Kinan ibu muda berumur dua puluh enam tahun harus terjebak pada hubungan terlarang dengan seorang laki- laki karena keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau. Dia terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi sang anak dengan imbalan menyerahkan tubuhnya pada laki- laki tersebut karena dia tidak mampu mengembalikan uangnya. Sedangkan sang suami yang sejak dua tahun kena PHK harus kerja serabutan tiba- tiba menghilang entah ke mana. Mampukah Kinan menjalani hari- harinya seorang diri di tengah permasalahan yang tiada habisnya...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Hilang Ingatan
Rangga
Semenjak kejadian di parkiran rumah sakit beberapa hari lalu, Rangga menjadi pendiam. Bayangan perempuan cantik berambut panjang dan anak laki- laki yang mengaku sebagai istri dan anaknya selalu memenuhi pikirannya.
Rangga seperti tidak asing dengan dua orang tersebut. Dia seperti pernah melihatnya. Bahkan wajah keduanya sangat familiar buatnya. Tapi Rangga sama sekali tidak mengingat siapa mereka. Semakin Rangga mencoba mengingatnya kepalanya semakin terasa sakit.
"Rangga, ayo sarapan dulu..." ucap bu Ratih masuk ke kamar Rangga membawakan sarapan.
Rangga yang duduk di kursi roda pun hanya melirik ke arah sang ibu saja tanpa menyahut ucapannya.
"Lho, kamu kenapa Rangga, kenapa kelihatan sedih seperti itu...?" tanya bu Ratih.
"Rangga capek bu. Rangga merasa Rangga menjadi manusia yang tidak berguna. Rangga tidak bisa melakukan apapun sekarang. Berjalan tidak bisa, bahkan mengingat siapa diri Rangga pun Rangga nggak mampu. Apa lagi mengingat orang- orang di sekitar Rangga..." sahut Rangga.
"Yang sabar ya Rangga, kan kamu sedang sakit, nanti juga kamu pasti sembuh bisa berjalan lagi dan bisa mengingat semuanya..."
"Tapi sampai kapan bu...?"
"Sabar Rangga, sabar...."
"Bu, apa benar Rangga punya istri dan juga anak. Beberapa hari lalu ada seorang perempuan dan anak kecil mengaku sebagai istri dan anak Rangga bu, apa benar mereka istri dan anak Rangga...?" tanya Rangga.
Bu Ratih hanya menarik nafas panjang.
"Sudah lah Rangga kamu jangan memikirkan mereka lagi..."
"Kenapa bu...?"
"Mereka sudah tidak perduli lagi sama kamu nak. Kau tahu, ketika mendengar kamu kecelakaan dan mengalami koma beberapa hari, istrimu itu sama sekali nggak perduli sama kamu. Bahkan dia tidak menengok kamu sama sekali..." ucap bu Ratih mengarang cerita.
"Justru Vivi yang selalu setia bolak - balik ke rumah sakit demi jagain kamu Rangga..."
"Kau tahu Vivi begitu perhatian sama kamu sampai dia rela mengesampingkan pekerjaannya demi untuk menjaga kamu. Jadi yang pantas kamu pikirkan itu Vivi bukannya istri kamu yang tidak tahu diri itu..." sambung bu Ratih.
"Kenapa istriku tidak perduli denganku bu..? Trus sekarang dia tinggal di mana bu..? Kenapa dia tidak ada di sini bersama Rangga...?" tanya Rangga.
"Istrimu itu kabur dari rumah membawa anakmu begitu dokter mengatakan kamu hilang ingatan dan tidak bisa berjalan. Dia bilang dia tidak mau punya suami cacat yang tidak bisa melakukan apapun. Dia tidak mau direpotkan. Dia mau cari laki- laki lain..." jawab bu Ratih kembali bohong.
Rangga hanya menggelengkan kepalanya. Dia seperti ragu dengan ucapan sang ibu, tapi pada kenyataannya istri dan anaknya memang tidak ada di dekatnya.
"Tapi bu, kenapa waktu Rangga bertemu sama mereka , dia bilang Rangga yang pergi meninggalkan mereka...?" tanya Rangga.
"Itu kan cuma akal- akalan istrimu saja supaya istrimu itu tidak terlihat jahat di matamu. Eh Rangga, kamu itu jangan begitu percaya dengan wajah polos istrimu. Ibu yakin di luar sana pasti istrimu itu sedang enak- enakan sama laki- laki lain..."
