Gadis Penghangat Untuk Tuan Muda Dingin

"Menta aku ingin bicara serius denganmu" Raf yang sudah menunggu Menta selesai mandi langsung menghadang gadis itu agar tidak keluar kamar.

"Ada apa lagi sih kak?" sejujurnya gadis itu sudah lelah dengan semua yang terjadi.

"Masalah Paula, aku minta maaf kalau selalu menyakitimu dan membuatmu marah" pria itu berbicara dengan sangat hati-hati kepada sang istri.

"Kakak tidak perlu minta maaf, aku tidak tersakiti dan tidak marah kok, karena aku sama sekali tidak peduli dan tidak tertarik dengan kisah cinta kalian!" jawabnya dengan wajah yang biasa saja.

"Benarkah?" Raf masih ragu.

"Tentu saja, buat apa aku pusing dengan semua itu? hidupku saja sudah cukup menyedihkan dengan kehilangan kedua orang tuaku dalam waktu yang bersamaan, ditambah lagi pamanku yang tamak itu tiba-tiba datang untuk mencoba menguasai harta warisanku, energiku sudah banyak tersita untuk itu, aku tidak mau membuang-buang energi yang tersisa hanya untuk memikirkan dua manusia yang sama sekali tidak berfaedah di dalam hidupku seperti kalian!" Menta to the point.

"Sekarang hanya satu yang aku minta dari kakak,," tatap gadis itu dengan lekat ke arah sang suami.

"Apa?" Raf antusias.

"Jauhi aku, jangan pernah sapa aku kalau kita sedang bertemu di luar rumah seperti tadi, anggap saja kita tidak saling kenal jika kebetulan berpapasan di luar rumah. Sudah cukup kakak mempermalukan aku dua kali dengan menurunkan aku di tengah jalan dan menarik aku dengan paksa di depan teman-temanku. Aku mohon jangan permalukan aku di depan umum lagi!" Menta berkata dengan tegas.

"Aku mau kita ikuti aturan main yang sudah kita buat dengan baik. Aku kan tidak pernah mengusik hidup kakak, jadi aku mohon kakak pun jangan usik hidupku!" lanjutnya.

"Menta aku,," entah mengapa Raf sangat sedih mendengar semua perkataan Menta tadi.

"Mari hidup berdampingan dengan damai!" katanya sambil tersenyum manis.

"Menta,," Raf kehilangan kata-kata.

"Sudah hampir waktunya makan malam, aku mau turun untuk membantu bunda menyiapkan makanannya" Menta berjalan santai meninggalkan Raf yang berdiri mematung.

..........

"Jadi kau sudah dapat tempat kuliah yang cocok?" tanya Mike kepada Menta saat mereka makan malam berempat dengan Ananda dan Raf.

"Iya yah, aku dan teman-teman sudah mendaftar ke kampusnya melalui booth yang ada di mall, tinggal tunggu ujian masuknya saja akhir pekan nanti" angguk gadis itu.

"Bagus, kau harus belajar yang rajin supaya bisa melanjutkan tampuk kepemimpinan papamu" Mike yang melihat semangat Menta sangat bangga kepada menantunya itu.

"Iya yah" Menta merasa sangat diperhatikan.

"Ngomong-ngomong apa pamanmu sudah menemuimu lagi?" kini Mike mengganti topiknya.

"Belum yah, semoga saja tidak" ekspresi wajah Menta seketika berubah sendu.

"Jangan khawatir, kau punya kami, setidaknya selama kau berada di rumah ini, dia tidak akan berani menyentuhmu" Mike yang melihat wajah gadis itu bersedih kemudian menghiburnya.

"Terima kasih ayah" Menta sangat bersyukur bisa berada ditengah-tengah keluarga Anderson. Baginya saat ini keluarga itu adalah pelindung yang bisa menjaganya dari segala ancaman niat jahat orang di luar sana.

"Sudah-sudah jangan dibahas lagi, ayo habiskan makanannya nanti keburu dingin" Ananda juga membantu menetralisir keadaannya.

"Iya bun" kemudian mereka semua pun menghabiskan makan malamnya sambil sesekali diselingi obrolan dengan topik yang ringan. Hanya Raf saja yang diam membisu karena Baik Mike, Ananda maupun Menta tidak ada yang mengajaknya mengobrol sama sekali.