NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reuni SMA

Memiliki senior seperti Marissa seperti punya kakak cantik yang punya sikap angin-anginan. Kalau anginnya lagi baik … beuh manis manja sikapnya, ngemong dan banyak memberikan atensi tapi kalau sudah keluar tanduknya jangan harap deh dapetin senyuman, gak kena semprot saja sudah lumayan.

Seperti pagi ini, entah makan apa tadi pagi, selama seharian ini Marissa uring-uringan berat. Semua yang dikerjakan oleh orang lain pasti salah, dimulai dari redaksi kalimat yang salah pada review data yang dibuat oleh Bulan, setelah diperbaiki kembali dipermasalahan soal sistematika yang dianggap tidak runut … hmm alasan yang dibuat-buat pikir Bulan, hingga akhirnya Anjar yang baru datang dari rapat pun langsung kena semprot.

“Jar.. bisa gak sih lu kalau udah beres rapat langsung baik ke office. Rapat kan udah beres dari setengah jam yang lalu, ngelayap kemana dulu kamu… aku tuh butuh data backup laporan Tim Masagi… di telepon gak diangkat” Anjar yang baru nongol dari pintu langsung kena tembakan.

“Hehehe tadi aku ke toilet dulu Mba sayang… “ Anjar masih dalam mode defense, tidak tahu kalau tanduk sudah dipasang.

“Gak usah pake sayang-sayang… gw tau kalau lu gak sayang beneran.. Jangan suka ngobral rayuan. Ngapain lu di toilet sampai setengah jam… nge---co” …. Tiiiiiiiit…. Bujubuneng…. Itu kata-kata darimana …. Bulan tidak pernah bisa mengucapkan kata seperti itu.

“Wuiiiih…. Tau dari mana Mbaknya aku suka gituan…. Hahaha” si Anjay emang kulit badak, disemprot juga masih kalem aja, sambil ngambil dokumen dia mengambil air minum dan meletakan di depan Marissa.

“Ini dokumennya …. Ini air putihnya… jangan kebanyakan minum teh herbal nanti memicu darah tinggi… minum dulu” anehnya Marissa menurut dan memberikan gelas bekas kembali ke Anjar, Bulan hanya mengamati interaksi keduanya dari jauh. Hebat banget bisa menaklukan singa yang lagi mengamuk.

Rasa penasaran mendorong Bulan mengirimkan pesan ke Anjar.

“Njay… hmm kenapa Mbak Icha, tumben-tumbenan emosi jiwa… PMS” Bulan memandang Anjar yang langsung melihat pesan yang dikirim dan tersenyum.

“Mana gw tau kan bukan lakinya, lagi PMS atau bukan”

“Trus kenapa kaya yang emosi banget dari pagi… ada masalah sama Bos Kevin”

“Jablay”

“Haah… maksudnya”

“Jarang dibelai… cowoknya kan kerja di cabang Hongkong… butuh belaian kayaknya… kamu kamu butuh belaian gak?… sini gw belai”

“NGACO..”

Anjar tertawa cekikan dibelakang meja dan langsung kena semprot.

“Hehh...kurcaci dua… gw tau kalian lagi ngomongin gw… disumpahin berjodoh mau” semprotan terakhir langsung membuat Bulan tiarap sambil cekikikan berlindung di belakang layar komputer.

“Gw sih mau Mbak… lah dia udah tunangan, ntar gw nikung dong” Marissa mengerutkan keningnya.

“Bulan kamu sudah bertunangan?… wow such a news… ok” ucapnya. Akhirnya mereka berdua mencoba kembali fokus dan drama penyihir bertanduk pun berakhir. Ternyata untuk menaklukan perempuan yang sedang galau hanya perlu laki-laki yang penuh pengertian dan senyuman. Ternyata istilah senyumin aja benar adanya.

Untungnya saat Kevin masuk ke ruangan, Marissa sudah dalam mode jinak, entah sungkan pada atasan walaupun seusia atau berkat air doa Anjar yang sudah berhasil menenangkan kegundahan hati Marissa.

“Icha and Anjar.. kalian ikut rapat ke Kementerian Keuangan yah, soalnya banyak hal teknis nanti yang akan didiskusikan” begitu datang Kevin tampak menyiapkan dokumen, tampaknya ada pertemuan penting siang ini. Bulan pun langsung diminta menyiapkan beberapa dokumen yang harus dibawa. Saat akan berangkat ada telepon masuk, tampaknya dari sekolah Elma karena terdengar pembahasan tentang penjemputan, Elma dan ekspresi kekesalan dari Kevin.

‘Arghh… sekolah bayar mahal tapi mobil jemputannya selalu rusak gimana sih” terdengar gerutu dari Kevin. Marissa hanya tersenyum kecut.

