NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34: Kekuatan Gelap Terus Mengintai

Setelah memastikan situasi di desa mulai tenang, Halim dan Rian akhirnya memberanikan diri untuk kembali masuk. Mereka berjalan pelan, sesekali melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan si banci bergaun merah ataupun nenek tua itu tak lagi terlihat.

"Kayaknya udah aman," bisik Rian.

"Semoga," balas Halim singkat.

Desa Orlen kini tampak lebih damai dibanding sebelumnya. Para penduduk kembali beraktivitas seperti biasa. Beberapa di antaranya terlihat menjual hasil panen di pasar kecil di tengah desa, sementara anak-anak berlarian di sekitar sumur umum.

Namun, meskipun suasana tampak normal, Halim merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Bukan hanya karena kekonyolan sebelumnya, tapi juga karena hawa di desa ini terasa sedikit... berat.

"Ada yang aneh," gumam Halim, matanya menyipit memperhatikan sekitar.

"Aneh gimana, Kak?"

"Udara di sini... terasa seperti ada tekanan. Sama kayak waktu kita di hutan kemarin."

Rian terdiam. Ia juga merasakan ketegangan yang samar, seperti tatapan yang terus mengawasi dari bayang-bayang.

"Tapi kita nggak bisa terus-terusan mencurigai segala sesuatu," lanjut Halim, mencoba menepis pikirannya. "Kita harus fokus. Kita ke sini buat istirahat dan cari informasi."

Rian mengangguk. "Kalau gitu, kita cari penginapan dulu. Aku udah nggak tahan, Kak. Rasanya aku butuh kasur empuk sekarang juga."

Halim terkekeh kecil. "Baiklah. Ayo."

Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan penginapan kecil yang berada di sudut desa. Bangunan kayu itu tampak sederhana, dengan papan nama bertuliskan "Penginapan Daun Maple" yang sedikit usang. Aroma sup hangat tercium dari dapur, membuat perut Rian langsung berbunyi.

"Halo! Selamat datang di Penginapan Daun Maple!" Seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambut mereka. "Dua kamar atau satu kamar?"

"Eh, satu kamar aja," jawab Halim. "Kami cuma butuh istirahat sebentar."

Wanita itu mengangguk, lalu menyerahkan kunci kayu dengan angka 7 terukir di atasnya. "Sarapan disediakan besok pagi. Dan kalau kalian butuh informasi soal desa atau tempat sekitar, jangan ragu tanya ke saya."

"Terima kasih, Bu."

Saat mereka berjalan menuju kamar, Rian berbisik pelan, "Kak, kayaknya kita bisa coba gali informasi soal kekuatan gelap itu di sini. Mungkin pemilik penginapan tau sesuatu."

"Setuju." Halim mengangguk. "Tapi nanti, setelah kita istirahat sebentar."

Kamar mereka sederhana, hanya berisi dua ranjang kayu dengan kasur jerami dan sebuah meja kecil. Meski begitu, tempat itu terasa cukup nyaman. Setelah membersihkan diri sekadarnya, Rian langsung menjatuhkan diri di kasur.

"Haaah... akhirnya," desahnya lega.

Namun, Halim tetap duduk di tepi ranjang, pikirannya terus dipenuhi pertanyaan. Tentang Luna, serigala iblis, dan sosok bertudung hitam yang mereka temui di hutan.

"Siapa sebenarnya mereka?"

Dan yang lebih mengganggu adalah kalimat terakhir dari sosok bertudung itu.

"Sekuat apapun kamu... kegelapan tetap akan menang."

Apakah itu peringatan? Atau ancaman?

"Kak, kamu melamun lagi," suara Rian memecah lamunannya.

"Maaf," Halim menghela napas. "Ayo ke bawah. Kita coba ngobrol sama pemilik penginapan."

Di ruang utama penginapan, wanita pemilik tempat itu sedang membersihkan meja-meja kayu. Saat melihat Halim dan Rian turun, dia langsung menyambut mereka dengan senyum hangat.

"Ada yang bisa saya bantu, Nak?"