"Bu, tolong jangan bicara seperti itu..."
"Kenapa..? Eh Rangga, kalau seorang istri berani meninggalkan suami dalam keadaan sakit itu sudah pasti dia ingin mencari laki- laki yang bisa memuaskan dia. Kan kamu sedang tidak bisa berbuat apa- apa. Makanya dia mencari kepuasan di luar sana..."
Rangga menelan ludahnya, lalu menggelangkan kepalanya.
"Dari dulu ibu itu nggak pernah setuju kamu menikah dengan Kinan. Dia bukan perempuan baik- baik. Kamu itu cocoknya sama Vivi. Perempuan yang tulus mencintai kamu..."
"Jadi istriku namanya Kinan bu..? Kalau anakku namanya siapa bu..? Berapa umurnya sekarang...?" tanya Rangga.
"Nggak tahu lah Rangga, kamu ini bagaimana sih, ibu lagi ngomongin Vivi kok kamu malah ngomongin istri sama anak kamu..." bu Ratih kesal.
"Rangga ingin ketemu sama istri dan anak Rangga bu.."
"Kan ibu sudah bilang, istri kamu itu sudah nggak perduli sama kamu, ngapain kamu mau ketemu mereka..?"
"Lebih baik kamu pikirkan Vivi yang sudah banyak membantu kamu, dari pada istri kamu yang tidak tahu diri itu. Vivi sudah banyak berkorban waktu dan tenaga buat kamu. Dia juga yang sudah bawa kamu ke rumah sakit waktu kamu mengalami kecelakaan di Bandung. Kalau dia tidak menemukan kamu waktu itu, entah seperti apa nasib kamu sekarang..."
"Dia itu sangat mencintai kamu Rangga, bahkan dia rela tidak menikah hanya karena menunggu kamu. Dia tidak bisa melupakan kamu cinta pertamanya. Dulu waktu masih sama- sama sekolah kalian itu saling mencintai, tapi gara- gara si Kinan kamu malah meninggalkan Vivi yang jelas- jelas tulus sama kamu..."
"Apa bu, aku dan Vivi saling mencintai...?"
"Iya, kalian dulu selalu bersama- sama, sekolah bersama, kuliah juga di tempat yang sama. Tapi tiba- tiba Kinan merebut kamu dari Vivi. Dasar perempuan kegatelan. Sekarang giliran kamu lagi dapat musibah seperti ini yang seharusnya dapat dukungan dari istri dia malah ninggalin kamu begitu saja...."
"Itu namanya perempuan kurang ajar dan tidak tahu diri. Maunya senangnya saja, nggak mau susahnya..." bu Ratih mulai mengarang bebas.
"Sudah lah Rangga, mending kamu menikah sama Vivi saja yang jelas- jelas baik dan tulus sama kamu..."
"Ibu ini bicara apa sih..? Mana mungkin rangga menikahi Vivi dalam keadaan seperti ini. Lagian di hati Rangga tidak ada perasaan apa- apa terhadap Vivi bu..."
"Itu kan karena kamu lagi hilang ingatan. Nanti kalau ingatanmu kembali pasti rasa cinta kamu sama dia juga akan kembali juga. Kalau kamu menikahi Vivi, dia akan tinggal di sini dan lebih leluasa mengurus kamu Rangga. Nanti kamu bakalan cepat sembuh..."
"Sudah lah bu, tidak usah membahas soal Vivi lagi. Rangga hanya ingin fokus dengan kesehatan Rangga. Rangga ingin bisa mengingat semuanya dan bisa jalan lagi..."
Vivi yang sejak tadi berada di luar kamar Rangga pun sedih mendengar ucapan Rangga. Iya, dia datang ke rumah bu Ratih seperti biasa untuk menemani Rangga. Dia hendak masuk ke dalam kamar Rangga tapi di depan pintu dia mendengar percakapan Rangga dengan sang ibu. Dia pun menguping pembicaraan ibu dan anak tersebut.
"Siang tante..." ucap Vivi di depan kamar Rangga.
"Siang, eh Vivi sini masuk sayang..." jawab bu Ratih senang melihat Vivi datang.
Vivi pun masuk lalu mencium punggung tangan bu Ratih.
