"Aku mencintai Humairah, gadis cantik yang mempunyai suara indah dan merdu itu."
Shaka begitu bahagia saat kedua orangtuanya akan menjodohkannya dengan gadis yang dia kagumi. Dia merasa takdir benar-benar menyatukannya dengan Humairah, gadis sholeha, yang memiliki wajah cantik tersembunyi dan hanya dia yang beruntung mendapatkannya.
Gabungan: Sahabatku Ambang Pernikahanku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
Shaka latihan basket. Dan kebetulan jam istirahat jadinya banyak murid-murid yang menontonnya.
Yang membuat Shaka semangat sebab Humairah ada.
Sebenarnya gadis itu tak ingin, tapi dipaksa oleh kedua temannya akhirnya Humairah ikut.
"Omaigat Shaka tuh ganteng banget," teriak para ciwi-ciwi saat Shaka mengusap rambutnya ke atas.
Humairah malah menunduk tak ingin melihat murid lelaki yang tengah bermain di lapangan, apalagi dengan pakaian sedikit terbuka.
Shaka sekali-kali melirik ke arah Humairah yang hanya menunduk, dia pun sedikit kesal sebab Humairah tak melihatnya.
Cewek-cewek yang posisinya berada di dekat Humairah jadi salah sangka bahwa mereka yang dilirik oleh Shaka.
"Ngapain sih, Shak? Noleh ke sana mulu, ada pujaan hati lo?" tanya Gabi.
Shaka hanya menyenggol temannya dan kembali fokus memasukan bola ke dalam ring.
Usia latihan, Shaka melap wajahnya menggunakan handuk, cewek-cewek mulai mendatanginya sambil membawa air botol.
Shaka tidak mempedulikan mereka, dia hanya mencari seseorang.
"Humairah," teriak Shaka saat melihat Humairah jalan sendiri di koridor kelas.
Merasa namanya dipanggil Humairah menoleh, mendapati Shaka.
"Beliin gue minum," ucap lelaki itu.
Humairah mengerutkan keningnya.
"Beli sendiri, punya tangan kan, kaki punya?" Humairah kembali berjalan, tapi Shaka kembali menghadangnya.
"Beliin gue minum, atau gue aduin ke mommy kalau lo mau kerja buatin kue untuk mbak Kantin, mau?" tanya Shaka.
Humairah kala kabut, kenapa bisa lelaki itu bisa tau.
"Dari mana kamu tau?" tanya Humairah.
Shaka tersenyum smirk, dia menatap Humairah yang hanya sedadanya.
"Enggak perlu tau, beliin gue minum cepat. Gue haus!"
Humairah berdecak sebal. "Kan fans kamu banyak yang mau ngasih kamu minum, kenapa harus saya?"
"Lo protes mulu? Mau gue telpon sekarang?"
"Iya-iya saya beliin." Dengan perasaan kesal, Humairah menuju kantin.
Shaka terkekeh puas, dia duduk di kursi sambil menunggu gadis itu membawakannya minum.
Tak lama kemudian, Humairah pun datang membawa sebotol air minum.
"Nah." Humairah menyodorkan minuman itu. "Jangan ngadu!"
Shaka mengambil botol minum itu lalu berdehem. Tanpa terima kasih, dia pergi dari sana membuat Humairah semakin kesal.
"Dasar cowok aneh, enggak tau terima kasih."
...----------------...
Humairah memberi pesan kepada Arvi bahwa tak perlu di tunggu, karena dia akan mengerjakan kelompok di rumah di temannya, dan dia sudah hafal jalan pulang.
Arvi tanpa menaroh curiga pun, dia menyetujui pesan Humairah yang katanya akan kerja kelompok dengan syarat harus memberinya kabar jika terjadi sesuatu.
"Lo juga mau kemana?" tanya Arvi saat Shaka juga meminta untuk ditinggalkan.
"Gue mau ganti oli nih, lo duluan aja."
Arvi memicingkan matanya, dan perlahan mengangguk aja. Dia pun melajukan mobilnya.
Setelah melihat Arvi sudah pergi. Ia ikut melajukan motornya di lain arah.
Dia akan mengikuti kemana perginya Humairah.
Terlihat gadis itu berjalan bersama dengan mbak kantin, dengan membawa barang jualannya.
Terlihat Humairah dan mbak Kantin itu sedang bercanda tawa.
Tak berselang beberapa menit, mereka sudah sampai di rumah mbak Kantin.
Humairah membuka sepatunya dan ikut masuk ke dalam rumah sederhana itu.
