Qianlu adalah putri dari sebuah keluarga jenderal terpandang. Namun sayangnya hidupnya tidak bahagia, akibat dia sendiri, datangnya seorang selir dan juga anak nya membuat ibu nya tersingkir dan mengakibatkan sikapnya menjadi arogan.
"Jika seandainya aku bisa memutar waktu kembali, maka aku tidak mau menjadi seperti ini...." ujarnya ditengah ambang kematian.
"Dimana aku...."
"Qian! Lihatlah ayahmu sudah kembali!"
"Aku menjadi kecil?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah Qian
Qian akhirnya muncul setelah cukup lama bersabar. Dia melangkah kecil dan berdiri di samping ibunya. "Ibu, kenapa dengan nenek?" Tanya Qian dengan sembari menatap neneknya.
"Nenek sedikit sakit. Tenggorokan nya meradang Qian. Jadi Nenek harus beristirahat." Qian mengangguk.
Sedangkan nenek mulai membulatkan matanya. Walaupun lidahnya terasa sulit untuk bicara, tapi dia tampak ingin mengatakan sesuatu.
"Ibu ingin apa?" Tanya Yeong pada ibu mertuanya. Yeong mengesampingkan perasaan dendamnya dan peduli pada Ling Hua karena melihat keadaan nya saat ini.
Nenek ingin bicara sambil menunjuk ke arah Qian. Entah mengapa hati buruknya merasa bahwa apa yang menimpa nya adalah ulah dari sosok kecil yang ada di hadapannya.
'Tebakannya tepat juga. Entah mengapa, biasanya orang seperti ini kematian menjemputnya akan lama.' ucap Qian menatap neneknya yang menunjuk ke arah dirinya, Yeong yang ingin melihat ke arah tunjuk ibu mertuanya langsung menoleh ke belakang.
"Ibu haus?" Ucap Yeong ketika melihat arah tunjuk ibu mertuanya ke tempat air.
Sedangkan Qian dengan tubuh kecilnya tentu langsung berpindah yang membuat Nenek geram di dalam hati. 'Tidak kena.....'
Yeong memberikan air untuk ibu mertuanya, tapi nenek tampak mendelik karena dia kesal bukan main. Terlibat melihat senyum Qian yang berarti sesuatu baginya.
'Anak ini.....'
"Sebaiknya nyonya Ling Hua istirahat." Ucap tabib.
"Iya, baiklah tabib." Ucap Yeong dengan setuju.
"Pelayan akan mendampingi ibu. Aku pergi dulu, aku akan melihat ibu nanti." Ucap Yeong.
Tapi Nenek hanya diam dengan menggeram tanpa bersuara. Mari Qian, kita biarkan nenek mu beristirahat." Qian mengangguk dia mengikuti langkah ibunya.
Di luar.......
"Ibu kapan nenek sembuh?" Tapi Yeong bukannya menjawab pertanyaan putrinya, dia justru mensejajarkan dirinya dengan sang putri.
"Qian, apa Qian yang melakukan nya?" Tanya Yeong, setelah dia mendengar cerita dari pelayan, dia merasa putrinya terlibat.
"Qian......"
"Di usia Nenek tidak baik makan makanan manis banyak-banyak ibu. Bukankah jahe sangat bagus untuk kesehatan? Jadi, aku membuat satu beri dari jahe. Lagipula Qian juga campur dengan sari beri agar sedikit manis." Yeong menghela napasnya. Putrinya ini kelewat polos....
"Qian.... Itu bukan permen jahe. Bukan begitu caranya... Jahe langsung atau dengan diolah ataupun dipoles tidak sama putriku...." Yeong memberikan penjelasan pada putrinya.
"Tapi sama-sama jahe kan Bu? Sama dengan buah persik dan manisan buah persik."
"Tidak sama Qian..... jika Qian ingin memberikan sesuatu untuk Nenek bilang pada ibu dulu ya?" Qian mengangguk saja, di depan ibunya dia akan menjadi anak yang baik.
"Bagus, jangan lupa minta maaf pada nenek."
'Tidak akan!'
***************************
Jun Hui kembali ke kediaman nya dengan Wang yang senantiasa mendampingi nya. "Syukurlah Tuan, sudah selesai."
"Fang Yin dibawa ke tempat yang akan membuat dia menjadi lebih baik dan tentunya dengan suaminya. Apa jenderal masih merasa terbebani dengan janji itu?" Tanya Wang.
"Tapi tetap saja aku mengawasi nya dari jauh."
"Ya jendral."
"Apa yang menganggu jenderal?" Tanya Wang memperhatikan Jun Hui yang seolah memikirkan sesuatu.
"Kau ingat pembicaraan tadi?" Tanya Jun Hui.
"Iya tuan, sosok perempuan bernama Ling Zhi itu?"
Jun Hui mengangguk."iya."
"Apa Tuan sendiri pernah mendengarnya?" Jun menggeleng.
"Tidak, aku tidak pernah mendengar nya. Tapi tidak mungkin permaisuri itu salah orang atau salah bicara."
"Kalau begitu jenderal tanyakan saja pada ibu jenderal."
"Ya, aku akan coba tanya nanti."
"Oh ya jenderal. Kapan jenderal akan berangkat ke kerajaan Xang?" Tanya Wang.
"Mungkin lusa, mengingat perjalanan nya....."
"Nona muda Qian pasti akan suka jendral. Perjalanan keluar kota."
"Benar, dan kau tau..... Qian dan kakaknya, hubungan antara mereka menjadi baik."
"Senang mendengarnya jenderal. Itu sangat bagus, semoga nona muda menjadi lebih baik dan Tuan muda segera sembuh."
"Iya, semoga saja Yong Zheng bisa mengikuti ajang tahunan kali ini."
***************
"Ajang tahunan?" Ucap Yong Zheng.
"Iya putraku, kau mau kan?" Yong Zheng tampak diam.
"Tidak Bu, aku pasti kalah dan membuat ayah malu."
"Siapa yang bilang? Kau pasti bisa, hanya belum mencoba saja."
"Iya kak, aku nanti akan bantu kakak!" Ucap Qian dengan penuh semangat.
"Adik kecil ku ini bisa bantu?" Qian mengangguk.
"Aku bisa memanah loh kak!" tapi Yong Zheng langsung tertawa mendengar kepercayaan diri adiknya.
"Aku sungguh-sungguh kakak!" ucap Qian dengan sebal yang membuat dirinya semakin manis.
"Iya-iya...." ucap Yong Zheng mengalah.
"Aku akan buktikan!" Qian berlari mengambil sesuatu.
Bersambung.......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏 🙏
suka bgt baca ceritamu thor