"Ini tante Vivi bawakan makanan untuk tante dan Rangga..." ucap Vivi sambil memberikan kantong berisi makanan.
"Kamu pake repot- repot segala..."
" Nggak kok tante..."
"Apa kabar Rangga..?"
"Ya, masih seperti ini..." jawab Rangga datar.
"Rangga itu lagi sedih karena belum bisa jalan dan juga belum bisa mengingat apapun..." sahut bu Ratih.
Vivi lalu menoleh ke arah Rangga yang sedang mengarahkan pandangan ke luar jendela. Vivi lalu menghampiri Rangga dan jongkok di depan Rangga sambil meraih tangan Rangga.
"Rangga, kamu harus sabar dong, kan kata dokter kesembuhan kamu itu membutuhkan waktu. Kamu jangan sedih seperti ini, nanti malah bisa menghambat kesembuhan kamu..." ucap Vivi sambil menggenggam tangan Rangga.
"Kata dokter kan kamu harus rileks, harus tenang, tidak boleh banyak pikiran dan tidak boleh memaksakan untuk mengingat sesuatu. Karena itu akan membuat kepalamu sakit. Kamu juga harus rutin minum obatnya..."
"Kamu sudah sarapan dan minum obat pagi ini...?" tanya Vivi langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Rangga.
"Ya udah, biar aku suapin kamu ya, ini aku bawa makanan kesukaan kamu lho...." vivi mengeluarkan makanan yang dia bawa dari rumah yaitu sop iga dan perkedel kentang.
Dengan sabar Vivi menyuapi Rangga. Sesekali Vivi tersenyum manis pada Rangga karena Rangga mau makan makanan buatannya cukup banyak. Bu Ratih yang melihatnya pun tersenyum bahagia.
"Cukup Vivi, aku sudah kenyang..." ucap Rangga.
"Ini tinggal sedikit lagi lho Rangga sayang kalau nggak dihabiskan. Ayo habiskan tinggal satu suap lagi kok..."
Rangga pun akhirnya menurut dan menghabiskan makanananya.
"Makanannya enak nggak..?" tanya Vivi dan Rangga pun mengangguk. Vivi pun tersenyum
Lalu Vivi mengambilkan minum untuk Rangga. Setelah itu Vivi mengambil obat untuk diminum oleh Rangga.
Setelah makan dan minum obat Vivi membawa Rangga keluar rumah untuk mendapat sinar matahari pagi di halaman rumah. Selain itu Vivi juga membantu Rangga untuk berlatih berjalan menggunakan alat bantu.
Beberapa kali Rangga melangkah sambil berpegangan pada alat bantu tersebut. Vivi pun tersenyum senang melihat kaki Rangga yang sudah mulai bisa berdiri dengan tegak. Hanya saja kalau di bawa jalan masih terasa sedikit nyeri dan kaku.
"Hebat Rangga, lihatlah kamu sudah bisa berdiri sendiri. Tak lama lagi pasti kamu pasti bisa jalan lagi..." ucap Vivi.
"Iya Vivi, ini semua juga karena kamu yang sudah banyak membantu. Maaf aku jadi sering merepotkan kamu..." sahut Rangga.
"Shutttt..kamu jangan bicara seperti itu dong. kamu sama sekali nggak ngerepotin kok. Aku tulus bantu kamu Rangga. Aku ingin kamu kembali sehat seperti semula...'' jawab Vivi lalu membantu Rangga kembali duduk di kursi roda.
"Makasih Vivi..." ucap Rangga sambil tersenyum.
"Sama - sama Rangga. Kamu jangan sedih, kamu harus semangat. Aku yakin kamu akan cepat sembuh.." ucap Vivi sambil menangkup kedua pipi Rangga.
Rangga pun mengangguk sambil tersenyum pada Vivi.
"Kita masuk yuk. Kalau kelamaan berjemur aku takut badanmu jadi hitam. Nanti nggak ganteng lagi deh..." ucap Vivi sambil tertawa.
Rangga pun ikut tertawa mendengar candaan dari Vivi.
Lalu Vivi mendorong kursi roda Rangga dan membawanya masuk ke dalam rumah. Kemudian mereka masuk ke dalam kamar Rangga karena Rangga harus istirahat.
Vivi lalu keluar dari kamar Rangga dan menemui bu Ratih di ruang tengah.