Shaka menepikan motornya lalu turun. Dia memandang rumah sederhana tersebut.
Tak mungkin dia berdiri di dapan rumah itu sampai Humairah selesai membawa kue. Shaka pun menuju warung dekat di sana.
Untungnya ada bapak-bapak, dan Shaka pun mulai menarik dengan obrolan kelompok bapak-bapak tersebut.
Shaka juga membagikan kopi untuk mereka semua agar obrolan sesama lelaki semakin menarik.
"Kau nih anak dari mana?" tanya salah satu bapak-bapak kepada Shaka. "Tampakmu anak orang luar negeri."
Shaka menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Daddy saya orang jepang."
Bapak-bapak itu membulatkan mata mereka mendengar ucapan pemuda di depan mereka.
"Daddy? Kau orang kaya?"
"Enggak juga, daddy saya cuma ceo pt Ainun crup, perusahaan jual mobil, sedangkan mommy saya seorang model" ucap Shaka.
"Astaga kau nih anak orang kaya."
Shaka hanya terkekeh pelan, kenapa mereka terkejut? Bukannya itu hal biasa?
"Bisa-bisanya kamu ke warung kecil kek gini."
"Saya ke sini cuma mau nunggu gadis saya di dalam sana, om. Dia lagi bantuin mbak Desi buatin kue jualan di sekolah saya."
"Gadis bercadar tadi?"
Shaka mengangguk.
"Kalian pacaran? Anehnya anak muda zaman sekarang, pakaian tertutup tapi pacaran."
"Eh enggak, kami enggak pacaran. Dia pujaan hati saya, om. Om pasti pernah muda kan? Pernah suka sama cewek? Dia enggak tau om kalau saya ngikutin dia ke sini, saya cuma memastikan dia baik-baik aja sampai pulang ke rumahnya. Jangan kasih tau siapa-siapa ya." Shaka mengeluarkan lima lembar uang merah.
Bapak-bapak itu pun mulai mengambil satu persatu uang merah itu.
"Wah tenang aja, aman itu mah. Nanti sering-sering ke sini ya. Nanti kau dan dia om doain jodoh."
"Aamiiin."
Tak terasa sudah dua jam lebih Shaka mengobrol dengan bapak-bapak di warung itu. Shaka melihat Humairah keluar dari rumah.
"Pak saya pergi dulu, ya."
"Iya-iya hati-hati anak muda."
Shaka menaiki motornya, menunggu Humairah memesan taksi online
Saat melihat gadis itu sudah di atas mobil dan mobil itu sudah jalan. Shaka pun ikut menjalankan motornya mengikuti kemana mobil taksi itu pergi.
Taksi online berhenti di tempat tujuan. Humairah bernapas lega, ia sedikit deg-degaan tadi saat memberi alamat takut salah.
"Makasih, pak."
Taksi itu berlalu pergi, Humairah pun masuk ke dalam rumah. Tak berselang lama, Shaka pun kembali, sengaja tak lewat pintu depan, dia masuk lewat pintu halaman belakang agar tak mendapatkan wawancara oleh mocan mommy cantik.
Saat sudah sampai di kamarnya, ia menghela napas lega. Dia langsung membersihkan diri.
Tak berselang lama dia usai mandi, panggilan dari mommynya membutnya membuka kamar.
"Mommy kira kamu belum pulang, ayo turun makan malam."
"Iya mom."
Arika adalah tipe orang tua strict parents, walaupun tau anaknya sudah dewasa dan seorang cowok, tapi dia begitu tak ingin anaknya bergaul bebas dengan dunia luar yang bisa saja merusak masa depannya.
"Mom, Arvi mau keluar boleh? Mau ke pesta ulang tahun teman aku."
"Teman kelas kamu?"
"Bukan mom, teman kelas sebelah."
"Mommy enggak izinin."
"Biarin kan dia pergi, sayang. Arvi nih anak cowok, dia bisa menjaga dirinya."
"Tapi, dad."
"Iya mom, pless..."
Arika menghentikan makannya dan pergi dari sana. Dan mereka hanya menatap kepergian wanita tersebut.
"Biar daddy bujuk." Raiden ikut menyusul sang istri.
Arvi menghela napas panjang.
"Lain kali kalau minta izin biarkan semuanya selesai makan dulu, lo lihat mommy sekarang? Dia pasti marah! Mommy larang lo tuh karena khawatir!" Shaka ikut-ikut meningggalkan meja makan.
Humairah hanya diam menatap satu persatu orang yang meninggalkan meja makan, dan kini tersisa hanya dirinya dan Ainun.