NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:46.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 21

Tok tok tok ...

"Mbak Buleeee oh Mbak Buleeee ... " teriak seorang gadis dari depan pintu sambil mengetuk pintu sebuah rumah kontrakan. Gadis itu juga tinggal di kontrakan yang bersebelahan dengan rumah yang dihampirinya itu. Kontrakan itu milik orang tua Gladys yang dibangun dengan uang hasil Gladys bekerja sebagai TKW.

"Wait a minute, please!" balas seorang perempuan yang baru saja keluar dari dapurnya.

Ceklek ...

Pintu pun terbuka. Keluarlah seorang gadis berparas bule nan cantik dari dalam rumah kontrakan tersebut.

"Ih, Mbak Bule kok makin hari makin cantik sih?" celoteh Adisti, tetangga sebelah si bule cantik yang tak lain adalah Shenina. Sebulan berada di Indonesia, Shenina sudah bisa juga harus bicara menggunakan bahasa Indonesia meskipun belum fasih. Tapi karena Bali kerap dikunjungi turis asing, hampir semua warganya bisa memahami bahasa Inggris meskipun hanya secara pasif. Tak sedikit juga warga biasa bisa berbicara bahasa Inggris dengan aktif karena terlalu sering berinteraksi dengan para turis tersebut.

Shenina lantas terkekeh mendengar pujian Adisti tersebut.

"You're so funny," ujarnya seraya terkekeh. "Eh, kamu bisa bahasa Inggris kan?" tanyanya kaku. Lidahnya masih suka terpleset. Logat bulenya masih kentara, maklum baru 1 bulan di Indonesia.

Bukan tanpa alasan ia bertanya. Mereka baru bertemu beberapa kali dan karena ia sering mendengar Adisti berbicara dengan bahasa Indonesia, ia pun selalu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia seadanya. Itupun kadang dibantu Gladys sekalian latihan agar makin fasih.

"Bisa. Little-little, Mbak Bule. Hehehe ... " Shenina lantas tergelak mendengarnya.

"Mbak Bule jadi mau ikut Disti ke pasar? Tapi pasarnya itu rame Mbak Bule. Aromanya macam-macam, takutnya Mbak Bule enek. Mana semalam habis hujan, takutnya becek, nggak ada ojek, entar pulang-pulang jadi jelek. Hehehe ... "

Ya, pagi ini Shenina rencananya ingin ikut Adisti berbelanja ke pasar. Ia ingin membeli daging giling dan belajar membuat bakso goreng krispi seperti yang ia pelajari dari ibu Gladys. Rencananya kalau ia sudah mahir, dia ingin belajar berjualan di depan sebuah SD yang mana di sekolah itu Adisti bekerja sebagai tenaga kebersihan.

Ya, Shenina tidak melamar pekerjaan sebagai sekretaris lagi. Shenina sadar, ia sedang hamil saat ini. Kalau bekerja kantoran, ia pikir waktunya pasti akan terikat. Meskipun morning sickness-nya tak pernah lagi kambuh, tapi ia tetap saja mengkhawatirkan kandungannya. Walaupun awalnya ia tidak menginginkan anak dalam kandungannya itu, tapi setelah dipikir-pikir tak ada salahnya mengandung. Ia yang memiliki keluarga tapi seperti hidup sebatang kara membuatnya bertekad melahirkan bayinya dengan sehat sebab kini hanya bayi yang ada di dalam kandungannya sajalah keluarga satu-satunya.

Shenina sudah tidak memedulikan keluarga lagi. Terserah bagaimana keadaan mereka, toh mereka pun tak pernah menganggapnya apalagi memikirkannya. Shenina menganggap keluarganya telah mati.

Shenina memilih berjualan sebab ia sangat senang melihat anak-anak sekolahan berhamburan kemudian menghampiri lapak-lapak jualan di depan sekolah tersebut. Gladys lah yang mengajaknya jalan-jalan di sana sebab di depan sekolah itu bahyak sekali penjual makanan. Dan saat Shenina belajar membuat pentol bakso goreng di rumah Gladys, Shenina pun kepikiran ingin berjualan pentol bakso goreng tersebut. Adisti pun mendukung. Sebab dengan berjualan, selain Shenina bisa mendapatkan pendapatan, ia tak perlu terikat dengan waktu. Bila lelah, Shenina bisa beristirahat berjualan tanpa takut terkena teguran atasan.

"Aku tidak apa-apa. Ayo ke pasar. Aku sudah tidak sabar," ujar Shenina membuat Adisti menyambutnya dengan ceria.

"Oke, let's go, Mbak Bule," seru Adisti.

Di pasar, Shenina jadi bahan perhatian hampir semua orang. Meskipun pemandangan bule-bule berkeliaran sudah biasa di kota itu, tapi karena Shenina mengenakan daster ala emak-emak Indonesia terang saja membuatnya jadi bahan perhatian. Baik Shenina maupun Adisti acuh tak acuh. Mereka tetap melangkahkan kakinya mencari bahan-bahan untuk membuat pentol goreng krispi. Mereka juga membeli bahan-bahan masakan sehari-hari. Setelah selesai, mereka pun bergegas pulang.

"Dis, kita mampir ke minimarket dulu ya?"

"Mbak Bule mau beli apa?"

"Beli susu ibu hamil. Selama hamil, aku belum pernah meminumnya."

