Permaisuri Idaman

Pangeran Jun menggandeng tangan Putri Lie selama mereka berkeliling di sekitar kediaman, dari dusun-dusun rumah warga, rumah makan, hingga pasar.

Sebenarnya Putri Lie merasa tidak enak hati dengan Selir Nan yang berada di belakang mereka karena bagaimana pun juga Selir Nan istrinya dan harus mendapatkan kasih sayang juga walau bukan istri sah/semacam istri nikah siri.

Memasuki pasar yang sudah mulai ramai, Pangeran Jun dan keluarganya menjadi pusat perhatian dari rakyat sekitar yang sedang berada di pasar tersebut. Mereka sangat senang karena kedatangan calon penerus ke rajaan beserta keluarganya yang sangat tidak mungkin mereka lihat di tempat seperti itu.

Lihatlah itu Yang Mulia Pangeran dan Permaisuri mereka sangat serasih

Wah Yang Mulia sangat tampan

Mereka datang kepasar seperti ini, hal yang baru aku lihat

Yah baru kali ini ada pihak keluarga istana yang turun ke pasar

Permaisuri sangat cantik, sungguh tiada duanya

Andai dia bukan seorang Permaisuri

Tampan dan cantik mereka sangat cocok

Mengapa hanya ada Permasuri dan Selir Nan? kemana tiga Selir lainnya?

Begitulah kiranya bisik-bisik dari orang-orang yang melihat mereka lewat namun tidak di hiraukan oleh Pangeran Jun terkecuali ketika ia mendengar pujian untuk Permaisurinya yang sangat terkesan memuja dan menginginkan.

Segera saja Pangeran Jun melepaskan genggaman tangannya pada Putri Lie untuk dapat merengkuh pinggang istrinya posesif. Ekspresi wajah Pangeran Jun juga terlihat semakin menyeramkan bagai singa jantan yang siap menerkam jika ada yang berani mendekati wanitanya.

"Mei, apa kau tahu dimana tempat makan yang enak?" tanya Putri Lie

"Kamu lapar! kita kembali saja kalau kamu mau makan" jawab Panheran Jun lebih dulu

"Tapi aku ingin makan di luar" kata Putri Lie memelas agar di ijinkan

"Baiklah tapi hanya kali ini saja" pasrah Pangeran Jun karena tidak sanggup lagi meliahat wajah memelas yang sangat imut milik Permaisurinya.

"Terima kasih suamiku, ayo Mei tunjukkan jalannya" senang Putri Lie

"Mari ikuti saya" Mei jalan lebih dulu di depan mereka menuju tempat yang di inginkan tuannya.

Akhirnya mereka masuk ke salah rumah makan yang ternyata tidak jauh dari kediaman mereka, hanya berjarak sekitar 500 meter dari gerbang kediaman Pangeran Jun. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata pemilik rumah makan itu kenal baik dengan Pangeran Jun yang juga merupakan teman dekatnya.

Kedatangan Pangeran Jun dan yang lainnya tentu saja mendapat sambutan baik dari si pemilik rumah makan yang ternyata masih muda dan tampan, bahkan Mei menaruh hati padanya karena pertemuan mereka yang tidak di sengaja ketika Mei pergi mencari sesuatu tuannya, namun mengalami musibah kecopetan dan di tolong oleh pemuda yang bernama Be tersebut.

Dari sanalah perkenalan mereka dan Mei yang pernah di perkenankan Be untuk singgah dan makan di tempatnua jadi sangat menyukainya, namun Mei tidak mau terlalu berharap akan perasaannya dan membiarkannya mengalir apa adanya karena ia juga masih ingin melayani Putri Lie hingga memiliki Pangeran kecil.

Pangeran Jun di bawa Be ke ruangan khusus yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul bila bertemu seperti ini. Ruangan yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kacil ini menjadi pilihan mereka karena dapat melihat langsung kesibukan yang terjadi di jalanan serta interaksi antar rakyat.

