarku,” kata Celine sambil tersenyum.
“Aku serius, Lin. Saat kita sudah dewasa nanti, aku berjanji akan menikahimu. Aku akan menjaga dan mencintaimu.”
“Itu masih lama, kak. Bisa saja nanti kamu melupakanku.”
“Tak akan! Walaupun aku kehilangan ingatanku, tapi hatiku akan tetap mengenalimu sebagai satu-satunya cinta dalam hidupku.”
Rhys menggendong Celine dan memutar tubuh gadis di hadapannya itu. Senyum Celine yang begitu indah, selalu menghiasi hari-harinya.
“Aku menyayangimu, Kak. Aku akan menunggumu dan menagih janjimu nanti.”
“Kamu tak perlu menagih, karena aku akan menepatinya.”
Deghhhh
Rhys membuka matanya dan nafasnya seakan memburu. Jantungnya berdetak dengan cepat, membuatnya langsung memegang dadanya. Kepalanya terasa begitu sakit dan membuatnya tak mampu untuk bangkit dan duduk.
“Jangan dipaksa dulu. Dokter mengatakan bahwa kamu memerlukan istirahat. Kamu kelelahan dan stres,” kata Finn.
“Finn, aku harus menemukannya. Aku harus mencari Celine. Aku harus menepati janjiku padanya.”
“Janji?”
“Ya, aku berjanji akan menikahinya, menjaga, dan mencintainya.”
“Lalu bagaimana dengan Eve? Bukankah kamu juga akan menikahinya? Ia sedang mengandung anakmu. Kamu harus bertanggung jawab.”
Rhys baru teringat akan Eve. Ia kembali memegang kepalanya yang terasa sakit karena mulai kembali berpikir.
“Istirahatlah dulu. Aku akan memanggilkan dokter,” Finn menekan tombol di samping tempat tidur agar dokter segera datang.
Dokter masuk dan mulai memeriksa keadaan Rhys. Ia mengatakan pada Finn bahwa keadaan Rhys sudah baik-baik saja, tak ada permasalahan yang serius.
“Aku ingin pulang,” kata Rhys.
“Tidak! Menginaplah di sini setidaknya 1 malam. Aku tak ingin mengambil resiko dengan membawamu pulang saat ini.”
“Tapi aku harus mencarinya, Finn. Berada di sini terlalu lama akan menghabiskn waktuku saja,” ujar Rhys.
“Bagaimana kamu bisa mencarinya kalau keadaanmu juga seperti ini? tanya Finn.
Rhys melihat ke arah jendela. Udara di luar masih terlihat dingin. Ia memikirkan keadaan Celine di luar sana, yang ia ketahui sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.
“Honeyyy!!” tiba-tiba saja pintu ruang rawat terbuka dan memperlihatkan sosok Eve di sana. Rhys melihat Eve dengan tatapan biasa, seperti tak ada cinta lagi.
“Mohon jangan membuat keributan di sini,” ujar Finn pada Eve. Sejujurnya, Finn sangat tidak suka dengan keberadaan Eve. Bahkan jika sampai Rhys benar menikahi wanita itu, ia sudah bersiap untuk hengkang dari Perusahaan Alban.
Eve berjalan mendekati Rhys dan memegang lengan kekasihnya itu, “Honey, kamu kenapa? Sakit? Mengapa kamu tidak bekerja? Kamu harus kerja, honey … kalau tidak nanti Perusahaan Alban bisa bangkrut.”
Finn yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. Ia sangat yakin bahwa tujuan Eve berada di dekat Rhys adalah semata-mata demi uang. Jika Rhys tak memiliki apa-apa, sudah pasti wanita itu akan pergi meninggalkannya.
“Aku tidak apa-apa, hanya kelelahan saja,” kata Rhys sekenanya.
“Makanya, kamu itu harus minum vitamin, jadi kamu bisa tetap sehat dan bisa bekerja. Oya honey, bolehkah aku meminta uang padamu? Ada tas keluaran baru yang ingin kubeli.”
