Nicholas Bryan. 35 tahun. CEO sebuah TV Swasta. Masuk dalam Jajaran Konglomerat. Arogan, Dingin, Jarang Tersenyum dan Sangat menyayangi putri satu-satunya. Seorang Duda memiliki seorang putri berusia 7 tahun. Istri Nick meninggal setelah melahirkan putri mereka. Sejak kepergian istrinya Nick larut dalam kesedihannya dan ia melampiaskan pada pekerjaannya hingga kini tak diragukan lagi Nick menjadi salah satu pengusaha papan atas yang digilai para wanita. Tidak ada satupun wanita yang mampu mengetuk hati Nick yang telah tertutup hingga suatu ketika Putri, Caca memanggil seorang perempuan dengan sebutan Bunda yang membuat Nick tidak suka dengan wanita tersebut. Nick yang sangat menyayangi putrinya tanpa sengaja membentak putrinya saat melihat Caca memeluk wanita asing dan memanggilnya. Siapakah wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wawancara
Kanaya sudah rapi dengan busana formal siap mengikuti wawancara di sebuah perusahaan yang ia lamar beberapa waktu lalu.
Hari ini Kanaya memantapkan hati, meyakinkan diri bahwa masih ada harapan dan masa depan bagi dirinya.
"Bismillah. Naya Insha Allah ada rezeki yang telah Allah siapkan untukmu." Kanaya membulatkan tekad dengan mantap ia memulai langkah baru dalam hidupnya.
Kanaya mengunci kontrakan petak yang menjadi tempat tinggalnya sebelum ia berangkat menuju perusahaan tempat ia akan melalui wawancara kerja.
Sebetulnya jarak perusahaan tempat Kanaya wawancara tidak terlalu jauh dari kontrakan Naya hanya saja macet dan padatnya kendaraan yang mungkin harus Kanaya antisipasi jika ia diterima bekerja diperusahaan tersebut.
Kurang lebih 1 jam perjalanan Kanaya sampai di sebuah perusahaan besar yang membuatnya kagum dan terpesona.
"Subhanallah. Perusahaannya besar sekali. "Bahkan Kanaya bisa katakan lebih besar dari perusahaan milik Alvin mantan suami Kanaya.
Kanaya bergegas menuju lobi perusahaan dan ia bertanya kepada bagian resepsionis.
"Assalamualaikum. Selamat Pagi Mbak. Saya mau wawancara kerja." Kanaya menjelaskan maksud dan tujuannya.
"Oh Mbaknya pelamar yang mengikuti wawancara kerja ya. Silahkan naik ke lantai 5 dengan lift di sebelah sana ya. Nanti disana Mbak tunggu saja. Banyak peserta wawancara lain yang juga sudah hadir disana." jelas resepsionis.
"Terima kasih Mbak." Kanaya menerima access card untuk bisa masuk ke dalam yang diberikan oleh resepsionis.
Ting!
Lantai 5 yang menjadi tujuan Kanaya kini ada dihadapannya seiring pintu lift yang terbuka.
Kanaya menatap sekeliling suasana di lantai 5 tersebut.
Sungguh indah suasana kantor tersebut.
"Sepertinya sang pemilik menyukai keindahan. Banyak bunga mawar putih di beberapa sudut membuat semakin cantik." Kanaya mengagumi situasi kantor tempatnya akan mengikuti wawancara.
Kanaya melihat ada 2 orang pegawai yang sedang berjaga, Kanaya menunjukkan access card yang dikepadanya langsung saja pegawai tersebut mempersilahkan Kanaya untuk bergabung bersama dengan para peserta lain yang akan mengikuti wawancara kerja.
Terlihat wajah-wajah tegang calon-calon pegawai yang duduk menunggu dipanggil.
Jujur ada rasa minder di hati Kanaya karena ia melihat usia pelamar lain yang terlihat lebih muda dari dirinya.
Kanaya menguatkan hati dan tetap berprasangka baik, bahwa rezeki sudah digariskan oleh Allah tinggal seberapa besar usaha yang kita lakukan serta tak lupa berdoa dan berserah diri kepada sang perancang kehidupan.
"Kanaya Larasati. Silahkan." namanya dipanggil membuat Kanaya beranjak dari kursi antrian.
Kanaya berdiri saat namanya dipanggil oleh seorang pegawai untuk masuk ke dalam mengikuti wawancara.
"Assalamualaikum. Selamat Pagi."
Kanaya memberi salam menyapa dengan sopan saat masuk ke dalam ruangan.
Terlihat 3 orang duduk bersama sebagai pewawancara yang siap memberikan pertanyaan pada Kanaya.
Dalam hati tak lupa Kanaya membaca Bismillah dan doa yang diajarkan Nabi Musa As untuk mempermudah segala urusan.
“Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha ayat 25-28).
Perlahan tapi pasti Kanaya menjawab setiap pertanyaan dan Kanaya dengan lancar dan santun memberikan jawaban yang diajukan kepadanya.
30 menit tidak terasa telah berlalu.
Kanaya dipersilahkan untuk keluar ruang interview dan ia pun dipersilahkan memasuki ruang tes selanjutnya, yaitu tes tertulis.
Kanaya diberikan soal-soal layaknya tes IQ yang wajib ia kerjakan dalam waktu 1 jam.