"Sini sayang duduk.." ucap bu Ratih yang sedang minum kopi sambil duduk di sofa. Vivi pun duduk di samping bu Vivi.
"Kenapa kamu terlihat murung begitu Vivi...? Ada apa..?" tanya bu Ratih.
"Vivi sedih tante, selama ini Vivi terlalu mencintai Rangga. Vivi selalu berharap lebih pada Rangga. Tapi pada kenyataannya sampai detik ini Rangga tidak pernah membalas cinta Vivi. Perasan Rangga tidak pernah berubah. Dia hanya menganggap Vivi tak lebih dari seorang adik saja...." ucap Vivi dengan sedih.
"Vivi sudah berusaha untuk menghapus nama Rangga dari hati Vivi tante, tapi nggak bisa, nama Rangga sudah tertaman kuat di hati Vivi. Vivi harus bagaimana tante..?" Vivi mulai menangis.
"Vivi sayang kamu yang sabar ya. Kamu jangan menyerah. Tante yakin seiring berjalannya waktu hati Rangga pasti akan luluh. Apa lagi setiap hari kalian selalu bersama. Cinta itu akan datang karena terbiasa. Jadi kamu jangan bosan untuk selalu dekat dengan Rangga..."
"Tante yakin suatu hari nanti Rangga akan menjadi milik kamu. Tante nggak akan membiarkan Rangga kembali dengan Kinan. Dia bukan istri yang baik buat Rangga. Hanya kamu yang cocok untuk mendampingi Rangga..." ucap bu Ratih sambil mengusap pipi Vivi.
"Tante akan bantu kamu untuk mendapatkan cinta Rangga. Pokoknya tante akan melakukan apapun supaya kamu bisa menikah dengan Rangga. Tante hanya ingin kamu yang menjadi menantu tante bukan yang kainnya apa lagi si Kinan..."
Mendengar ucapan bu Ratih, Vivi pun tersenyum bahagia. Di hatinya timbul harapan yang besar kalau Rangga akan menjadi miliknya dengan bantuan bu Ratih.
Iya, Vivi memang mencintai Rangga sejak masih duduk di bangku SMA. Kebersamaan keduanya yang setiap hari sekolah dan belajar bersama hingga ke bangku kuliah menimbulkan perasaan cinta pada Rangga.
Namun sayang Rangga hanya menganggapnya hanya sebatas adik saja. Vivi selalu manja sama Rangga. Jadi Rangga selalu memanjakan Vivi seperti kakak memanjakan adik perempuannya. Apa lagi Rangga adalah anak tunggal. Dengan adanya Vivi dia merasa seperti punya saudara kandung.
Vivi pun patah hati ketika Rangga memutuskan untuk menikah dengan Kinan perempuan yang baru dia kenal selama satu tahun.
Kinan adalah bawahan Rangga di perusahaan perusahaan tempat mereka bekerja.Saat itu Rangga berstatus sebagai manager sedangkan Kinan sebagai karyawan pabrik biasa karena Kinan hanya lulusan SMA saja.
Mengetahui Rangga menjalin hubungan dengan Kinan yang hanya karyawan pabrik, bu Ratih pun tidak terima karena menurutnya Kinan tidak sederajat dengan keluarganya yang kaya.
Bu Ratih memaksa Rangga untuk memutuskan Kinan dan memintanya menikah dengan Vivi. Tapi karena besarnya cinta Rangga terhadap Kinan, Rangga pun menolaknya mentah- mentah. Rangga lebih memilih Kinan dan pergi dari rumah dan menikahi Kinan tanpa restu dari sang ibu.
Bersambung...
🥰🌺 Ditunggu komentnya ya, silahkan..🥰
wajar kalau Rangga masih ragu... karena masa lalunya Kinan pernah jadi wanita nggak bener.
trus Kinan nggak punya saksi juga. sedangkan seluruh warga percaya sama pak RT... jadi serba salah.. kalau Rangga bela Kinan juga malah dimusuhi orang sekampung entarnya.
emang baiknya nikah sama orang lain. karena Rangga masih kepikiran masa lalu... masih belum bisa melupakan ..
Kinan mending juga cepat nikah... karena kalau dikampung jadi janda tu serba salah...
maaf ya kk, karena aku benar-benar nggak suka sama istri yang berselingkuh. apa lagi sampai hamil dari hasil selingkuhannya...