Rhys sebenarnya ingin menolak, namun ia bingung bagaimana caranya. Ia memejamkan matanya kemudian ingin kembali berbaring.
“Maaf, Nona Eve. Saat ini keadaan perusahaan sedang tidak terlalu baik. Jadi kami sedang melakukan penghematan besar-besaran. Tidak diperbolehkan menggunakan uang untuk hal tak perlu, apalagi di perusahaan akan segera dilakukan audit,” ujar Finn.
Rhys bernafas lega. Ia tak menyangka bahwa Finn bisa segera mengatasi Eve dengan mudahnya. Sepertinya ia perlu memberikan bonus pada sahabat sekaligus asistennya itu.
“Apa?! Penghematan? Ini pasti karena kamu tidak bekerja, honey. Ayo cepat pulang dan bekerja! Aku lihat kamu baik-baik saja,” kata Eve lagi.
“Nona, saya mohon jangan membuat keributan. Rhys memerlukan waktu untuk beristirahat saat ini.”
Eve menghela nafasnya kasar dan menghentakkan kakinya. Ia pun segera berlalu dari sana, meninggalkan Rhys bersama Finn.
“Ia bahkan tak berbasa-basi untuk menemanimu di sini. Apa kamu yakin akan menikahi wanita itu? Ya, meskipun ia ibu dari anakmu,” kata Finn.
“Aku tak tahu, Finn. Bahkan saat ini aku tak bisa berpikir. Aku hanya bisa selalu membayangkannya, semuanya … mulai dari janjiku, kesalahanku, dan semuanya.”
“Apa kamu … kamu telah mengingat semuanya?” Finn tahu Rhys kehilangan ingatannya sejak usia 18 tahun. Ia tahu itu semua dari Dad Dave.
“Ya, aku ingat semuanya. Bahkan aku ingat dengan jelas bagaimana kecelakaan yang menimpa Mom Diana,” kata Rhys dengan lirih.
“Aku akan memanggilkan dokter lagi,” ujar Finn.
“Tidak! Jangan sekarang. Aku ingin sendiri, aku ingin istirahat, Finn. Bisakah kamu meninggalkanku?”
“Baiklah,” Finn akhirnya keluar dari ruangan, meninggalkan Rhys seorang diri.
Finn duduk di sofa ruang duduk yang ada di luar ruangan. Ia menyandarkan tubuhnya, kemudian menengadahkan wajahnya ke atas.
“Sebaiknya aku mencari kopi dulu di luar,” gumam Finn yang kemudian beranjak dari duduknya.
**
Aunty Giza membawa Celine ke sebuah sekolah yang ada di Desa Lauterbrunnen. Sekolah tersebut tak terlalu besar, namun terlihat anak-anak berlarian di taman samping yang terlihat luas.
“Albert,” panggil Aunty Giza.
“Mom,” balas Albert.
Albert menjadi guru sekaligus kepala sekolah di sana. Ia memiliki ruangan sendiri dan ia juga tinggal di sana. Ia akan kembali ke rumah Aunty Giza jika sedang tak banyak pekerjaan.
“Apa yang membawamu ke sini, Mom?” tanya Albert.
“Sayang, kenalkan ini Celine. Ia menyewa kamar di tempat Mom untuk jangka waktu yang lama. Apa ada lowongan pekerjaan di sekolah?” tanya Aunty Giza.
“Hmm … sebenarnya tak ada Mom. Guru-guru di sini sudah cukup jumlahnya.”
“Benarkah? Apa tidak bisa kamu masukkan Celine ke sekolah ini?”
“Aunty, jangan memaksa putra Aunty. Aku tidak apa. Nanti aku akan mencari pekerjaan yang lain.”
“Kamu mau bekerja di mana lagi dalam keadaan seperti sekarang?” Bisik Aunty Giza.
🌹🌹🌹