NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.4k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merayu Bu Alma

Hari ini sekolah libur. Gendhis sengaja meninggalkan ponselnya di rumah dan pergi membantu orang tuanya di ladang. Sesampainya di rumah kembali, ia membuka ponselnya dan mendapati dua puluh panggilan suara juga video dari Lintang.

"Mas Lintang telepon?" Gendhis bertanya sendiri.

Segera dia lakukan panggilan ulang, namun giliran Lintang yang tak menjawab teleponnya.

"Ada apa ya, Mas Lintang telepon berkali-kali?" Gendhis masih berfikir.

Belum usai dia berfikir, Lintang sudah memanggilnya kembali dan segera Gendhis angkat ponselnya.

"Assalamu'alaikum, Mas Lintang... maaf, tadi hp di rumah, aku habis bantuin ibu di ladang." Gendhis langsung menjelaskan.

"Waalaikumsalam... tapi bukan untuk minta penjelasan soal itu aku telepon kamu." Jawab Lintang ketus.

"Mas Lintang butuh penjelasan? Soal apa Mas?" Gendhis masih tak mengerti ucapan kekasihnya.

Tak lama kemudian, Lintang mengirimkan satu buah foto lewat whatsapp dan Gendhis membukanya. Ia terkejut melihat fotonya saat bergandengan dengan Riko di ruang perpus beberapa hari yang lalu.

"Apa ini Mas Lintang?" Gendhis bertanya.

"Harusnya aku yang tanya, apa maksudnya kamu gandengan tangan dengan laki-laki itu, apa seperti ini yang kamu lakuin saat aku nggak ada di situ? Baru satu bulan, Dis... kita pisahan. Kamu juga tahu betapa sulitnya aku harus melalui hari-hariku di sini jauh dari mu. Tapi kamu?" Ucap Lintang menggebu-gebu.

"Mas Lintang dapat foto itu dari mana? Itu semua fitnah. Kejadian sebenarnya nggak seperti itu, Mas." Gendhis mencoba menjelaskan.

"Nggak penting aku dapat foto itu dari mana... Aku kan sering bilang sama kamu, jangan pernah deket-deket sama laki-laki itu, tapi kamu nggak pernah dengerin kata-kata ku. Apa jangan-jangan kamu beneran suka ya sama dia?" Lintang bertanya dengan penuh bara api.

"Mas Lintang..., dengerin aku mgomong dulu... itu semua salah faham." Ucap Gendhis.

"Salah faham gimana? Jelas-jelas kamu sudah bohongin aku... bahkan kalian berdua pacaran... iya kan? Tega kamu ya Dis, hianatin aku???" Lintang menutup telepon lalu mematikan ponselnya.

"Astaghfirullah... Mas Lintang... dengerin dulu penjelasan aku..." Gendhis mencoba menjelaskan, tapi seolah percuma karena telepon sudah ditutup. Dia juga tak berhasil menghubungi Lintang kembali.

"Uhhh... siapa yang udah sengaja cari masalah dengan mengirim foto kayak gini sama Mas Lintang." Gendhis terus menggerutu.

"Sekarang... gimana mau ngejelasin sama Mas Lintang coba? Dulu... saat Mas Lintang marah, aku masih bisa nyusul ke rumah. Kalau sekarang aku harus gimana? Masa iya, aku harus nyusul ke asrama? Kan nggak mungkin bangettt..." Gendhis seolah kehabisan cara.

*****

Di sekolah saat jam istirahat di ruang kelas XII.

"Eh, Shev... gimana? Jadi kemarin kirim fotonya?" Tanya Shelly.

"Ya jadi lah..." Jawab Shevin sembari memegang cermin dan merapikan rambutnya.

"Terus? Gimana reaksinya? Seru nggak? Jadi penasaran." Lany ikutan bicara.

"Awalnya sih, gayanya sok nggak percaya gitu sama omongan ku, tapi yaaa... kita liat aja, pasti terjadi perang dunia ke tiga..." Kata Shevin puas, setelah berhasil mempengaruhi Lintang dengan menunjukkan foto Gendhis yang sedang bergandengan dengan Riko.

"Emang nggak salah ide kamu, Shell... salah siapa cari masalah sama Trio Centil? Sekarang, rasain sendiri akibatnya." Ucap Lany.

