Spin off DELMAR
Gadis baik-baik, bertemu dengan badboy sekolah. Sepuluh kali putus, sepuluh kali juga balikan. Seperti itulah hubungan cinta antara Naomi dan Aiden. Perbedaan diantara mereka sangar besar, akankah cinta mampu mempersatukan mereka?
"Naomi hanya milik Aiden. Tidak ada yang boleh miliki Naomi selain Aiden. Janji," Aiden mengangkat kelingkingnya.
"Janji." Tanpa fikir panjang, Naomi menautkan kelingkingnya pada kelingking Aiden.
Janji gila itu, membuat Naomi selalu gagal move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DICEGAT PREMAN
Siang hari seperti yang tadi dikatakan Mama Zalfa, mereka pergi ke pengajian yang lokasinya di masjid yang tak seberapa jauh. Dengan mengendarai motor, mereka berangkat ke sana. Betapa syoknya Naomi, saat ternyata, Aiden masih ada di sekitar rumahnya. Dan sekarang, cowok itu mengikut di belakang motor yang dikendarai Mama Zalfa. Gara-gara itu, Naomi jadi tak tenang sepanjang jalan.
Sebelum memasuki masjid, Naomi melihat ke arah Aiden yang berhenti di depan masjid. Agak lega juga melihat cowok itu tak ikut masuk, tapi ternyata dugaannya jika Aiden pulang, adalah salah. Selesai pengajian, dia melihat Aiden masih di tempat yang sama. Dan seperti tadi, mengikuti Naomi hingga depan rumahnya.
[ Aku bakal terus ada di sekitar kamu buat jagain kamu ]
Naomi tersenyum getir membaca sebuah pesan yang dikirim oleh nomor tak dikenal. Meski begitu, dia tahu benar, siapa yang mengirim pesan tersebut.
Keesokan harinya, bahkan hingga beberapa hari seterusnya, Naomi dibuat kesal karena Aiden terus mengikuti dia kemanapun dia pergi. Dia sampai heran, cowok itu kuliah atau enggak, kenapa selalu ada kapanpun dan dimanapun.
Sampai saat Naomi ke rumah Cella untuk kerja kelompok, Aiden terus mengikut hingga depan rumah Cella.
"Nom, itu bukannya Kak Aiden ya?" Cella menunjuk dagu ke arah Aiden yang masih duduk di atas motor. Cowok yang baru melepas helm itu, tersenyum ke arah Naomi. "Menurut gue, gila banget sih cowok itu, sampai segitunya ngikutin lo. Definisi cowok posesif, toxic, bucin, atau... " dia tiba-tiba bergidik ngeri. "Menakutkan!"
Cella masuk karena teman-teman yang lain juga sudah menunggu untuk dipersilahkan masuk, sementara Naomi, gadis itu menghampiri Aiden.
Dengan wajah menegang karena emosi, Naomi berdiri di depan Aiden. "Apa sih mau lo?" bentak Naomi. Dia sudah tak lagi menggunakan kata aku kamu.
"Aku cuma mau minta maaf sama kamu, Yang."
"STOP!" pekik Naomi. "Stop pangil gue yang, karena kita udah putus."
"Kita balikan."
Naomi tersenyum simpul. "Jangan harap. Mau sekeras apapun usaha lo, gue gak akan mau balikan. Gue udah bukan Naomi bego yang bisa lo bodoh-bodohin. Jadi stop ngintilin gue kemanapun gue pergi."
"Aku bakal selalu ada di sekitar kamu sampai kamu mau balikan."
Naomi tergelak mendengar itu. Selalunya memang seperti ini setiap minta maaf, ngejar terus sampai dia luluh. Tapi kali ini, jangan harap. "Mending simpan waktu dan tenaga lo buat kuliah atau tidur dengan cewek, gak usah sibuk ngurusin gue."
"Yang, please." Aiden hendak menyentuh lengan Naomi, tapi gadis itu lebih dulu mundur. "Please maafin aku. Aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku janji, gak akan ngelakuin hal kayak gitu lagi."
Naomi menunjuk ke bawah. "Lo tahu itu apa?"
"Apa?" Aiden malah bingung.
"Aspal," teriak Naomi. "Mending lo ngomong sama aspal, kali aja dia mau percaya sama lo. Kalau gue," dia terkekeh pelan. "Sorry, udah gak bisa percaya lagi sama lo. Gue udah muak sama lo. Jadi gue minta, jauhin gue. Jangan lagi muncul dihadapan gue karena gue udah muak lihat muka lo," serunya sambil menunjuk wajah Aiden. "Pergi sana!" Dia berlari masuk ke rumah Cella setelah itu.
Naomi melihat ke arah Aiden yang ada di seberang jalan sebelum dia menutup pintu gerbang. "Pergi!" hardiknya sambil melotot. Cowok itu menyebalkan sekali, cosplay jadi bayangan yang selalu ngikutin dia kemana aja dia pergi.