"Bu, saya penasaran soal desa ini," ujar Halim, mencoba langsung ke intinya. "Kami dengar ada desas-desus tentang kekuatan gelap di sekitar sini. Apa Ibu tahu sesuatu?"

Wanita itu mendadak terdiam, senyum di wajahnya memudar. Matanya terlihat gelisah, seolah enggan membahas topik itu.

"Desas-desus seperti itu memang sering beredar," jawabnya akhirnya. "Tapi tak ada yang benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Bagaimana dengan serigala iblis?" tanya Rian. "Kami menemukan beberapa di hutan."

Mata wanita itu membelalak. "Kalian... bertemu dengan mereka?"

"Ya," sahut Halim. "Dan kami juga menemukan jejak kekuatan gelap yang cukup kuat."

Wanita itu menggigit bibirnya, tampak semakin cemas.

"Ada sesuatu yang Ibu sembunyikan?" desak Halim, tatapannya tajam.

Setelah ragu beberapa saat, wanita itu akhirnya menghela napas panjang.

"Baiklah. Kalau kalian benar-benar ingin tahu..."

Dia duduk di salah satu kursi, sementara Halim dan Rian mengikutinya.

"Beberapa bulan yang lalu, seorang penyihir berpenutup wajah datang ke desa ini. Dia tak pernah menyebut namanya, tapi aura gelap yang menyelimutinya membuat semua orang takut. Saat dia tiba, hewan-hewan di sekitar mulai gelisah. Tumbuhan layu, dan langit terasa lebih mendung dari biasanya."

"Dan setelah itu?"

"Tak lama kemudian, muncul serigala iblis. Mereka menyerang desa-desa kecil di sekitar sini. Untungnya, Orlen belum menjadi target. Tapi kami tahu, cepat atau lambat, kegelapan itu akan sampai ke sini juga."

"Apakah ada yang mencoba menghentikan penyihir itu?"

"Beberapa petualang pernah mencobanya," wanita itu menunduk. "Tapi tak satupun yang kembali."

Halim mengepalkan tangan.

"Jadi benar... Kekuatan gelap itu masih berkeliaran."

"Aku ingin bertanya satu hal lagi, Bu," lanjut Halim. "Apa Ibu pernah mendengar tentang seorang pendeta bernama Luna?"

Wanita itu menggeleng. "Maaf, Nak. Nama itu tidak familiar bagi saya."

Halim terdiam. Sekali lagi, teka-teki ini semakin rumit.

Setelah berterima kasih pada wanita itu, Halim dan Rian kembali ke kamar mereka. Malam mulai menyelimuti desa, namun pikiran Halim masih terus berputar.

"Kak, kita harus gimana sekarang?" tanya Rian, mencoba memecah keheningan.

"Kita lanjut perjalanan," jawab Halim tegas. "Kalau penyihir itu beneran masih berkeliaran, aku nggak bisa diam aja."

"Tapi ke mana?"

Halim membuka peta lusuh yang mereka bawa. Jari telunjuknya menunjuk ke satu titik di sebelah barat.

"Katanya sumber kekuatan gelap berasal dari reruntuhan di Hutan Kelam. Kita akan mulai dari sana."

"Reruntuhan?" Rian meneguk ludah. "Kak, itu kan tempat yang katanya terkutuk!"

"Justru itu." Halim tersenyum tipis. "Kalau memang ada yang tersembunyi di sana, kita harus menemukannya sebelum terlambat."

Meski ragu, Rian akhirnya mengangguk. "Baiklah. Aku percaya sama Kakak."

Dengan semangat yang diperbarui, Halim dan Rian bertekad melanjutkan perjalanan. Di tengah ancaman yang mengintai, mereka tahu bahwa setiap langkah yang mereka ambil akan membawa mereka semakin dekat pada kebenaran.

Namun, jauh di kejauhan, di balik kegelapan malam, sepasang mata merah menyala mengawasi pergerakan mereka. Sosok itu tersenyum tipis, seolah menantikan pertemuan berikutnya.

"Kegelapan akan terus mengintai. Dan tak ada yang bisa lari darinya."

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩW⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!