AREA DEWASA+
"Sudah ku bilang, kalau memang jodoh ku pasti tidak akan kemana!" ucap Marvel sambil memandang wanita yang selama ini menghilang entah kemana.
Sejak sekolah menengah atas, Kiran tidak pernah menduga jika ia akan di sukai oleh seorang pria yang terpaut usia dua belas tahun darinya.
Kiran sangat risih, gadis ini tidak suka dengan tatapan Marvel yang suka melihat dirinya dengan penuh nafsu.
Marvel, seorang pria tampan yang harus rela pernikahannya kandas di saat usia pernikahannya baru berjalan satu hari. Bukan tanpa alasan, semua itu di karenakan mantan istri Marvel tiba-tiba menggugat cerai dan lebih memilih pergi bersama laki-laki lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Bos, kenapa?" tanya Jeff yang bingung dengan Marvel karena sejak pagi kembali merasa gelisah.
"Gak tahu Jeff, dada ku terus berdebar. Aku sangat risih dengan mata ku yang terus berkedut sejak kemarin."
"Tapi, kata Dokter kemarin bos sehat kok!"
"Lah iya, aku ini kenapa sebenarnya?" Marvel bingung sendiri dengan keadaan dirinya.
"Bos butuh liburan mungkin!" seru Jeff.
"Aneh saja!"
"Atau gak, sebentar lagi bos mau bertemu dengan jodoh bos yang baru," kata Jeff menebak.
"Ah, gak mungkin. Aku sedang tidak dekat dengan perempuan mana pun. Kau tahu akan hal itu."
"Mana tahu bu bos sedang mencarikan calon istri untuk tuan bos!" Jeff semakin mengompori.
"Mulut mu ini ya,....!" Marvel mulai geram.
"Ya mau gimana lagi bos, tahun ini umur bos sudah masuk tiga puluh dua tahun. Pasti ibu bos sibuk mencarikan calon istri."
Marvel terdiam sejenak, Jeff ada benarnya juga. Akhir-akhir ini Dona suka memaksanya untuk mencari istri agar ada yang mengurusi Marvel.
"Aku akan menunggu Kiran!" kata Marvel.
"Mau di tunggu sampai kapan bos?" tanya Jeff menyadarkan, "Kiran masih muda, bos dan dia berselisih dua belas tahun. Aku yakin jika dia pasti akan mencari suami yang sepantaran!"
"Diam kau bajingan!" sentak Marvel tidak terima, "jika suatu saat aku bisa mendapatkan Kiran ku kembali, kau harus lompat dari atas gedung ini."
"Wah, bunuh diri dong bos!" sahut Jeff.
"Tidak, aku akan menyiapkan balon di bawah. Bagaimana?" tentang Marvel.
"Kiran tidak akan kembali bos, percayalah. Jika omongan ku benar, bos harus memberikan ku liburan selama satu bulan ke luar negeri secara gratis!" Jeff menantang balik,mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Awas saja kau tidak menepati janji mu. Akan ku penggal kepala mu!" ancam Marvel.
Sementara itu, Kiran yang saat ini sedang bekerja merasa sangat senang. Hanya dengan satu arahan dari seniornya Kiran sudah mengerti apa yang harus ia lakukan.
"Bekerja keraslah sampai kau bisa memborong bakso satu gerobak!" ucap Kiran menyemangati dirinya sendiri.
Kiran mendapatkan tugas untuk membersihkan lantai pertama. Gadis ini sama sekali tidak tahu jika ia bekerja di perusahaan milik Marvel. Saat masih dekat dengan Marvel dulu, ia sama sekali tidak pernah banyak tanya mengenai pekerjaan pria itu.
"Kiran, udah kerjanya. Waktunya makan siang, ayo kita ke kantin...!" ajak salah seorang teman baru Kiran.
Saat Kiran pergi kebelakang, Marvel dan Jeff keluar dari lift. Mungkin belum waktunya Marvel dan Kiran bertemu.
"Makan siang di mana bos?" tanya Jeff.
"Cari tempat makan yang bisa menghilangkan debar di dada setelah itu kita pergi ke toko kue ya!"
"Mau jualan lagi?" tanya Jeff yang sudah hafal.
"Menurut atau ku tendang kau!" ancam Marvel.
"Gitu aja kok marah!" seru Jeff.
Marvel dan Jeff pergi untuk makan siang sedangkan Kiran bersama temannya makan siang di kantin.
"Semua makanan di kantin ini gratis. Bos besar sangat baik meskipun dia sangat menakutkan!" bisik Husna, teman satu profesi Kiran.
"Setidaknya kita bisa mengirit duit jajan!" sahut Kiran.
"Ada baiknya kau menghindar jika bertemu dengan pemilik perusahaan ini. Bos kita itu dingin, kalau sudah melotot ngeri banget!"