“Minta supirnya Inne buat jemput, kalau kita gak berangkat sekarang bakalan telat… lu lakik kebanyakan ngurusin masalah domestik sih” keluh Marissa.

“Hp nya Inne dimatikan, kayanya lagi rapat juga. Nomor hape supirnya udah ganti katanya kemarin, aneh ganti-ganti mulu dia…” Kevin menarik nafas panjang.

“Saya jemput aja Pak, minta alamat sekolahnya. Bapak berangkat aja… ini jam makan siang kok jadi saya bisa keluar”

“Ok kamu ikut sama kita sekarang, nanti di drop di sekolah Elma, maaf ya Bulan jadi merepotkan kamu” Kevin tampak sangat berterima kasih.

“Gak apa-apa Pak, kasian Elma kalau menunggu Kak Inne beres rapat, dan Bapak juga supaya bisa lebih tenang rapatnya nanti… team work pak team work…” Bulan pun bergegas mengikuti Anjar yang sudah lebih dahulu keluar.

“Mana lu… ikut juga?” tanya Anjar heran melihat Bulan mengikuti dirinya.

“Jemput anaknya Pak Kevin mobil jemputannya rusak” jawab Bulan pendek.

“Set deh… multi tasking lu… staf merangkap babby sitter…” ejeknya sambil tertawa sinis. Bulan langsung melirik tajam.

“Coba lu yang diposisi Pak Kevin, mau rapat anak gak ada yang jemput, emaknya gak bisa jemput juga…. Bakalan bisa kerja gak? Pastilah kepikiran, kalau udah gitu ntar siapa yang rugi yah kita-kita juga….”

“Tadi lu kan berhasil nurunin tanduk Mbak Icha…. Nah gw sebelum Pa Kevin bertaring gw sikat duluan… daripada disedot darah” balas Bulan sambil mengikuti dua seniornya.

“Cerdas lu Bintang, bisa mengikuti jejak Aak Anjar” Anjang merangkul pundak Bulan sambil berjalan yang langsung ditepis oleh Bulan.

“Aak pala lu peyang” toyor Bulan, Marissa hanya menatap keduanya sambil tersenyum. Jarang ada perempuan yang bisa menempatkan Anjar sejajar tanpa terlihat menaruh hati. Biasanya staf perempuan yang bersama dengan Anjar selalu terlihat feminim dan menjaga sikap. Tapi bersama Bulan mereka berdua tampak seperti sahabat yang saling mendukung dan mentertawakan.

Acara siang itu Bulan habiskan bersama Elma, mulai dari makan siang hingga melanjutkan pekerjaan di ruangan kantor. Ternyata memang benar apa kata David, ada masa pada akhirnya Bulan seperti menjadi pengasuh. Untungnya Elma anak yang mandiri sehingga bisa menyibukkan dirinya sendiri tanpa harus terus menerus menuntut perhatian dari Bulan.

Hingga akhirnya Elma mulai merasa bosan dan mengobrak abrik isi laci Bulan,

“Woaah...Tante punya banyak persediaan cookies disini” Elma mengacungkan beberapa biskuit dan kue gandum yang disimpan.

“Kalau suka ambil aja makan, tapi Tante belum beli stock susunya, minum air putih aja yah” Bulan menengok Elma yang asyik melihat ke dalam lacinya.

‘Ini Al Quran yah… kenapa Tante membawa ke kantor?” Elma melihat-lihat Al Quran yang sengaja disimpan Bulan di lacinya.

“Hmmm Tante suka mengaji kalau sudah selesai sholat biar tenang hatinya” jawab Bulan santai.

“Kalau begitu Mommy sama Daddy juga harusnya mengaji supaya hatinya tenang gak bertengkar terus” keluh Elma sambil membalik-balikan Al Quran. Bulan mendekat pada Elma sambil menarik nafas. Suami istri wajar bertengkar tapi kalau ada anaknya mustinya menahan diri pikir Bulan.

“Hmmm mungkin mereka lagi ngobrol tapi suaranya keras hehehheh” Bulan berusaha meringankan perasaan Elma.

“Nope … mereka sering banget ribut, Mommy suka nangis… Daddy suka teriak… aku suka pusing dengernya” Elma terlihat cemberut.

“Owh ok… kalau begitu Elma saja yang mengaji… supaya Mommy dan Daddynya menjadi tenang dan gak ribut lagi” saran Bulan sambil mengusap-usap kepala Elma.

“Aku belum bisa mengaji” jawabnya pendek, mukanya terlihat murung.

“Haah… sudah Iqro berapa? Di sekolah bukannya diajarin” Bulan heran, bukankan sekolah taman kanak-kanak biasanya mengajarkan materi agama untuk anak.

“Di sekolah aku cuma seminggu dua kali belajar mengaji, tapi buku punyaku gak ganti-ganti” Elma tampak berpikir keras memikirkan kenapa ia tidak berganti buku.