"Astaga, Mbak Bule gimana sih? Kan kasian dedek bayinya. Kebanyakan mikirin bapaknya nih, jadi si dedek kelupaan diperhatikin. Mommy mu tuh ya dek, minta kena jewer," ucap Adisti sambil ngomel-ngomel. Mereka saat ini sedang berada di dalam angkot.

"Jewer? Jewer itu apa? Sejenis makanan kah?" tanya Shenina penasaran. Ia memang belum paham semua kosakata bahasa Indonesia.

Adisti pun terkekeh, "Mbak Bule mau dijewer?"

Dengan polosnya, Shenina pun mengangguk. Adisti tersenyum lebar, kemudian dia tanpa sungkan menarik daun telinga Shenina membuat perempuan hamil itu memekik kesakitan.

"Shiiit! What are you doing, hah?"

Melihat raut wajah kesal Shenina membuat Adisti terkekeh, "kan katanya Mbak Bule mau dijewer. Itu namanya dijewer. Hehehe ... Sakit ya, Mbak? Sorry. Forgive me, please!" Ucap Adisti pura-pura memelas.

Shenina mencebik kesal. Lalu ia merogoh kantong belanjaannya dan diam-diam mengambil sebatang cabe hijau.

"Okay, aku akan memaafkanmu. Tapi tutup dulu matamu."

"Kok pake tutup mata segala sih Mbak Bule?"

"Tutup mata dulu atau aku marah nih?"

"Iya, iya, nih Disti tutup mata."

Adisti lantas menutup matanya. Sambil menyeringai, dengan gerakan cepat Shenina memasukkan cabe hijau itu ke dalam mulut Adisti membuat gadis itu reflek menggigit kemudian menjerit.

"Aaakh ... Mbak Bule kok jahil banget sih?" seru Adisti sambil meludahkan cabe di dalam mulutnya. "Kalau ada gorengan mah nggak masalah. Kalau makan cabe doang kayak gini, mana ada enaknya. Pedes doang," omel Adisti bersungut-sungut. Shenina dan beberapa penumpang angkot itu pun ikut terkekeh melihatnya.

Setibanya di minimarket, Shenina pun segera menuju etalase khusus susu ibu hamil dan mulai memilih yang menarik minatnya. Saat sedang berjalan menuju meja kasir, mata Shenina tanpa sengaja menoleh ke arah layar televisi yang menyiarkan berita mancanegara. Shenina sempat tertegun saat melihat sosok yang tengah dibahas di berita tersebut.

"Pak Rainero ... " gumamnya dengan dada bergemuruh. Shenina kembali mengingat penolakan Rainero atas bayi di dalam kandungannya. Terus terang ia masih sakit hati atas penolakan itu. Tapi bila diingat-ingat, sebenarnya wajar Rainero menolak anaknya sebab menurut surat keterangan itu, Rainero dinyatakan mandul. Entah apa yang salah?

Seandainya ia pernah berhubungan dengan laki-laki lain, mungkin ia bisa mengatakan bisa jadi bayi yang ada di dalam kandungannya bukanlah bayi Rainero. Tapi kenyataannya, Shenina hanya pernah melakukan hubungan itu satu kali dan itu pun hanya ia lakukan dengan Rainero. Jadi sudah pasti anak itu adalah anak Rainero.

Shenina hanya berharap, suatu hari kebenaran akan terungkap. Bagaimana pun, mungkin saat ini ataupun saat anaknya masih balita ia takkan menanyakan siapa ayahnya. Tapi saat ia mulai mengerti, pasti ia akan bertanya siapa ayahnya. Bagaimana Shenina akan menjawabnya bila hari itu benar-benar terjadi?

Namun, Shenina hanya bisa menyerahkan segalanya dengan waktu. Berharap hari itu akan benar-benar datang dan kebenaran pun segera terungkap.

"Hai, baby. Bagaimana, kau senang bisa melihat Daddy mu?" gumamnya lirih dengan tatapan sendu. Sebelah tangannya mengusap perutnya yang sudah sedikit menonjol. Kemudian, Shenina pun segera berlalu dari layar segi empat itu menuju kasir untuk membayar susu ibu hamil yang baru saja dibelinya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
FATIMAH SIDIK
Luar biasa
Wirda Wati
😂😂😂😂😂😂😇
Wirda Wati
dasar CEO sableng 😂😂😂😂
Wirda Wati
😂😂😂😂😂😂😂
Wirda Wati
ketemu deh
Wirda Wati
suka dgn axton
Wirda Wati
kereeen thort
Wati Untung
Kecewa
Wati Untung
Buruk
Wirda Wati
yang tau dimana shenini hanya kamu thort😂😂😂
Wirda Wati
shenina perempuan yg kuat.
Wirda Wati
ternyata berdusta pada diri sendiri itu susah.
Wirda Wati
rain ngidam...
Wirda Wati
Jesica palingnya ..
Wirda Wati
lanjuut...
Wirda Wati
mampus...makanya dengar dulu penjelasan shenina.
Wirda Wati
apa yg kau tanam itu yg kau tuai
Ambar ..
Jesica adalah cerminmu.
Wirda Wati
ternyata masih ada secercah harapan untukmu shenina.
Wirda Wati
dasar lebay....
tunggu karmamu..
Wirda Wati
😭😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!