Ternyata meski sudah dimaki sedemikiannya rupa, Aiden tak kunjung pergi. Dia tetap menunggu Naomi di depan rumah Cella sambil merokok dan main game. Sampai akhirnya, dia mematikan rokok mendengar suara pintu gerbang di buka.
Muncul Cella dan teman-temannya, tapi tidak dengan Naomi. Cella mengantarkan mereka pulang sampai gerbang, lalu menutupnya kembali, tapi.
"Tunggu!" Aiden berteriak sambil menyebrang jalan. "Mana Naomi?"
"Naomi gak pulang, dia nginep disini," sahut Cella dari celah pintu gerbang yang masih terbuka sedikit.
Aiden membuang nafas kasar sambil mengacak rambutnya. Kembali menyeberang jalan, menuju tempat motornya diparkir. Dia berusaha menghubungi Naomi dari nomor barunya, tapi tak dijawab oleh cewek itu. Feelingnya, Naomi hanya bohong untuk menghindarinya, dia tetap disana sampai jam 9 malam, sampai akhirnya memutuskan untuk pergi.
"Akhirnya, Nom, dia pergi juga," Cella bernafas lega. Dia mengintip dari tirai jendela kamarnya yang ada di lantai dua.
"Ya udah gue siap-siap kalau begitu." Naomi memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Udah malem Nom, kenapa gak nginep sini aja sih?" bujuk Cella.
"Mama gue sendiri di rumah, Cel. Bokap ada di luar pulau."
"Tapi jam segini gue gak bisa nganter lo, Nom."
"Gak papa, gue naik ojol aja."
"Yakin lo?"
"Yakin lah. Siapa yang berani sama gue, udah sabuk hitam nih," Naomi membanggakan diri. Sejak kecil, dia memang sudah belajar bela diri.
"Percaya deh," Cella terkekeh sambil menepuk bahu Naomi.
Tadi Naomi beralasan menemani Cella yang di rumah sendiri, jadi pulang agak telat. Sebenarnya Mama Zalfa sudah mengizinkan Naomi menginap disana, tapi Naomi saja yang kasihan jika mamanya di rumah sendiri.
Naomi menaiki ojek online yang baru saja tiba di depan rumah Cella.
"Hati-hati, Nom," teriak Cella saat motor yang dikendarai driver ojol mulai jalan.
Awalnya semua baik-baik saja, sampai tiba-tiba, motor ojol tersebut sedikit oleng lalu di driver menghentikannya.
"Ada apa, Pak?"
"Gak tahu, Neng. Kayaknya ada masalah dengan ban nya."
Mereka berdua turun untuk melihat kondisi ban. Ternyata benar, ban motor bagian depan bocor.
"Gimana nih, Pak?"
"Mending Nengnya nyari ojol lain aja ya. Bapak musti bawa ke tambal ban. Tadi kayaknya kita lewatin, gak jauh dari sini.
Tadi Naomi tak memperhatikan jalan, jadi tidak tahu jika dia melewati tambal ban.
"Ya udah deh, Pak, saya nyari ojol lain aja."
Drivel ojol tersebut kembali ke arah semula, sementara Naomi, dia berjalan mencari tempat yang agak ramai untuk menunggu ojol. Disini terlalu sepi.
"Hai cewek." Naomi kaget saat seorang laki-laki tiba-tiba mensejajari langkahnya.
"Sendirian aja ya?" Dia makin panik saat ternyata, pria itu tak sendirian. Sekarang, posisinya sedang di apit.
Dia ingin berbalik untuk mengejar drivel ojol tadi, tapi sialnya, dibelakang ternyata juga ada dua orang lain.
Preman-preman itu, sengaja menaruh paku di daerah ini untuk menghentikan kendaraan lalu merampok? Tapi melihat motor ojol yang tak seberapa bagus, mereka malah lebih tertarik pada cewek cantik yang masih mengenakan seragam SMA. Tempat ini memang sudah sepi kalau diatas jam 9, meski begitu, masih ada satu dua kendaraan yang melintas.
"Mau kemana, Neng?"
Naomi kembali balik balik badan lalu berlari sekencang-kencangnya.
"Tolong!" dia berteriak pada pengendara motor yang kebetulan lewat, tapi tak diindahkan oleh pengendara tersebut.
"Jangan lari!"
Naomi mengerem langkah saat salah satu preman sudah mendahuluinya dan berhenti di depannya. Dia yang bingung, berlari ke arah lain. Tapi dia baru sadar, jika dirinya sedang dijebak, digiring ke tempat yang makin jauh dari keramaian. Naomi ketakutan saat menyadari dirinya berlari masuk ke sebuah terminal kosong. Dia memang bisa bela diri, tapi menghadapi 4 orang preman berbadan besar, mustahil dia menang. Dia bukan sedang syuting film India.
"Berhenti!" teriak mereka yang terus mengejar.
Naomi mengambil ponsel di dalam tas dan langsung menelepon seseorang.
"Ai, tolong! teriaknya ketakutan.
"Yang, kamu dimana?"
"Tolong aku, Ai."
tapi Gpp deh.
terimakasih atas cerita nya Thor, sukses selalu di karya2 berikutnyaa
jadi nom nom