"Ah, masa sih?" tanya Kiran tidak percaya.
"Iya, kau tanya saja dengan yang lain."
Kiran hanya mengiyakan, selagi ia belum melihat dengan mata kepalanya sendiri, Kiran tidak akan percaya.
Seharian terus bekerja, pada akhirnya jam pulang datang juga. Sebentar lagi hujan lebat, Kiran bergegas pulang ke kontrakan yang berada tak jauh dari kantor. Hanya butuh waktu lima belas menit untuk berjalan kaki.
"Mandi sebentar, sepertinya ngebakso enak nih hujan-hujan!' kata Kiran langsung mengambil handuk kemudian pergi mandi.
Hidup sendiri, apa-apa di lakukan sendiri membuat Kiran bebas mau melakukan apa pun, makan apa pun dan jajan apa pun. Sampai detik ini, Kiran belum kepikiran untuk kembali pulang ke rumahnya.
Beda lagi dengan cerita Desi dan Sika, sore-sore begini ibu dan anak tersebut datang bertemu ke rumah salah seorang notaris yang memegang surat wasiat almarhum ibu Kiran. Entah apa tujuannya, yang jelas mereka sangat menginginkan rumah tersebut. Lumayan kalau di jual, rumahnya yang cukup besar dan sisa tanah yang masih sangat luas menjadi daya tarik Desi untuk menguasainya.
"Maaf bu, tidak bisa. Mengubah peninggalan orang yang sudah meninggal itu memiliki resiko," tolak pak Yanto yang selama ini menyimpan surat tersebut.
"Ini tidak gratis pak, kalau ada hasil kita bagi dua!" bujuk Desi.
"Aku tidak berani, itu sama saja memakan harta anak yatim piatu."
"Bapak ini bagaimana sih, di kasih enak kok gak mau!" ucap Sika yang sudah sangat geram atas penolakan pak Yanto.
"Aku masih waras, aku juga masih ingin bekerja dan cari makan yang halal untuk anak istri ku. Jika kalian melakukan secara paksa, ini akan ada unsur pidananya!"
"Tidak akan ada unsur pidana jika anda tidak buka suara. Yang terpenting sertifikat tanah dan rumah itu berbalik nama atas nama ku!" Desi kekeh memaksa, "lagian, Kiran tidak tahu jika rumah itu milik ibu dan neneknya. Ayo lah pak...!" bujuk Desi.
"Silahkan pergi dari rumah ku atau ku laporkan pada polisi...!" ancam pak Yanto.
Desi membuang nafas kasar, mendelik kesal lalu beranjak dari duduknya.
"Heran, di bayar berapa sih kok mau aja kerja seperti ini?" geram Desi.
"Aku tidak butuh bayaran, amanah dan tanggung jawab jauh lebih penting dari pada uang. Dasar ibu tiri serakah!" sahut pak Yanto yang sudah sangat kesal.
Desi dan Sika langsung pergi setelah di usir. Pak Yanto langsung menghubungi Hasan memberitahu jika istri dan anak tirinya datang ke rumahnya tadi.
Hasan sudah menunggu di depan pintu sambil berkacak pinggang. Wajahnya dingin sorot matanya tajam penuh amarah.
Tak berapa lama Desi dan Sika keluar dari taksi, bergegas masuk ke rumah karena hujan memang sangat deras.
Plak,....
Untuk kesekian kalinya Hasan memukul wajah Desi.
"Kenapa kau menampar ku hah? aku bisa melaporkan kdrt ini pada polisi," ujar Desi yang tidak terima.
"Memalukan!" sentak Hasan, "untuk apa kau meminta balik sertifikat rumah ini hah?" tanya Hasan dengan nada tinggi.
Desi dan Sika langsung gugup, mereka tak menyangka jika pak Yanto akan melapor pada Hasan.
"Aku juga berhak atas rumah ini," ucap Desi penuh percaya diri.
"Semua ini milik Kiran, kita hanya menumpang. Jika Kiran tahu jika rumah ini miliknya, dia bisa kapan saja menendang kita keluar!"
"Kau saja yang bodoh!" umpat Desi kesal, "sama anak kok kalah. Sekali lagi jika kau memukul ku, akan ku laporkan pada polisi." Ancam Desi.
"Lapor saja, aku juga akan melaporkan mu balik. Apa kau tidak sadar jika Sika yang sekarang sudah panjang tangan!" sahut Hasan membuat Desi terdiam.
hhhh ayah macam apa itu, kok lah sama kyk ayah q..
😓
gitu lihat sinopsis nya sama kyk aq sama suami yg jarak umur 12th..
langsung penasaran sama ceritanya 🤭..
tp bagus juga loh, unik malah orang bisa jd hafal..