“Tante pas seumur Elma udah ngaji Quran” Bulan menarik nafas.

“Elma bisa belajar sama Nenek atau Eyangnya di rumah? Tanya Bulan, selama ini tidak ada pernah cerita atau keterlibatan orangtua Kevin dan Inneke pada cucunya.

“Eput sama Ekung di Surabaya kalau Nenek kan tinggalnya jauh di Bogor… Kakek aku udah meninggal” pantas saja rupanya back up sistemnya tidak berdekatan pikir Bulan.

“Gak bisa minta guru ngaji yah? Di rumah ada siapa dong?” Bulan heran sendiri mengapa Elma sampai tidak terurus seperti ini.

“Ada si Mbak … tapi Mbaknya gak pernah ngaji juga” jawab Elma ringan. Waah ini sih parah… pikir Bulan.

“Ya sudah… nanti kalau sama Mommy dan Daddy dibolehin, Elma belajar ngaji sama Tante Bulan aja, pulang sekolah ke kantor Daddy trus nanti baru pulang ke rumah… gimana?” Bulan menarik nafas, profesinya nambah lagi selain jadi babby sitter jadi guru ngaji ini mah. Biarlah waktu istirahat berkurang, mengamalkan ilmu tidak akan merugi. Terbayang ledekan Anjar nanti, pasti dia akan mengolok-oloknya nanti.

“Deal… Tante Bulan ajarin aku yah… sekarang?” Elma terlihat bersemangat.

“Nanti atuhhh… pake buku IQRO beli dulu Tantenya, ijin dulu sama Mammy and Daddynya yah” musti ijin dulu pikir Bulan kalau soal agama sih sama ortunya.

“Ok… nanti Mommy jemput aku ke sini, aku nanti bilang mau belajar ngaji sama Tante Bulan” Elma tampak senang, Bulan tidak tega mematikan impian anak yang ingin menenangkan orangtuanya.

Sorenya Marissa dan Anjar datang terlebih dahulu ke ruangan, sedangkan Kevin melanjutkan rapat dengan Dewan Direktur untuk menindaklanjuti hasil rapat. Waktu sudah menunjukkan jam 5 sore, tapi belum tampak ada tanda-tanda yang menjemput Elma. Anak itu sudah tertidur sejak jam 4 karena merasa lelah.

“Inne kemana sih, anak sampai ketiduran di kantor, kalau sibuk kirim supir kek buat jemput anak. Ampun deh dia… karir terus yang dipikirin” Marissa tampak sibuk menelepon, ia tidak tega melihat Elma yang tertidur di sofa dengan ditutup jaket Bulan.

“Lu jemput ini anak, kasian… sekali-kali pulang tepat waktu napa sih” terdengar omelan Marissa di telepon. Rupanya mereka memang berteman akrab sehingga bisa saling berbicara tanpa ada rasa sungkan. “Buruan… gw mau balik” terdengar lagi ungkapan kekesalan Marissa.

“Biar saya yang tunggu aja Mbak… gak apa-apa” ucap Bulan. Marissa menggelengkan kepala,

“Emaknya musti tanggungjawab … Kevin keseringan bawa anak ke kantor, jelek juga ntar penilaian atasan” Marissa melipat tangan di dada.

“Makanya kalau gak siap punya anak jangan suka iseng” gerutunya tanpa jelas maksudnya apa. Bulan melongo, masa iya suami istri punya anak disebut iseng, ada-ada saja pikirnya.

Ternyata lima belas menit kemudian Inneke datang, rupanya saat Marissa tadi menelepon ia sudah di jalan.

“Sorry Sis… tadi macet… yaah lu nungguin anak bentar aja udah protes sekoper penuh gimana ntar punya anak” Inneke mentertawakan muka Marissa yang cemberut. Bulan melihat kalau sebentar lagi tanduk akan keluar, lebih baik ia segera pulang.

“Kak Inne karena sudah datang saya duluan pulang, Mbak saya duluan yah” Anjar sudah menghilang sejak jam empat tadi. Marissa menganggukan wajahnya cepat, ia bersyukur kalau Bulan pulang duluan jadi bisa bebas berbicara dengan Inneke.

Di depan lift handphone Bulan berbunyi ada telepon masuk. Juno…

“Aku ada di lobby bawah, kita pulang bareng… kamu masih lama?” suara yang dua minggu lebih tidak ia dengar akhirnya bisa mengalun di telinganya.

“Iya ini aku sudah di lift. Afi sudah turun?” Bulan senang karena suara Juno terdengar ringan tidak marah, artinya pertengkaran mereka kemarin sudah reda.

“Afi turun sepuluh menit lagi, beresin dulu dokumen katanya. Aku tunggu di bawah” telepon langsung dimatikan tanpa menunggu jawaban Bulan. Laki-laki ini betul-betul to the point pikirnya.

