KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangisan Tisna
“ Sayang jangan menangis, coba ceritakan kepada ibu bagaimana kejadiannya? Kenapa bisa jadi seperti ini.” Ujar marni dengan lembut pada tisna.
Tisna lalu menceritakan bagaimana ia bisa terluka. Setelah mendengar penjelasan anaknya, Marni menasehati tisna agar mendengar nasehat orang tua. Tisna meminta maaf pada ibunya karena sudah membuat ibunya bersedih.
“ Maafkan Tisna, ibu jangan bersedih lagi” ujar tisna sembari memeluk ibunya.
“ Iya sayang tidak apa, lain kali berhati-hatilah jangan seenaknya tadi lagi. Ayo sekarang kita makan siang dulu, setelah ini ibu mau membantu nenek menanam padi lagi. Nanti Tisna digubuk bersama ayah, karena ayah mau memperbaiki gubuk kita yang sedikit bocor” ujar marni sembari menunjuk kearah atap gubuk yang berlubang.
“ Iya ibu, tisna sayang ibu” ujar tisna.
“ Ibu juga sayang sekali pada tisna” jawab marni sembari menyuapkan nasi kemulut tisna.
Mereka kemudian makan bersama dengan lauk seadanya. Walaupun lauk yang mereka makan hanya sambal terasi, ikan asin dan tumis daun kangkung. Bagi mereka sangatlah nikmat jika dimakan bareng keluarga. Beruntungnya marni mempunyai anak yang tidak pilih-pilih terhadap makanan.
Selesai menikmati santap siang, mereka beristirahat untuk mengumpulkan tenaga saat melanjutkan pekerjaan. Setelah beristirahat meteka melanjutkan pekerjaannya kembali.
Marni dan ibu ning melanjutkan menanam padi sedangkan iman membenahi gubuk. Tisna masih tertidur pulas karena kekenyangan setelah makan. Selesai membenahi gubuk ia segera membantu marni dan ibu ning membawakan benih padi yang sudah siap untuk ditanam.
“ Iman dimana tisna?” Tanya ibu ning sembari menerima uluran benih dari iman.
“ Tisna masih tertidur pulas digubuk, biarlah bu sepertinya dia juga kelelahan saat dijalan tadi. Karena tisna termasuk anak yang aktif bu” ujar iman.
“ Hahaha, kamu harus banyak-banyak bersabar menghadapi keponakanmu iman. Apa lagi sekarang yang dia tahu ayahnya adalah kamu.” Sahut marni sedikit tertawa sembari menanam padi.
“ Ampun deh mba, ternyata mengurus anak memang tidak mudah ya bu. Hahaha” jawab iman sembari tertawa mengingat ulah tisna.
“ Sudah-sudah! Ayo cepat diselesaikan, sebentar lagi selesai. Jika sudah selesai kita langsung pulang saja, agar tidak kesorean saat sampai dirumah.” Ucap ibu ning yang sedang menancapkan bibit padi.
Setelah selesai mereka bersiap untuk pulang, tisna sudah bangun dari tidurnya. Tapi sebelum pulang tidak lupa marni memetik daun singkong dan tomat untuk sayuran dirumah.
“ Jangan terlalu banyak marni, dirumah masih ada nangka muda yang belum dimasak” ujar ibu ning mengingatkan marni.
Saat marni memetik daun singkong kebetulan ada warni juga disana.
“ Eh ada mba marni, sama siapa mba kesawahnya?" tanya warni.
“ Mengagetkanku saja kamu warni, itu sama iman, tisna dan ibu juga. Kamu dari kapan disawah?” tanya marni yang masih sibuk memetik daun singkong.
“ Aku baru saja datang mba, mau menjemput ibu dan ayahku. Sini mba aku bantu biar cepat selesai” ujar warni menawarkan diri untuk membantu marni.
“ Boleh-boleh, o..iya jangan lupa nanti malam kerumah ya, aku mau ajak kamu bersama iman melihat wayang kulit didesa sebelah!” Ujar marni sembri mengikat daun singkong yang dirasa sudah cukup banyak.
“ Insyaallah, tapi aku izin dulu pda orang tuaku mba. Ini sudah mba memetik daun singkongnya, aku mau menyusul orangtuaku dulu. Mba marni hati-hati pulangnya.
Warni pergi menyusul ibunya setelah membantu marni memetik daun singkong. Sedangkan marni mempercepat langkahnya menemui keluarganya untuk segera pulang. Sesampainya dirumah marni segera memandikan Tisna dan menganti pakaiannya.
Tisna kemudian pergi main bersama teman-teman sebayanya. Saat bermain ada teman yang menanyakan ayahnya.
