Namanya Tegar, pemuda dengan pembawaan ceria tapi hatinya penuh dengan dendam.
Di depan kedua matanya, Tegar kecil harus menyaksikan kedua orang tua meregang nyawa dan kakaknya digilir di rumahnya sendiri, oleh sekelompok orang.
Yang lebih menyakitkan, para penegak hukum justru tunduk pada orang-orang tersebut, membuat dendam itu semakin dalam dan melebar.
Beruntung, Tegar mendapat keajaiban. Sebuah sistem dengan misi layaknya pesugihan, Tegar menemukan jalan yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar Dari Bu Tatik
Siang itu, nampak sebuah mobil, mencoba memasuki pintu gerbang yang dihadang oleh beberapa orang. Orang-orang tersebut adalah para pemburu berita yang sedang mencari informasi terkait kasus yang sedang viral hari ini.
Bahkan, pengemudi mobil itu pun menjadi sasaran para pemburu berita karena mereka yakin kalau seseorang yang ada di dalam mobil tersebut memilki hubungan dengan pemilik rumah yang sedang viral.
Dua penjaga rumah dengan sigap menghalau para wartawan agar mobil bisa dengan mudah masuk ke dalam. Penjaga rumah itu juga tidak mengatakan apapun saat pemburu berita mencoba mengorem informasi tentang majikan mereka.
"Sial! Masuk ke rumahmu, susah banget, Lol," sungut seorang pria, tak lama setelah dia bertemu dengan anak dari pemilik rumah.
Anak pemilik rumah yang akrab dipanggil Loli sontak tersenyum masam. "Maka itu, aku aja males keluar. Percuma juga jelasin ke mereka, kalau itu bukan aku. Mereka nggak bakalan percaya."
Pria itu mendengus. "Tapi, kenapa pemerannya bisa mirip banget sama kamu yah? Apa kamu punya kembaran?"
"Hahaha..." Loli tertawa renyah. "Kita kenal udah berapa lama, Arnold. Kembaran dari hongkong."
"Tapi serius sih, divideo itu, kamu kelihatan lebih tangguh. Padahal lawan tiga loh, tapi kamu kaya nggak ada lemas-lemasnya gitu."
"Cih!" Loli berdecih. "Bukankah tiap kali kita melakujan pesta, aku nggak ada lemas-lemasnya juga?"
"Hahaha..." pria itu terbahak. "Iya sih, untung saat pesta kemarin, ruangannya nggak dipasang kamera pengawas."
"Nah! Untungnya kemarin pas pesta, nggak ada yang nakal. Teman-teman juga banyak yang menghubungiku. Mereka khawatir kalau pesta kita sampai terendus media. Bisa-bisa nyawaku akan hilang di tangan Papi."
Hahaha... aku juga bakalan kena," balas Arnold. "Terus, pesta buat minggu depan gimana? Nggak akan dibatalin kan?"
"Nggak lah, enak aja. Lagian pesta berikutnya kan ada orang luar negeri yang mau ikut. Katanya punya mereka gede-gede banget."
"Emang gede-gede," balas Arnold. "Tasya, Wina dan Rose, udah pernah main sama mereka. Makanya para bule itu mau gabung karena kenal mereka kan?"
"Owalah, sialan. Berarti aku keduluan sama cewek-cewek tengil itu," Loli merasa agak kesal.
"Ya gimana lagi, kan mereka yang kenal duluan," balas si pria. "Jadi minggu besok, udah pasti dong, pestanya nggak batal?"
"Pasti dong, tapi lokasinya jangan di hotel, bahaya."
"Oke, bisa diatur." Arnold tersenyum lebar.
Kedatangan pria itu menemui Loli, memang untuk memastikan keadaan wanita tersebut, serta menanyakan pesta yang sering mereka lakukan, tetap berjalan sesuai rencana.
#####
Di tempat lain, Tegar baru saja menutup lapak jualannya. Setelah semuanya beres, Tegar tinggal menghitung pengasilan.
Di saat bersamaan, Tegar mendengar suara ketukan pintu. Tegar yang saat itu posisinya ada di ruang tengah, lalu melangkah menuju ruang tamu untuk membukaan pintu.
"Loh, Bu Tatik?" Tegar agak terkejut setelah tahu sosok yang datang ke rumah Tegar.
"Hallo, Gar, apa kabar?" Bu Tatik tersenyum.
"Baik, Bu, silahkan masuk."
Wanita itu mengangguk lalu dia masuk diringi dengan melempar pertanyaan basa-basi seputar anak muda itu.
Setelah tamunya duduk, Tegar segera mengambil segelas air putih untuk tamunya, karena memang hanya itu yang ada di rumahnya.
"Jadi alasan kamu libur, karena kamu menggantikan nenek jualan?" terka Bu Tatik.
"Iya, Bu," jawab Tegar sambil menaruh segelas air putih di hadapan tamunya.