Hari ini Juno mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana jeans gelap, terlihat menawan seperti biasa. Salah satu alasan kenapa Bulan menyukai Juno karena dari kejauhan posturnya mirip dengan So Ji Sub aktor Korea idolanya, bentuk kepala, badan hingga gestur tubuhnya kalau bergerak. Mirip sekali, itu sebabnya selama bertahun-tahun ia selalu menyimpan kekaguman pada kakak temannya itu.

Sudah sepuluh menit lebih mereka menunggu Afi di lobby tapi anak kacang itu masih belum turun juga. Hingga akhirnya Juno meneleponnya.

“Masih lama? Kalau masih lama kamu pulang sendiri” ternyata memang dia kakak yang galak pikir Bulan, sebelum sempat Bulan berkomentar untuk tidak meninggalkan Afi terdengar teriakan anak kecil.

“Tanteeeee Bulan… kata Mommy aku boleh belajar ngaji sama Tanteeeee” Elma berlari saat keluar dari lift menuju Bulan yang berdiri di lobby. Di belakangnya tampak Marissa dan Inneke mengikuti.

Bulan menganggukkan kepala dan mengacungkan jempolnya, ia lupa kalau Juno tidak menyukai interaksinya dengan Elma. Saat ia menatap ke arah Marissa dan Inneke, matanya melihat ekpresi kekagetan kedua seniornya. Pandangan mereka tidak mengarah kepadanya tapi pada laki-laki yang ada di belakangnya. Juno. Bulan refleks melihat kearah Juno, dia masih sibuk dengan telepon dengan Afi dan baru melihat ke arah Bulan, Elma dan kemudian menyadari dua perempuan yang mendekat ke arahnya.

“Jee…..” hanya itu suara Inneke yang terdengar di telinga Bulan…

“Hehe reunian kita  nih… Anak SMA 8 ngumpul musti dirayakan…” terdengar suara Marrisa yang terdengar kering.

“Tanteee.. Kata Mommy sekarang sebelum pulang aku mau beli buku Iqronya… so tomorrow we can start mengaji” suara celoteh Elma yang memenuhi keheningan di antara mereka, diantara hiruk pikuk suara orang-orang yang pulang kantor.

“Ok… boleh.. Tante siap kapan saja” jawab Bulan pelan.

“Apa kabar Jun… udah lama banget gw gak liat lu… Reunian kemarin lu gak datang” kembali suara Marissa memecah keheningan. Bulan menatap Juno, rupanya tunangannya itu teman satu sekolah dengan Marissa, artinya temenan juga dengan Inneke.

“Gw malas ikut Reuni” jawab Juno pendek.

“Jee….” terdengar lagi suara Inneke, Bulan menatap Inneke.

“Afi ditinggal aja, kita pulang duluan” Juno langsung menarik tangan Bulan sambil berjalan cepat.

“Gw duluan yah… macet keburu sore” jawabnya tanpa melihat kearah dua temannya. Bulan setengah berlari berusaha mengimbangi langkahnya, tangannya ditarik Juno dengan cepat.

“Aduuuuh Kak Juno jangan cepat-cepat…” ia berusaha mengimbangi kecepatan langkah Juno.

“Kamu tidak pernah mau mendengar ucapanku… AKU SUDAH BILANG JANGAN BERURUSAN DENGAN ANAK ITU” Suara penuh kekesalan dan amarah itu kembali terdengar.... Belum juga baikan udah marah lagi... Cape deh

1
Ida Haedar
buna sukses yah ternyata jd mak comblang ameera dan kakanda angga.
Dini Fitriani
saya suka....saya suka 😀
bunda DF 💞
udah baca bwt yg kesekian kalinya. tteteh ditunggu bgt karya berikutnya. aku sampe bolak balik buka profilnya,, semog segera diberikan keleluasaan waktu bwt nulis lg ya teeh
Mak sulis
pas membaca ulang sambil memutar lagunya new light..duhhh sesuatu banget..serasa ada di ballroom ikut di acara Mbul-Junaedi 😍♥️😍💃🏼🕺🏼🎤🎸🎺🎷🎹🎻
Ida Haedar
weih c ingge tersungging menganggap bulan ikut campur urusan rmh tangga dia, dianya sendiri sok te-u belagu bak pahlawan kesiangan nyecer bulan ga bs ngedukung suami cuma gegara juni ngembaliin mobil yg dibeli nyicil krn bulan ga mau urusan dgn bunga bank. apa namanya kalau dia sendiri ikut campur rmh tangga juno dan bulan.
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
shrook..... antara sedih sm lucu
dyul
duh😭😭😭😭
dyul
alah maneh beny gangguin org belah duren🤣🤣🤣🤣
larasati
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣
dyul
😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!