Kanaya kembali berdoa sebelum ia mengerjakan soal-soal yang ada dihadapannya.
Kanaya termasuk wanita yang cerdas.
Saat sekolah ia beberapa selaku mendapat peringkat pertama.
Pada saat kuliah Kanaya mendapat beasiswa hingga ia bisa menyelesaikan pendidikan Sarjana dengan hasil Cumlaude.
Berparas Cantik, Tubuh bagus dan ideal, Cerdas, dan Sholeha siapapun setuju bahwa Kanaya adalah paket lengkap.
Banyak pria yang mencoba mendekatinya termasuk Alvin mantan suami Kanaya.
Namun Kanaya menjaga betul pergaulannya terhadap lawan jenis.
Hingga Alvin pun meminang Kanaya dan Kanaya menerima lamaran Alvin kemudian mereka menikah.
Namun semua kini telah menjadi sebuah kenangan pahit bagi Kanaya dan Kanaya kini mencoba membuka lembaran baru dalam hidupnya.
Selesai sudah wawancara dan tes yang dijalani Kanaya.
Pengumuman akan disampaikan 2 X 24 Jam.
Bagi peserta Tes yang diterima akan dihubungi langsung oleh pihak perusahaan.
Kanaya hanya bisa berdoa semoga ada milik rezekinya diperusahaan tersebut.
"Jika memang rezekiku semoga Allah memberikan yang terbaik. Jika belum makan akan ada jalan lain dari Allah menuju rezeki yang sudah Allah takdirkan untukku."
Kanaya meninggalkan perusahaan megah tempat ia interview melanjutkan lagi perjalanannya mengukir masa depan yang masih menjadi rahasia ilahi.
Suara guntur menggelegar mengejutkan Kanaya yang kini berjalan menuju halte bus.
"Sepertinya akan turun hujan. Padahal pagi tadi masih terang benderang."
Benar saja tak lama langit menggelap awan hitam berkumpul tak lama tetes demi tetes air hujan turun membasahi bumi.
Kanaya yang masih berada di halte bus terpaksa sedikit menarik diri sedikit ke belakang agar tidak terkena percikan hujan.
"Aku tidak bawa payung."
Kanaya yang tak menduga akan turun hujan memilih duduk di halte sambil menunggu bus yang akan ia tumpangi datang.
Kanya melihat dari jauh bus yang akan merapat ke arah halte.
Air hujan membuat pandangan Kanaya sedikit mengembun mengharuskan Kanaya berjalan sedikit lebih kepinggir halte memastikan benar bus tersebut yang akan ia naiki.
Namun sebuah mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalan melintasi hujan yang deras sehingga melewati genangan air membuat Kanaya terkena cipratan dari ban mobil yang melintas melesat secepat kilat.
Byur!
Tak terhindari lagi.
Kemeja dan kerudung putih Kanaya kini sudah kotor terkena cipratan mobil tadi.
Bersamaan dengan bus yang Kanaya akan naiki berhenti tepat di halte.
"Astagfirullah. Ya Allah kotor semua pakaianku." Kanaya bernafas kasar sambil menatap mobil yang melintas cepat tanpa sadar telah memakan korban mengotori baju Kanaya.
"Mbak ikut?" Tanya kernet bus.
"Iya Pak."
Kanaya naik dalam bus dan ia masih berusaha membersihkan kotoran dipakaiannya dengan tissue yang ia bawa.
"Orang kalau bawa mobil suka sembarangan aja emang Mbak. Kayak jalanan punya dia doang!"
Kernet bus berkomentar saat melihat baju Kanaya yang kotor sambil menarik ongkos bus.
"Mungkin pengendaranya sedang terburu-buru Pak." Kanaya memberikan selembar uang 10.000 kepada kernet bus membayar ongkos.
"Iya buru-buru karena kebelet b***k kali Mbak. Biarin aja Mbak mudah-mudah yang punya mobil sekarang tiba-tiba keselek!" Kernet bus dengan asal berkata sumpah serapah.
"Jangan begitu Pak. Siapa tahu memang benar sedang buru-buru." Kanaya mengingatkan sang kernet bus.
"Duh si Mbak, udah cantik baik lagi. Saking saya setia sama istri kalo enggak, ah semoga Mbak dapat jodoh yang kaya dan ganteng!" kernet bus sambil mendoakan Kanaya.
"Dih si Abang, kalo ganteng dan kaya tapi ga ada akhlak mah percuma bang, kalo ga setia!" Oceh ibu disebelah Kanaya sambil menggendong balita kisaran usia 2 tahun.
"Duh si ibu kayaknya pengalaman pribadi nih, curhat dong!" Ledek si kernet bus.
"Iya dong!" Timpal ibu satu anak sebelah Kanaya menimpali candaan kernet bus.
Kanaya hanya tersenyum.
Nyatanya tidak hanya ia yang malang akan kehidupan rumah tangganya dimasa lalu.
Kanaya bersyukur karena mungkin saja dengan tidak adanya keturunan saat pernikahannya dengan Alvin sebagai jawaban, bagaimana jadinya jika ia bercerai dan memiliki anak seperti Ibu disebelahnya.
"Astagfirullah Naya, kamu tidak boleh berprasangka buruk terhadap Allah dan sesuatu yang belum terjadi." Batin Kanaya mengingatkan dirinya.