Ellen merencanakan misi besar untuk menghancurkan pernikahan Freya dan Draco.
Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PKM BAB 23 - Mulai Sadar
Ellen kembali ke kamarnya sambil menggerutu, dia sudah kehabisan cara untuk mencairkan es kutub Draco.
"Dasar laki-laki batu, awas saja kalau kau sampai ketagihan dengan tubuhku, aku tidak akan mau menyerahkan tubuhku lagi!" kesalnya.
Saat Ellen sampai di pintu kamarnya, Ruzel berdiri menunggu perempuan itu.
"Ini hampir dini hari, kenapa kau kemari?" tanya Ellen.
"Ingin menunjukkan sesuatu padamu," jawab Ruzel seraya menarik tangan Ellen untuk pergi.
"Tunggu, bajuku terlalu tipis," tolak Ellen yang hanya memakai jubahnya.
"Kita tidak punya waktu lagi," Ruzel tetap memaksa.
Ruzel membawa Ellen untuk naik kastil dan menaiki atap dan menyusup ke bangunan gudang senjata.
"Lihatlah, Eros sedang mengemas senjata untuk acara gladiator nanti!" ucap Ruzel menunjuk lelaki matang yang usianya sama seperti ayahnya.
"Terus apa yang harus kita lakukan?" tanya Ellen.
"Tentu saja membujuk Eros untuk ada di tim kita karena dia susah untuk ditemui," jelas Ruzel.
"Kalau aku bicara dengan penampilanku seperti ini justru akan terlihat seperti menggodanya," sahut Ellen menolak keras.
Saat mereka berdebat, sebuah anak panah melesat dan menancap di hadapan mereka.
"Ini akan meledak!" seru Ruzel.
Ellen dan Ruzel turun dari atap kemudian anak panah itu benar-benar meledak sampai membuat keduanya terpental dan jatuh.
"Arghh!" Ellen dan Ruzel berteriak bersama sampai badan mereka mendarat ke tanah.
Belum sampai di situ, mereka langsung mendapat todongan senjata dari beberapa anak buah Eros.
"Ruzel?" panggil Eros saat sadar jika penyusup gudang senjata adalah anak Loyd.
Kemudian dia memerintahkan para anak buahnya untuk bubar. Eros membawa Ellen dan Ruzel masuk ke dalam gudang.
"Kenapa kau menyusup?" cecar Eros pada Ruzel lalu berpindah menatap Ellen yang jubah tipisnya terbuka.
"Oh, kau pasti pengganggu itu!" Eros menodongkan senjata ke kepala Ellen.
"Jangan Paman, aku yang membawa Ellen kemari," cegah Ruzel panik.
Sebenarnya Ellen merasa takut pada jenderal perang itu. Tapi, dia berusaha untuk tetap tenang.
"Hei Kid, ceritakan siapa aku sebenarnya!" perintah Ellen pada Ruzel seraya menjauhkan senjata di kepalanya.
Karena keadaan genting, Ruzel segera bercerita mengenai identitas asli Ellen pada Eros. Lelaki itu hanya diam dan menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut Ruzel.
Eros terkekeh setelah mendengar cerita Ruzel, walaupun itu benar rasanya tidak masuk akal kalau Eros langsung percaya begitu saja.
"Apa ini taktik yang kau pakai untuk merebut posisi Queen?" cibir Eros begitu menohok. "Dan kau memanfaatkan anak kecil untuk mencapai tujuanmu!"
Ellen mendengus sebal, sekeras apapun dia berusaha meyakinkan pasti pikiran orang lain akan selalu seperti itu padanya.
"Apa yang harus aku lakukan supaya kau percaya?" tantang Ellen.
"Entahlah, aku perlu bukti!" balas Eros.
"Jika cincin Yvone ada di tanganku dan aku memakainya pasti kau akan percaya. Tapi, aku tidak akan menggunakan cara itu!" Ellen melangkah maju sampai jaraknya sangat dekat dengan Eros.
"Tunggu saat acara gladiator tiba nanti jika aku berhasil membuatmu terkesan, kau harus berada di pihakku!"
Eros menaikkan kedua alisnya, dia menahan tawanya tapi dia juga penasaran apa yang akan dilakukan Ellen.
"Aku menunggunya," ucap Eros kemudian.
...***...
Keesokan harinya, beberapa gangster dari berbagai belahan benua datang ke istana De Servant untuk melakukan acara gladiator tahunan.
Semua pelayan sangat sibuk hari itu, begitu juga dengan Freya yang menjadi Queen dan tuan rumah.
"Semua harus sesuai daftar yang sudah dibuat!" perintah Freya.
"Kamar dan pelayanan lakukan yang terbaik, jangan sampai mencoreng nama De Servant!"
"Agatha, kau yang bertanggung jawab untuk pelayanan!"
Agatha mengangguk. "Baik, Queen!"
"Aku akan menjemput suamiku," pamit Freya setelah selesai menertibkan para pelayan.
Freya ditemani beberapa pengawal menuju Kamar Draco. Beruntung Draco tak acuh, lelaki itu sudah siap dengan baju kebesarannya.
"Kau sangat tampan," puji Freya.
Tanpa Freya duga, Draco mengulurkan satu tangannya yang dengan senang hati disambut oleh Freya.
"Ayo kita sambut para tamu!" ajak Freya.
Freya tidak menyadari jika Draco ternyata sengaja mengulurkan tangannya karena ingin mengecek jari-jemari Freya. Apakah Freya memakai cincin Yvone hari ini?
"Dia tidak memakainya," batin Draco geram.