"Permaisuri Jun dan Selir Nan ingin pesan apa?" tanya Be

"Apa saja yang penting enak dan bisa di makan" jawab Putri Lie semangat

"Kalau Selir Nan!" tanyanya lagi

"Aku sup saja" jawab Selir Nan tersenyum

"Baiklah mohon tunggu sebentar" Be berlalu pergi dari ruangan. Jangan tanya mengapa ia tidak menanyakan pesanan ke empat temannya juga Mei karena ia memang sudah tahu kesukaan mereka jika datang.

"Kenapa hanya sup Selir Nan? apa kamu akan kenyang dengan itu!" tanya Putri Lie menatap Selir Nan bingung

"Tidak Permaisuri saya sudah terbiasa makan makanan seperti itu saja, bukankah biasanya juga seperti itu!" ucap Selir Nan

"Benarkah! baiklah kalau kamu tidak kenyang ambil saja punyaku atau minta lagi pada si tampan tadi" kata Putri Lie santai, padahal orang di sebelahnya sudah terlihat tidak suka dengan ucapannya.

"Siapa yang tampan?" tanya Pangeran Ju datar

"Tentu saja pemilik rumah makan ini" jawab Putri Lie lalu melihat suaminya yang sudah berubah menyeramkan

"Tapi kamu masih jauh lebih tampan suamiku sayang" lanjut Putri Lie menggoda dengan menyentuh pipi Pangeran Jun lalu mengedipkan matanya.

Pangeran Jun tidak dapat menahan senyumnya lagi saat mendapat perlakuan lembut dan menggoda dari suaminya.Putri Lie tersenyum manis pada suaminya agar tidak kesal dan itu berhasil meluluhkannya.

Selir Nan yang melihat kemesraan antara mereka hanya diam dan mengalihkan pandangannya pada ke sibukan orang di bawah sana yang berlalu lalang. Andai kamu ada di sini, aku pasti akan sebahagia Permaisuri Jun batin Selir Nan.

"Makanannya sudah datang, silahkan di nikmati" Be datang dengan beberapa pekerjanya membawa pesanan mereka dan menyusunnya di meja yang lumayan besar.

"Wah aromanya sangat enak, pasti rasanya seenak baunya" Putri Lie segera mencoba satu makanan di hadapannya, namun tiba-tiba ia membuat orang-orang di ruangan itu khawatir.

"Ah panas panas panas" Putri Lie mengipasi mulutnya yang ia buka dengan tangan, sontak saja Pangeran Jun memberikan air yang ada untuk istrinya itu. Putri Lie menghabiskan air yang di berikan suaminya hingga tandas, setelah itu ia menatap Pangeran Jun dengan sendu.

"Kenapa? ada yang sakit?" tanya Pangeran Jun kahwatir

"Terimakasih" jawab Putri Lie tersenyum manis dan di balas kecupan di pipinya oleh Pangeran Jun

"Hati-hati makannya, tidak ada yang akan meminta makananmu" kata Pangeran Jun setelah melepas kecupannya, Putri Lie mencubit suaminya karena sudah berani menciumnya di depan orang lain. Sungguh memalukan pikir Putri Lie.

Akhirnya mereka makan dengan diam dan tenang setelah sedikit drama romantis dari Pangeran Jun dan Putri Lie yang membuat mereka jadi ingin segera menikah selesai.

Hari semakin siang dan cuaca cukup panas dari biasanya hingga akhirnya Pangeran Jun meminta Jie untuk mencari payung agar Permaisuri dan Selirnya tidak kepanasan. Setelah mendapat payung, mereka segera kembali ke kediman untuk istirahat karena lelah.

Pangeran Jun memeluk Putri Lie mesra dengan sebelah tangannya memegang payung dan sebelah lagi berada di pundak Putri Lie yang merapatkan posisinya sesuai ke inginan Pangeran Jun.

Sedangkan Selir Nan berpayung dengan Mei yang memegang payungnya atas perintah tuan Putrinya. Selir Nan kembali teringat sesuatu yang tiba-tiba membuatnya sedih, namun ia mencoba untuk menutupinya agar tidak ada yang melihatnya. Kapan kita dapat bertemu lagi batinnya.