Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Fitnah kejam
Shakila berkali-kali mengecek handphonenya, berharap ada notifikasi pesan masuk dari Abian. Tapi, setelah berjam-jam Shakila menunggu, masih belum ada juga pesan masuk dari suaminya itu.
"Apa mas Abian marah karena aku telat membalas chatnya?" pertanyaan itu terlintas dibenak Shakila karena tadi Ia terlambat membalas pesan Abian.
Selain handphonenya kehabisan batre, Shakila juga membutuhkan waktu untuk mengisi daya handphonenya sampai handphonenya bisa dinyalakan.
Shakila terlambat membalas pesan Abian sekitar satu jam-an, tapi setelah itu malah Abian yang tidak membalas pesan Shakila.
"Mba Shakila?" lamunan Shakila buyar saat suara Adam terdengar dari luar kamarnya.
Tidak biasanya Adam mendatangi Shakila sampai ke kamar seperti ini, tapi mungkin ada sesuatu yang penting yang membuat Adam mendatangi kamarnya.
"Sebentar," Shakila memakai khimarnya terlebih dahulu sebelum membuka pintu kamarnya.
Saat pintu terbuka, Shakila dikejutkan dengan kehadiran Khansa yang sekarang sedang berada dalam gendongan Adam.
"Loh? kenapa Khansa disini?" tanya Shakila menatap bingung Khansa yang masih berada dalam gendongan Adam saat ini.
Adam terlihat ragu untuk mengatakan apa yang terjadi pada Shakila. Yang jelas Abian meminta Adam menjemput Khansa karena tadi siang umma Khansa dilarikan ke rumah sakit.
"Apa terjadi sesuatu dengan mba Zahra dan mas Abian?" Shakila kembali bertanya karena Adam belum juga menjawab pertanyaannya.
Shakila khawatir terjadi sesuatu dengan Zahra dan Abian karena Abian juga masih belum membalas pesan-pesan yang Ia kirim.
Adam terlihat menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Shakila, "penyakit mba Zahra kambuh dan tadi siang mba Zahra dibawa ke rumah sakit."
Shakila terkejut mendengarnya. Ternyata ini alasan perasaannya tidak tenang terus dari tadi.
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, pantas saja mas Abian belum membaca chat mba. Terus bagaimana keadaan mba Zahra sekarang?"
Melihat Shakila yang begitu khawatir, Adam tidak tega jika memberitahu semua yang sudah terjadi. Baru mengetahui penyakit Zahra kambuh saja Shakila sudah sekhawatir itu.
"Aku tidak tahu keadaan mba Zahra sekarang, tadi aku langsung pulang setelah menjemput Khansa," ucap Adam sengaja berbohong daripada Shakila semakin khawatir.
Sebenarnya, Adam tahu kondisi Zahra. Bahkan tahu alasan penyakit Zahra kambuh. Tapi Ia tidak ingin Shakila terlalu mengkhawatirkan keadaan Zahra.
"Aku titip Khansa di kamar mba ya?" Adam akhirnya mengatakan tujuannya mendatangi kamar Shakila.
Adam ingin menitipkan Khansa pada Shakila karena mamah dan adiknya sedang berada diluar dan belum pulang sampai sekarang.
"Adiba dan mamah belum pulang, tapi sekarang sudah malam dan waktunya Khansa tidur," jelasnya.
"Iya, Khansa biar tidur sama mba," Shakila langsung setuju dan menatap Khansa yang masih berada dalam gendongan Adam.
Shakila yang kasihan melihat Khansa menyentuh lembut wajah anak kecil itu sebagai bentuk sayangnya, "Ansa tidur sama Buna ya?"
Shakila menunggu jawaban Khansa, tapi anak kecil itu sama sekali tidak meresponnya dan malah menguap.
"Khansa sepertinya sudah mengantuk, mba." ucap Adam menatap keponakan yang terlihat sudah mengantuk.
Tadi Khansa sempat bercanda dengan Adam sambil berjalan menuju kamar Shakila, tapi tiba-tiba saja sekarang Khansa kehilangan setengah kesadarannya.
"Yaudah, biar mba baringkan di kamar mba," Shakila berniat mengambil alih Khansa dari gendongan Adam, tapi Adam menawarkan diri untuk menidurkan Khansa ke kamar Shakila.
"Kalau mba tidak keberatan, biar aku saja yang membaringkan Khansa di kamar mba," ucap Adam khawatir Shakila tidak kuat mengangkat Khansa karena badan Khansa lumayan berat.