“ Tisna dimana ayahmu? Katanya ayahmu pulang!” Tanya Oni teman main Tisna.
“ Ayahku ada dirumah bersama ibu, ibu tadi sedang masak didapur kalau ayah sedang mandi. Memangnya kenapa?” tanya tisna yang sedang bermain kelereng bersama Oni.
Saat Oni mau menjawab pertanyaan Tisna, ada temannya yang sedikit lebih tua dari mereka berkisar usia delapan tahun. Mengatakan jika Tisna tidak punya ayah.
“ Oni itu bukan ayah Tisna! Dia tidak punya ayah, kata orang-orang ayah Tisna menikah lagi! Hahaha kasihan sekali kamu Tisna” ujar Doni.
“ Aku punya ayah! Ayahku ada dirumah bersama ibu, ayahku tidak menikah lagi. Ayah sangat menyayangiku. Bilang saja kamu iri padaku, karena kamu sering dipukuli ayahmu” jawab Tisna yang tidak terima jika ayah ya dikatakan menikah lagi.
“ Ayo kita pulang saja Tisna, dia anak nakal! Kita jangan berteman lagi dengan dia” ucap Oni sembari menarik tangan Tisna untuk pulang.
“ Hahaha Tisna tidak punya ayah, tidak punya ayah! Itu bukan ayahmu, dia itu pamanmu.” Ucap Dion yang masih meledek Tisna hingga tisna menangis.
Tisna masih membela diri jika ayahnya ada dirumah bersama ibu. Oni menarik tangan Tisna agar cepat pulang, jika tidak pulang Doni pasti akan selalu mengganggu Tisna.
“ Ayo Tisna kita pulang saja, jangan menangis! Nanti kamu bilang saja sama ayahmu, aku percaya sama kamu tisna. Awas kamu Dion nanti aku adukan pada ayah dan ibu tisna. Biar kamu dimarahi!” Ujar Oni memaki dan mengingatkan Dion.
“ Aku tidak takut hahaha! Dasar anak kecil bisanya mengadu saja. Anak cengeng, pulang sana!” Jawab Dion dengan nada tinggi.
Akhirnya Tisna pulang diantar Oni, sepanjang perjalanan pulang Tisna terus saja menangis. Oni mencoba menenangkan Tisna, sesampainya dirumah Iman terkejut melihat Tisna menangis begitu pilu.
Lalu Iman bertanya pada Oni ala yang terjadi, kenapa Tisna sampai menangis.
“ Ini ada apa Oni? Apa Tisna terjatuh?” tanya iman penasaran.
“ Tisna tidak jatuh, tapi tadi Tisna di bilang sama Dion kalau Tisna tidak punya ayah. Terus Dion bilang katanya ayah Tisna menikah lagi. Begitu ceritanya ayah Tisna,” ujar Oni menjelaskan peristiwa yang terjadi.
Saat mendengar penjelasan dari Oni jantung Iman rasanya mau copot. Ia tidak menyangka jika ada anak yang begitu tega memaki Tisna. Namun memang benar adanya jika Iman memang bukan ayahnya. Kemudian iman meminta Oni untuk pulang.
Lalu iman memeluk Tisna yang masih menangis sesenggukan.
“ A..a...ayah! Apa ayah bukan ayah Tisna? Ka...ka..kata Doni ayah bukan a..a..ayah Tisna! La..la..lalu katanya, ayah Tisna menikah lagi!” Ucap Tisna sembari nangis sesenggukan.
Iman mengusap air mata Tisna, perlahan iman membelai rambut Tisna dan merapikan rambutnya.
“ Tisna jangan menangis lagi, sekarang dengarkan ayah! Ayah adalah ayah Tisna, sampaikan kapanpun Tisna juga anak Ayah. Dari Tisna lahir sampai sekarang ayah iman yang selalu menjaga Tisna. Apa yang dikatakan teman Tisna tidaklah benar, jadi Tisna harus mendengarkan apa kata ayah. Sekarang Tisna harus tersenyum, ada ayah disini. Biar Dion nanti ayah yang akan memarahinya!” Ujar Iman mencoba menenangkan hati Tisna yang terluka karena ucapan temannya.
Beberapa saat kemudian Tisna tertidur dipangkuan Iman setelah menangis. Iman yang sejak tadi menahan air matanya, kini tak terbendung lagi. Air mata iman mengalir begitu deras, ia sudah mengira hal seperti ini pasti akan terjadi pada Tisna.
Iman menatap wajah Tisna yang sedang tertidur pulas. Iman tak tega melihat dan merasakan penderitaan Tisna. Walaupun ia bukan ayah kandung Tisna tetapi sejak lahir kedunia, Iman yang bertanggung jawab atas semua kebutuhan Tisna sejak bayi.