*****

Di ruang kelas XI, Gendhis dan teman-temannya tengah menikmati waktu istirahat. Tiba-tiba Tina bertanya,

"Eh, Dis... kamu putus ya sama Mas Lintang?"

"Duh... amit-amit, ya jangan lah... kamu kok ngomongnya gitu sih..." Jawab Gendhis.

"Ya maaf, Dis... habisnya kabar di sekolah heboh banget..." Kata Tina.

"Emang heboh soal apa?" Gendhis seolah tak tahu apa yang sedang terjadi.

"Lho... kalian kan lagi jadi trending topik..." Kata Tina.

"Aku nggak ngerti maksud kamu apa Tin..." Gendhis masih tak mengerti.

"Kamu sama Kak Riko... kalian udah jadian ya? Kok kamu nggak ngasih tau aku sih..." Tina berkata.

"Ya ampun, Tin... jadi soal itu? Emang sih... aku sama Mas Lintang lagi kurang baik hubungannya, alesannya ya karena gosip itu. Ntah Mas Lintang bisa denger gosip tak bertanggungjawab itu dari mana. Tapi bukan berarti aku sama Mas Riko pacaran." Keluh Gendhis.

"Jadi, kamu sama Mas Riko nggak pacaran?" Tina bertanya.

"Yeeee... ya nggak lah... siapa juga yang pacaran sama Mas Riko." Jawab Gendhis tegas.

"Ya ampun, Dis... ada cowok seganteng, sekaya, dan sebaik Kak Riko kok dianggurin sih... sayang banget tau... cobaaa aku ditaksir sama cowok kayak Kak Riko, udah pasti nggak bakal aku lepasin sampai nikah nanti, Dis..." Puji Tina pada Sang Ketua OSIS.

"Ya udah... kalo gitu... kamu aja yang pacaran sama Mas Riko!" Kata Gendhis.

"Yahhh... Dis, kalau Kak Rikonya mau. Sayang... dia lebih memilih ngejar cewek jinak-jinak merpati." Tina menggoda.

"Eeeh... jadi maksud kamu aku jinak-jinak merpati? Enak aja..." Jawab Gendhis sewot.

"Hi... hi... hi... sorry cuma bercanda, Dis..." Kata Tina.

"Udah ah, bercandanya... aku lagi ada misi penting. Ikutan nggak?" Kata Gendhis sambil berjalan keluar dari ruang kelasnya.

"Kamu mau kemana, Dis? Tunggu aku!" Kata Tina sambil berjalan mengikuti Gendhis di belakangnya.

Gendhis berjalan menuju ruang perpus. Ia menuju meja petugas perpus. Kali ini bukan buku yang sedang ia cari, melainkan Bu Alma, petugas perpus yang setiap harinya bertugas menjaga di perpustakaan Smandong.

"Selamat pagi, Bu Alma..." Sapa Gendhis lembut pada wanita yang berada di hadapannya itu.

Bu Alma, seorang petugas perpus. Usianya belum terlalu tua, sekitar 28 tahun, dan wajahnya juga lumayan cantik. Tapi karena judesnya, dia jadi terlihat lima tahun lebih tua dari usianya. Dia juga belum menikah, mungkin karena cowok takut mendekatinya lantaran sikapnya yang sedikit kaku juga tegas.

"Selamat pagi. Mau baca buku? Ada di sana." Kata Bu Alma sambil menunjuk ke arah rak-rak buku yang tertata rapi.

"Oh... nggak, Bu... saya lagi nggak pengen baca buku." Gendhis basa-basi.

"Kalau nggak mau baca buku, kenapa ke perpus? Aneh..." Tanya Bu Alma sambil tangannya terus memegang mouse dan entah sedang mengerjakan tugas apa di dalam laptopnya.

Melihat tingkah temannya, Tina pun berbisik lirih pada Gendhis,

"Eh... Dis... kamu ngapain gangguin macan yang sedang tidur. Kita balik kelas aja yuk..." Ajak Tina.

"Sssttt... bentar, aku lagi ada perlu sama Bu Alma, kalau kamu mau, duluan aja ke kelas nggak papa." Gendhis ikutan berbisik.

Bu Alma mengamati tingkah kedua gadis itu lalu bertanya,

"Kalian kenapa bisik-bisik? Ngomongin saya ya?"

"Iyaa... eh... enggak... eh iyaaa..." Gendhis gugup.

"Kalian ini ya, masih kecil suka bergosip. Ngomongin apa?" Bu Alma sewot.

"Ini... kami lagi ngomongin, kalau... pagi ini Bu Alma cantik banget. Makeup nya keren, baju sama hijabnya sesuai, Bu. Bu Alma emang fashionable bangettt... Pas banget sama wajah ibu... cantik... Iya kan Tin?" Ucap Gendhis merayu sambil sikunya menyodok tangan Tina seolah memberikan isyarat.

"Oh... iiiiyaaa... Bu. Bener banget..." Tina ikuti saja kemauan sahabatnya itu tanpa tahu apa alasan sebenarnya ia merayu Bu Alma.

Seketika wajah Bu Alma meleleh tiap kali denger pujian. Rona pipinya memerah. Rupanya momen itulah yang dimanfaatkan oleh Gendhis.

Bu Alma tersipu malu lantas berkata,

"Ahhh... kalian ini bisa aja... rupanya selera kalian pagi ini cukup bagus."

Gendhis dan Tina hanya tersenyum-senyum melihat Bu Alma yang jadi salting karena di puji.

"Kalian mau butuh apa ke perpus?" Seketika Bu Alma berubah menjadi lemah lembut.

Gendhis mulai melancarkan aksinya. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri lantas berbisik.

"Bu Alma... yang cantik dan baik hati... boleh kah saya meminta bantuan ibu?"

"Ohhh... tentu. Kamu mau minta tolong apa?" Kata Bu Alma menjadi ramah.

Kalau soal mengambil hati, Gendhis lah ratunya. Dia paling bisa memenangkan hati semua orang.

"Begini... Bu Alma yang cantik... saya mau minta bantuan Ibu... bolehkah saya melihat rekaman sisi TV di perpus saat hari pertama masuk sekolah kemarin?" Ahirnya Gendhis mengatakan maksud sebenarnya.

Tina pun rupanya sedikit bisa membaca apa yang ada dalam fikiran sahabatnya itu.

"Ehhh... kalau untuk itu... saya nggak bisa bantu. Itu menyalahi aturan!" Kata Bu Alma.

"Duh... Bu Alma... tolong saya dong, saya lagi dapat masalah dan saya butuh sekali rekaman itu. Cuma Bu Alma satu-satunya yang bisa bantu saya. Please... yaaa... Bu...." Gendhis merengek.

"Nggak bisa...!" Kata Bu Alma.

Wajah Gendhis layu, ia merasa rekaman itulah satu-satunya kunci yang bisa mengembalikan hubungannya dengan Lintang dan mengubur jauh kesalahan fahaman Lintang padanya. Tapi ternyata Bu Alma memang tak semudah yang ia bayangkan.

"Ya sudah... Bu, kalau Bu Alma nggak bisa bantu saya, Permisi..." Gendhis putus asa dan hendak beranjak pergi meninggalkan meja Bu Alma.

"Eeeh... tunggu! Kalian mau kemana?" Tanya Bu Alma.

"Ke kelas, Bu. Buat apa kami di sini, kalau Bu Alma nggak bisa bantu kami..." Tina ikut-ikutan merayu Bu Alma.

"Hheeemm... selama ini belum ada di sekolah ini yang punya selera model sama dengan saya kecuali kalian. Jadi... apa salahnya kali ini aku bantu kalian." Ucap Bu Alma ahirnya luluh.

"Beneran, Bu? Makasih banyak Bu Alma yang cantik..." Kata Gendhis dan ia kembali menghampiri meja Bu Alma.

"Eh... jangan senang dulu... cuma kali ini aja ya... Dan kalian juga harus sering-sering mengunjungi perpus. Jangan lupa juga, saya tunggu komentar kalian tentang model-model fashion saya..." Syarat dari Bu Alma.

Gendhis dan Tina tersenyum geli sambil menatap satu sama lain.

"Siap... Bu Can...!" Kata dua gadis itu.

"Kok Bu Can???" Tanya Bu Alma.

"Iya, Kan Bu Cantik... jadi Bu Can." Jawab Gendhis.

"Ahhh... kalian bisa aja." Bu Alma tersipu malu.

Gendhis dan Tina segera melancarkan aksinya setelah mendapat izin dari Bu Alma mengcopy video di sisi TV saat di mana Trio Centil menabraknya di ruang perpus.

*****

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!