Mendadak Dinikahi Brondong

(POV. Sofyan)

Beberapa bulan setelah Aku menjual rumah dan tanah warisan yang juga ada hak Adikku disitu, Sebenarnya ada rasa yang tidak nyaman yang menjalar di Naluri hatiku yang terdalam. Namun, Ratna, Istriku, selalu meyakinkanku.

"Jangan terlalu memikirkan hal itu, lagi pula Nur kan sudah punya suami, sudah ada yang menjaga dan bertanggung jawab atas hidupnya!." Kalimat itu pun mampu membuatku sementara melupakan naluriku sebagai seorang saudara.

Rumah serta tanah yang ku jual itu di beli Haji Syakur, tuan tanah di kampungku dengan harga 300 juta sesuai harga tanah di Sana, sebab, tanah orang tuaku memang lumayan Luas.

"Anak laki-laki itu dapat bagian warisannya lebih besar dari anak perempuan, jadi wajarlah jika Mas mengambil hak nya Mas, apalagi Mas anak kesayangan dan kebanggaan Bapak dari dulu " ucap Ratna setiap membahas masalah tanah.

"Tapi..ada hak adikku disitu, kenapa kita harus mengambil semuanya !"

"Dari dulu kan kita sudah sepakat, sejak Bapakmu sakit, kamu kan sudah minta tanda tangannya untuk mengalihkan semua tanah itu atas nama Mas semua, tanpa sepengetahuan Nur. ingat itu, kan!"

"Iya, tapi tidak harus dengan mengambil semuanya, bukan?"

"Mas ! Aku tidak mau kamu berubah pikiran ya, Tanah itu hak kamu, dan Mas anak kebanggaannya, Sekarang, Bapak sudah tiada, dan sekarang, Tanah itu menjadi warisan dari Bapak untuk kamu, kamu sendiri kan yang pernah bilang kalau dulu Bapak pernah bilang, karna kau anak kebanggaan, maka semua warisan Aku serahkan padamu, jadi apa yang kita lakukan ini tidak salah !"

Akhirnya, Aku yang begitu mencintai istriku hanya bisa pasrah dengan saran nya, karna bagiku, kebahagiaan nya adalah tujuan hidupku, dan tak lagi merasa dilema.

Uang hasil dari warisan itu Aku gunakan sebagian untuk keperluan keluargaku, baik itu untuk kebutuhan primer maupun sekunder.

Sebagian lagi di tabung untuk pendidikan kedua anakku dan sebagian lagi digunakan istriku untuk membuka usaha cafe yang Ia buka di tengah ramainya kota Surabaya ini, Sedangkan Aku tetap pada pekerjaanku menjadi seorang manager di kantor ku.

Sebulan, dua bulan hingga setahun, usaha kami lancar, cafe ramai lancar, anak-anak sudah siap masuk kuliah, betapa sempurnanya kebahagiaan yang kami rancang sedemikian rupa, dan Aku pun sampai lupa pada semua dosaku pada Almarhum Orang tuaku yang selalu membanggakan ku.

Hingga suatu hari, seorang gadis bersama kedua orang tuanya datang padaku, mereka mencari anak sulungku yang sudah mau daftar kuliah , mereka meminta pertanggung jawaban atas perbuatan nya yang telah menghamili anak mereka.

Hatiku hancur, anak yang ku banggakan , telah melakukan dosa dan kini dituntut untuk segera menikahi pacar yang Ia hamili, lalu berantakan lah rencana kuliah anakku, karna terpaksa Ia harus menikahi pacarnya di saat Ia sudah daftar kuliah.

Sementara, anak keduaku, terjerat kasus Narkoba, dan Ia pun harus di rehabilitasi, karna masuk pada tahap pencandu. Sejak itu Aku dan Ratna selalu bertengkar masalah anak.

"Ini semua gara-gara kamu tidak becus menjaga dan mendidik anak, sampai-sampai Bimo menjadi pecandu!!" Teriakku pada Istriku.

"Aku sibuk ngurusin Cafe Mas, mana ku tahu kalau Dia akan seperti ini, ini juga salahmu, kau Ayahnya, kau yang seharusnya dekat dengan nya."Ratna tidak mau kalah.

"Aku juga sibuk dengan pekerjaanku, mendidik anak itu tugas seorang Ibu bukan?!"

Pertengkaran demi pertengkaran selalu terjadi dalam Rumah tanggaku, Akupun fustasi hingga berimbas pada pekerjaanku, dan Akupun dipecat dari pekerjaanku.

Usaha Cafe kami yang semakin maju juga tak luput dari masalah, ternyata selama ini Istri yang kucintai telah berselingkuh dengan laki-laki lain yang menjadi patrner kerja Ratna dalam membangun Cafe itu, sehingga entah bagaimana cerita nya Cafe itu diambil alih oleh selingkuhannya tanpa sepengetahuannya.

"Maaf , sekarang Cafe ini menjadi milikku sepenuh nya, jadi Aku harap kamu segera angkat kaki dari cafe ini!" Ucapnya pada Ratna yang saat itu Aku pun berada di sana, tanpa sepengetahuan mereka. Mereka yang awalnya Aku kira hanya sebatas teman kerja istriku dalam mengelola Cafe itu.

"A-apa Maksudmu ? Bukan kah Kita sepakat untuk mengelola Cafe ini bersama-sama?" Ratna terkejut.

"Awalnya Ia, tapi dipikir-pikir, Aku ingin sendirian mengelolanya, jadi pergilah dari sini, cepat !"

"Anjas...Kita kan sudah sepakat, setelah Cafe ini ku serahkan padamu, Aku akan menuntut cerai dari suamiku, dan akan menikah denganmu, tapi mengapa kau malah membuangku setelah mendapatkan cafe ku,?" Penuturan Ratna itu membuatku syok, seolah tak percaya dengan percakapan mereka.

"Tapi Aku tak butuh kamu lagi, Aku mau cari yang lebih muda dan cantik, "

"Tidak !!! Ini tidak mungkin, Kau menipuku ?, dasar laki-laki kurang ajar ! kembalikan Cafe ku ! Kembalikan uangku !" Ratna Histeris menarik-narik baju Anjas, serta memukuli Pacar nya itu.

"Ratna....jadi selama ini kau pacaran dengan nya ! Kau selingkuh ?" Aku yang mendengar pertengkaran mereka dari tadi , akhirnya menampakkan diri setelah tercekat dengan perselingkuhan Itu.

Namun Ratna tidak peduli dengan kemarahanku, Ia lebih memikirkan bagaimana cara nya agar cafe itu beralih padanya, tapi Aku yang tidak terima dengan perselingkuhan nya, membuat kami bertengkar di cafe itu, di usir oleh scurty.

Anjas tidak peduli, karna tujuan semula Ia mendekati Ratna memang hanya ingin mengusai uang Ratna.

Hingga Akhirnya, Ratna depresi, Ia pun terpaksa harus di rawat di RSJ karna Aku juga sudah tidak sanggup merawat istri yang gila dan telah menghianatiku.

Dalam keadaan keluargaku yang hancur seperti itu, Aku teringat Bapak, betapa Aku sangat menyia-nyiakan nya selama sakit , dan mengambil harta warisan yang menjadi hakmu hanya karna Aku dikendalikan oleh Istriku, Aku terlalu mencintainya, sehingga Aku lupa siapa yang seharusnya Aku cintai.

Dalam keputus asaan ku, Aku berniat mengunjungi makam Bapakku, untuk meminta maaf pada nya dan bersimpuh di tanah makam nya yang bahkan sekalipun Tidak pernah Aku kirimkan Alfatihah untuknya, sejak pulang dari sana.

Perjalanan menuju kampung halamanku, Aku menyetir seorang diri dalam keadaan pikiranku yang kalut. sehingga, Aku mengalami kecelakaan hebat yang membuatku kehilangan kedua kaki ku ini.

Sejak saat itu, Aku kehilangan semuanya, pekerjaanku, Istriku, Aku juga kehilangan Anakku, lebih tepatnya Anak dan menantuku, membuangku di jalanan karna mereka tidak mau mengurusku yang sudah tidak punya apa-apa ini, hingga Aku sebatang kara dan luntang-lantung di jalanan.

Setahun lebih, Aku terombang ambing dalam ketidakberdayaan ini, malam hari, Aku kedinginan, saat hujan Aku merasa basah kuyup oleh dosa yang tak terampuni. Siang hari, kulitku tertembus panas nya terik matahari.

Setiap saat, Aku dikejar bayang-bayang dosa, tapi Aku tak berdaya meminta maaf apalagi bertaubat, sebab

Orang yang Aku dzolimi telah tiada dan orang yang telah aku ambil hak nya telah pergi entah kemana.

\* ~~~~~\*

"Sekarang, Aku mohon ampuni Aku Nur, Ampuni Abangmu yang tak berdaya ini, agar penderitaanku ini berkurang"lirih Sofyan.

"Iya bang, Aku maafkan Abang" jawab Nur.

"Lalu bagaimana cara nya agar Aku bisa meminta maaf pada Bapak, Nur ?"mendengar pertanyaan itu Nur terdiam.

"Berbuatlah baik, bertaubat dan.. " ucapan Nur terhenti tatkala Sofyan seperti sedang merasakan kesakitan, Ia sekarat, Nur mencoba untuk menuntun nya membaca La ila ha illallah, tapi setiap sampai di huruf "La" lidahnya kelu, hingga Ia pun meninggal dengan kondisi mata mendelik, mulut menganga serta tidak bisa mengucap La ila ha Illallah .

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun" ucap Nur dan Baim.

Nur menangis, Ia prihatin dengan yang di alami kakaknya, hingga Ia meninggal tanpa bisa mengucapkan La Ilaha illallah.

Ya Allah, mati adalah rahasia Mu, Engkaulah yang memegang Nyawa setiap Makhluk. Ampuni dosa kakak ku dan terimalah amal baik nya.

Ya Allah, matikanlah Aku dan suamiku kelak dalam keadaan husnul khotimah, dengan kalimat terakhir mampu menyebut Asma mu, mudahkanlah Kami dalam menyebut nama Mu, di Akhir hayat Kami, karna kami tidak akan pernah tahu , dalam keadaan apa Kelak jika Kami menghadap Mu.

Andai kami tenggelam dalam dosa, berilah kami taufiq dan hidayahMu agar Kami bisa segera bertaubat sebelum Engkau mengambil nyawa Kami.

Dan Ampunilah dosa kedua orang tua kami, sayangilah mereka, sebagaimana mereka menyayangi kami sewaktu kecil dan tempatkan lah mereka bersama orang- orang sholeh.