"Tentu saja, silahkan," Shakila menyingkir dari pintu supaya Adam bisa segera membaringkan Khansa diatas tempat tidurnya.
Adam masuk ke dalam kamar Shakila dengan niat baik, namun hal itu tanpa sengaja dilihat oleh Wanda dan membuat Wanda berpikir macam-macam tentang hubungan mereka.
"Cih, mentang-mentang suaminya tidak ada, dia ingin menggoda adik iparnya."
-
-
"Lain kali jaga ucapanmu! Zahra seperti ini karena kamu sembarangan bicara dan menyumpahinya mati!"
Kyai Ihsan dan Nyai Aisyah bertengkar hebat. Penyakit Zahra kambuh karena Nyai Aisyah bicara sembarangan dan menyumpahi putri mereka akan mati.
Kesehatan Zahra yang memang sudah buruk semakin memburuk dan bahkan Zahra harus segera melakukan operasi sumsum tulang belakang sekarang juga.
"Aku tidak menyumpahi Zahra mati, aku hanya-"
"Kamu tidak sadar dengan perkataan kamu sendiri?!"
-
-
Abian bingung harus mencari kemana donor untuk transplantasi sumsum tulang belakang Zahra. Dokter mengatakan mencari sumsum tulang belakang yang cocok ibarat mencari jarum ditumpukan jerami, tapi Zahra juga harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang.
"Biar abi yang mendonorkan sumsum tulang belakang untuk Zahra," ucap Kyai Ihsan menghampiri Abian yang saat itu terlihat kacau di depan ruangan Zahra.
Abian menatap Kyai Ihsan karena apa yang baru saja mertuanya itu katakan, "abi serius?"
"Iya, abi serius. Selain karena kedatangan kami yang menyebabkan Zahra seperti ini, abi juga ayah Zahra. Abi tidak ingin kehilangan putri abi sama seperti kamu tidak ingin kehilangan istrimu."
Abian tidak tahu harus bagaimana mengutarakan kebahagiaannya saat mertuanya menawarkan diri untuk mendonorkan sumsum tulang belakangnya. Yang pasti Abian mendapatkan sedikit harapan karenanya.
"Terimakasih, abi," Abian memeluk Kyai Ihsan untuk mengungkapkan kebahagiaan sekaligus rasa terimakasihnya terhadap mertuanya itu.
-
-
"Habis apa kamu dari kamar Shakila?" tanya Wanda pada Adam saat mereka berpapasan di tangga.
Adam ingin mengabaikan Wanda, tapi perkataan Wanda berikutnya membuat Adam tidak bisa mengabaikannya begitu saja.
"Mumpung Abian tidak ada ya jadi kalian main-main di belakang Abian?" perkataan itu lolos dari mulut Wanda, padahal Wanda tidak tahu apa-apa.
Wanda hanya melihat Adam masuk ke dalam kamar Shakila, tanpa melihat bahwa Adam menggendong anak kecil dan anak kecil itu yang menjadi alasan Adam berani masuk ke dalam kamar Shakila.
"Apa maksud bibi?" tanya Adam menatap bibinya.
"Tidak usah berpura-pura deh, kamu pikir bibi tidak lihat kamu masuk ke kamar Shakila? kalian pasti melakukan sesuatu kan di kamar?"
"Jangan terbiasa mengambil kesimpulan dari apa yang bibi lihat, karena itu jatuhnya fitnah dan fitnah lebih kejam dari pembunuhan."
"Berzina juga dosa besar, apalagi berzina dengan kakak ipar kamu sendiri. Kamu bukan hanya berdosa, tapi kamu menyakiti kakak kamu."
Adam mengepalkan tangannya. Jika bukan karena Wanda bibinya, Adam pasti sudah menampar Wanda saat itu juga untuk melampiaskan emosinya.
"Kenapa? kamu tidak terima dengan kenyataan yang bibi katakan?" tanya Wanda melihat tangan Adam yang sedang terkepal.
Adam pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa, tapi Ia berniat melakukan sesuatu yang akan membuat bibinya menyesal sudah bicara sembarangan.
"Heh! bibi belum selesai bicara, dasar tidak sopan!" teriak Wanda tidak terima Adam mengabaikannya.
Adam tidak peduli. Ia pergi ke kamar bibinya dan memasukan semua pakaian bibinya ke dalam koper supaya bibinya pergi. Pelaku fitnah Yang kejam seperti bibinya harus disingkirkan dari rumahnya.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk