Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu mantan
Setelah selesai dengan makan siangnya Barra mengajak Pak Badhot turut serta menghadiri meeting bulanan yang diadakan di kantor nya.
Barra hanya mengenakan celana berlogo Cardinal dengan kemeja yang di gulung sampai siku. Sedangkan Pak Badhot mengenakan kemeja lengan pendek bermotif kotak kotak.
"Pak Badhot mau tunggu diruangan saya saja atau mau ikut saya meeting?" tanya Barra ketika mereka telah sampai di depan ruang meeting.
"Gimana baiknya kamu saja lah Bar,"
"Yaudah ikut saja lah Pak. Ngapain juga sendirian di ruangan saya,, yang ada nanti di gondol Catherine hehehe," ucap Barra dan pria itu pun membawa Pak Badhot turut serta setelah sebelumnya Barra menghubungi sekretarisnya untuk menyiapkan sebuah kursi tambahan di samping nya.
Ada sedikit debaran yang Pak Badhot rasakan ketika Barra menyebut nama Catherine. Namun Pak Badhot berusaha mengabaikannya. Mungkin saja Catherine adalah orang yang berbeda dengan yang Barra maksud kan.
Suasana ruang rapat telah riuh dengan suara bisik bisik antara satu dengan yang lain. Beberapa nampak duduk dengan wajah tegang namun beberapa lainnya nampak lebih santai.
Barra memasuki ruangan di dampingi oleh seorang pria yang beberapa tahun lebih tua darinya. Dan di sebelah kirinya berdiri Pak Badhot yang membuat seluruh peserta rapat saling pandang penuh tanya.
"Kita langsung mulai meeting ini." ucap Barra dengan datar dan tanpa basa basi sebelumnya.
"Maaf Pak Barra. Itu siapa Pak yang berdiri di samping Anda?" tanya salah seorang pria berambut cepak yang berdasi biru tua
"Tak perlu tanyakan hal lain selain materi meeting ini. Dia orang saya, jangan cemas," jawab Barra dengan tegas membuat atmosfer ruangan itu berubah menjadi dingin.
Meeting berlangsung selama hampir tiga puluh menit dan Barra berhasil menendang tiga orang manager yang terbukti melakukan korupsi dan hasil rapat sukses membuat suasana kantor memanas.
"Apa gue bilang! Pak Barra itu kaya punya seribu mata. Dia tau semua yang dilakukan bawahannya. Kecoak ngumpet di kolong aja dia bisa tau...." suara kasak kusuk antar pegawai akhirnya sampai juga ke telinga Pak Badhot yang saat itu tengah berjalan menuju toilet yang berada di lantai bawah.
Dalam hati Pak Badhot memuji keterampilan Barra. Pak Badhot sendiri sebetulnya sangat terkejut ketika mobil Barra memasuk Kawasan industri dan berhenti tepat di depan sebuah Perusahaan yang cukup besar.
Pak Badhot pun tak berfikir jika Barra adalah CEO dari perusahaan besar itu. Entahlah, terlalu banyak kejutan kejutan yang Barra berikan hari ini untuk Pak Badhot.
Ketika akan kembali ke ruangan Barra, Pak Badhot tak sengaja melihat seorang wanita yang sama persis dalam mimpinya. Pak Badhot pun menghentikan langkahnya sesaat dan menatap wanita cantik itu.
Betapa terkejutnya Pak Badhot ketika wanita itu menatap dirinya. Wajah yang sama di dalam mimpinya dan juga wajah yang sama dua puluh tahun yang lalu.
Wanita itu menghampiri Pak Badhot dan menyapanya,
"Halo mas Badhot. Apa kabar? Ngga nyangka kita ketemu lagi disini," ucap wanita itu tersenyum ramah
"Cat... Catherine? Apa benar kamu Catherine?" tanya Pak Badhot seakan tak percaya kembali di pertemukan dengan kekasihnya dahulu.
"Iya mas,ini saya. Mas Badhot sendiri lagi ngapain disini?"
"Sa saya... nemenin Barra,"jawabnya terbata
"Barra?? Pak Barra si Dewa Angin maksudnya?" tanya wanita cantik itu.
"Hah? Dewa Angin? Emang namanya Barra Dewa Angin? Hehee kok saya baru tau.... unik juga namanya,"ucap Pak Badhot dan di balas senyuman manis
"Bukan, itu cuma julukan saja. Beliau itu dijuluki Dewa Angin sih sama para pegawai."
"Kenapa? apa karena sering masuk angin?"
"Ahahah ya bukanlah mas. Pak Barra itu jarang banget muncul, tapi sekalinya muncul pasti ada aja tikus nakal yang kena."
"Owalah..gitu ya? Ya sudah saya kembali lagi ya ke ruangan Barra," ucap Pak Badhot berusaha menghindari wanita yang sebenarnya masih bertahta dalam hatinya
"Ah iya Mas .. Bareng saja kalo gitu," ucap Catherine dan gadis itu pun berjalan bersisian dengan Pak Badhot menuju ke ruangan Barra
Tok tok Assalamualaikum
Waalaikumsalam
"Loh kok kalian bisa bareng gitu? Apa kalian sudah saling kenal?" tanya Barra memicing dari kursi kebesaran nya. Ia beralih menatap Catherine dan Pak Badhot secara bergantian.
Pak Badhot yang tampak canggung pun segera mendekati Barra.
"Apa pekerjaan kamu sudah selesai Bar? Kalo sudah ayo kita pulang,"rengek nya
"Sebentar lagi Pak, saya mau cek dokumen yang dibawa Catherine dulu. Duduklah Cath..." ucap Barra meminta pegawainya itu untuk duduk
"Baiklah." Jawab Pak Badhot dan pria itu memilih duduk di sofa sambil pura pura sibuk memainkan ponselnya.
Dari mejanya Barra menulis sebuah pesan di kertas dan menyerahkan pada Catherine setelah pria itu selesai meninjau dokumen yang dibawanya.
'Apa kalian saling kenal?'
'Ya'
'Sepertinya cukup dekat'
'Ya'
'Siapa?'
'Mantan'
'Jadi dia orangnya?'
'Ya'
'Lupakan!'
'Tidak'
'Awas saja'
'Terserah'
Barra berdecak sebal dan pria itu pun berlalu begitu saja meninggalkan Catherine
"Ayo Pak Badhot... Kita pulang," ajaknya dengan wajah masam
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil