Aisyah, seorang istri yang selalu hidup dalam tekanan dari mertuanya, kini menghadapi tuduhan lebih menyakitkan—ia disebut mandul dan dianggap tak bisa memiliki keturunan.
mampukah aisyah menghadapi ini semua..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan awal
Aisyah masih ingat dengan jelas hari ketika Farhan membawanya bertemu kedua orang tuanya untuk pertama kali. Saat itu, mereka baru saja bertunangan, dan Farhan sangat bersemangat mengenalkan Aisyah sebagai calon istrinya.
"Aku yakin Ibu dan Ayah bakal suka sama kamu," kata Farhan dengan senyum meyakinkan saat mereka berjalan menuju rumah orang tuanya.
Namun, entah kenapa, ada perasaan cemas di hati Aisyah. Ia tahu, menjadi bagian dari keluarga Farhan tidak akan mudah, terutama karena latar belakang mereka yang berbeda. ia hanya penjual bunga yang sederhana, berbeda dengan farhan yang berasal dari keluarga kaya raya.
Begitu memasuki rumah besar keluarga Farhan, Aisyah langsung merasakan atmosfer yang berbeda ia merasa suhu badanya meningkat . Ruang tamunya luas dengan perabotan mahal dan nuansa klasik membuat pemilik nya terlihat bergitu berkelas.
Seorang wanita paruh baya duduk di sofa, mengenakan kebaya modern dengan raut wajah tajam. Di sebelahnya, seorang pria yang terlihat lebih tenang, ayah Farhan.
"Ibu, Ayah, ini Aisyah," kata Farhan dengan penuh semangat.
Aisyah membungkukkan badan sopan. dengan suara pelan penuh kegugupan "Assalamualaikum, Bu, Pak. Senang bisa bertemu dengan kalian saya aisyah."
Ayah Farhan mengangguk ramah. "Waalaikumsalam, Nak. Silakan duduk."
Namun, ibu farhan hanya menatap Aisyah dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan menilai.
"Kamu kerja apa?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya terdengar datar dan tajam.
"Saya punya toko bunga sendiri, Bu," jawab Aisyah dengan senyum tulus nya.
Sang ibu mengangkat alis memandang remeh. "Toko bunga? Itu pekerjaan atau sekadar hobi?"
Aisyah sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tetapi tetap berusaha tersenyum. "Ini pekerjaan saya, Bu. Saya menjalankannya dengan serius."
"Jadi kamu tidak bekerja di kantor? Tidak ada gaji tetap?" nada suaranya terdengar skeptis.
Aisyah merasakan telapak tangannya mulai berkeringat. "Saya memang tidak bekerja kantoran, tapi..hasil dari jualan saya juga lumayan bu..."
"Bu, Aisyah itu mandiri. Dia punya bisnis sendiri, dan tokonya berkembang dengan baik," potong Farhan, mencoba membela kekasih nya.
Namun, ibunya hanya mendengus pelan. "Bisnis bunga… Sepertinya tidak menjanjikan. Farhan, kali ini kamu yakin dengan pilihanmu?"
Farhan menghela napas panjang sabar. "Bu, aku tidak menikahi dia karena pekerjaannya. Aku menikahi Aisyah karena aku mencintainya."
Aisyah menunduk sedikit, merasa tidak nyaman. Ia bisa merasakan bahwa ibu Farhan tidak langsung menyukainya.
"Kalian sudah yakin akan menikah?" tanya ibunya lagi, kali ini menatap langsung ke arah Aisyah.
Aisyah mengangguk yakin. "Iya, Bu. Saya serius dengan hubungan ini dan ingin membangun keluarga yang bahagia bersama Farhan."
Hening sejenak. Ibu Farhan lalu menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Baiklah. Tapi, ingat, kehidupan pernikahan tidak semudah yang kamu bayangkan. Aku tidak ingin melihat anakku menyesal nantinya."
Kata-kata itu terasa seperti peringatan terselubung. Sejak saat itu, Aisyah tahu bahwa mendapatkan restu dari ibu Farhan bukanlah hal yang mudah.
***
Kembali ke Masa Kini
Aisyah menghela napas panjang, mengingat momen itu. Sejak awal, ibu mertuanya tidak pernah benar-benar menerimanya.
Namun, melihat Farhan yang kini lebih tegas membelanya, ia merasa sedikit lebih kuat. Apa pun yang terjadi, ia akan terus berusaha.
Dengan senyum kecil, ia berkata dalam hati, Aku akan membuktikan bahwa aku pantas menjadi bagian dari keluarga ini.