"Tapi bagus lah, kamu berhenti jualan. Soalnya, kemarin Ibu kedatangan tamu. Kirain dia mau beli dagangan Ibu, eh, nggak tahunya, dia nyariin kamu," ucap Bu Tatik.
"Nyariin aku? Maksudnya, Bu?" tanya Tegar agak terkejut.
"Kemarin, Ibu kedatangan tamu, dua orang, tubuhnya gede-gede. Katanya, mereka udah nyari kamu kemana-mana tapi nggak ketemu. Ngakunya sih, mereka saudara kamu."
"Saudara?" Tegar pun tercengang mendengarnya. "Perasaan aku nggak punya saudara yang tidak tahu alamat rumahku deh, Bu."
"Mereka ngakunya gitu," balas Bu Tatik. "Ibu juga merasa aneh, soalnya mereka pakaiannya rapi gitu, serba hitam."
"Serba hitam?" Tegar kembali terkejut. Pikirannya yang sedari tadi mencerna informasi yang didapat, semakin merasa heran begitu mendengar tambahan informasi lainnya. "Ibu Tanya nggak? Mereka mencariku karena apa?"
Bu Tatik menggeleng. "Mereka nggak mau ngasih tahu. Yang bikin Ibu curiga itu, mereka katanya mau ketemu orang tua kamu. Mereka mengira orang tua kamu itu masih hidup."
"Hah!" Lagi-lagi Tegar terperangah.
"Makanya Ibu nggak langsung ngasih tahu alamat rumah kamu," sambung Bu Tatik.
"Wah, makasih, Bu," balas Tegar. "Berarti emang mencurigakan ya?"
Bu Tatik mengangguk. "Makanya, kamu hati-hati. Apa lagi kamu sering berkelahi sama preman. Ibu takutnya, mereka preman juga."
Seketika Tegar langsung cengengesan. "Aku pikir Ibu nggak tahu, kalau aku sering ketemu preman."
"Ya tahu lah, Nenek kamu pernah cerita waktu main ke rumah Ibu."
"Owalah..."
Tegar cukup senang mendengar Informasi dari wanita baik itu. Anak itu bahkan masih kepikiran dengan informasi tersebut meski Bu Tatik sudah pergi dari rumahnya sejak beberapa menit yang lalu.
"Menurutmu, siapa orang yang mencariku ya, Za? Kok dia bisa tahu, tempat Bu Tatik," ucap Tegar bertanya-tanya.
"Mungkin saja itu orang-orang yang kemarin berkelahi dengan anda, Tuan."
Mendengar jawaban Fiza, seketika kening Tegar langsung berkerut. "Jangan-jangan anak buahnya Gunawan?"
"Menurut saya sih begitu. Apa lagi, pakaian mereka juga rapi."
"Benar juga," mata Tegar langsung berbinar. "Gunawan pasti tidak terima karena anaknya dikalahkan lagi. Dia pasti mau menghukumku dan keluargaku."
"Sebaiknya anda lebih berhati-hati, Tuan."
"Udah pasti itu," jawab Tegar lalu dia kembali menghitung hasil jualan yang tadi sempat terhenti karena kedatangan tamu.
####
Sedangkan di gedung Kobam grup, suasana kini kian memanas. Para wartawan yang mulai kesal karena belum mendapatkan respon dari pihak terkait, akhirnya saling berspekulasi dan berburuk sangka.
Hal itu tentu saja membuat orang-orang yang bekerja di dalam gedung merasa tak nyaman karena mereka juga berkali-kali menjadi tempat para wartawan melempar pertanyaan tentang bos mereka.
Sedangkan di ruang sang bos, suasana justru lebih menegangkan daripada di luar gedung. Tiga anak muda yang dipanggil orang tua mereka, telah memberi kesaksikan yang sangat mencengangkan.
"Jadi yang ada di video itu kalian bertiga?" Gunawan nampak sangat murka kala ketiga anak sahabatnya itu mengakui perbuatan mereka. "Bagaimana kalian bisa berani melakukan itu, hah!"
"Tapi kan semua itu karena permintaan Loli, Om," salah satu dari mereka langsung membela diri. "Aku aja kaget waktu Loli ngajakin dan minta, permainan kita direkam."
"Nggak mungkin! Loli itu anak baik-baik. Tiap keluar rumah, dia pasti ngasih kabar," Gunawan menyangkalnya.
"Aku juga awalnya mikir gitu, Om. Aku juga mikirnya itu bukan Loli," ucap Josh. "Soalnya, saat Loli menelponku, dia memakai nomer asing."
"Nomer asing?"
"Iya, Om, nomer ponsel baru gitu."
"Berapa nomernya? Katakan!"
Josh langsung menyebutkan nomer yang tertera di ponselnya. Para ahli teknologi langsung mencatat nomer itu dan langsung melacaknya.
Mabok Corporate...Miras dong...
udh main celup gretong ,dpat duit
itu ciwi palsu kaga bisa bunting ye ,
bisa pesen juga ngga kotak ajaib nya
🤣🤣🤣
terimakasih thor uda setia stiap hari update trus🙏💪😘