Berawal perkemahan yang diadakan oleh sekolah membuat anak-anak terpilih memiliki kekuatan aneh.
Saat perkemahan berlangsung mereka tersesat karena disebabkan oleh kejahilan seseorang dan hal itu membuat mereka menjadi masuk ke sebuah gua hanya untuk berteduh. Rasa penasaran mereka yang tinggi membuat mereka memasuki gua hingga bagian terdalam dan menemukan sebuah danau tersembunyi di dalam gua.
Karena sesuatu, mereka tak sengaja masuk ke danau dan secara tiba-tiba membuat mereka memiliki kekuatan
Mampukah mereka mengendalikan kekuatan itu? Atau malah sebaliknya, hal itu menjadi bumerang bagi mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Pagi ini diawali dengan keributan yang dibuat oleh Airin dan Aaron yang sedang bertengkar di ruang musik keluarga
"Bang, ah elah ini tuh bagusnya taruh sini"
"Adikku yang cantik, foto ini itu bagusnya di sana" Aaron menunjuk sisi tembok yang berlawanan dengan yang ditunjuk Airin. Mereka merebutkan letak foto keluarga mereka yang baru saja datang. Dalam ruang musik, belum terdapat foto keluarga mereka. Dan sekarang, si kembar berdebat mengenai letak foto itu akan terpasang.
Adit yang tak sengaja lewat ruang musik dan terlihat pintu ruangan terbuka dan terdengar suara keributan yang dibuat oleh Airin dan Aaron.
"Pagiku yang cerah, diawali dengan suara teriakan dari si kembar" gumam Adit yang terlihat lelah melihat Airin dan Aaron bertengkar
"Kalian berdua... kalian ributin apa sih" ujar Adit. Dirinya bersandar di tiang pintu
Mendengar seseorang memanggil mereka, Airin dan Aaron segera melihat siapa yang datang ke ruang musik
"Abang, kebetulan kesini, menurut abang nih ya foto ini diletakkan dimana?"
Adit melihat isi ruangan yang penuh berbagai alat musik. Si kembar sangat menyukai musik, terutama Aaron. Melihat dinding ruangan yang memang belum terpasang foto keluarga mereka, kemudian memiliki ide dimana foto itu diletakkan.
"Bagaimana kalau dekat piano. Foto itu terlihat damai dan harmonis kan. Cocok dengan suara piano yang harmonis kan"
Airin dan Aaron mendengarkan saran Adit. Mereka saling pandang dan mengangguk.
"Bagaimana? atau ada ide yang lain?" tanya Adit
"Boleh juga sih. Bagaimana kak?" tanya Airin
"Boleh sih, ya udah sih pasang disitu aja" Aaron segera memasang foto itu di dekat piano.
Kalius yang melihat anak-anaknya sedang berada di ruang musik pun segera masuk dan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Saat masuk ke dalam ruangan, Kalius dapat melihat anaknya yang begitu sibuk dengan memasang sebuah foto keluarga mereka. Kalius tersenyum senang dengan melihat anak-anaknya akur dan harmonis.
"Anak-anak ayo sarapan" ujar Kalius
"Papa... papa.... lihat, apakah bagus?" tanya Airin yang memamerkan foto yang baru saja mereka pasang
"Bagus... Sangat bagus" puji Kalius
Airin, Aaron dan Adit merasa senang. Mereka memandang foto keluarga mereka. Di sana terdapat Adit yang masih kecil, Kalius, mama si kembar dan si kembar yang masih bayi. Mereka merindukan mama, namun tak pernah mereka menangis di depan sang papa. Mereka tau bahwa tidak hanya yang merindukan mama, namun papa lah yang paling merindukan mama.
"Ya sudah, ayo sekarang kita ruang makan. Kita sarapan bersama" ujar Kalius sambil menuntun Airin. Aaron dan Adit mengikuti di belakang.
...****************...
Berbeda dengan Airin dan Aaron yang memiliki keluarga yang harmonis, Rasya malah sebaliknya. Setiap pagi adalah waktu yang melelahkan untuk Rasya. Rasya harus menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan membersihkan rumah. Pembantu di rumah tidak ada yang berani membantu Rasya. Hal itu dikarenakan adanya ancaman dari sang nyonya rumah.
Setelah selesai membuat sarapan, Rasya segera memanggil papa, mama dan kakak tirinya. Saat akan pergi ke dapur, dirinya mendengar sebuah cacian
"Emang lo paling pantes sih jadi babu" ujar Marcel, kakak tiri Rasya.
Rasya menghiraukan ucapan Marcel dan memilih masuk ke dapur untuk membersihkan alat-alat dapur yang ia gunakan tadi.
"Yang sabar ya tuan muda" ujar Bi Sumi
"Iya bi, Rasya juga udah biasa kan" Kemudian dia melanjutkan kegiatannya
"Kebahagiaan akan datang untukmu" batin seseorang
...****************...
Rasya yang termenung di dalam kamarnya. Memikirkan banyaknya kejadian tak terduga selama beberapa hari ini. Tak lama terdapat sebuah notifikasi pesan dari seseorang yang ditunggunya.
Melihat notifikasi pesan itu, Rasya bersiap-siap dan segera pergi ke Music's Cafe.
Sesampainya di sana, terlihat Fitri sedang duduk menunggunya.
"Kak, maaf ya. Kakak pasti nunggu lama" ujar Rasya
"Tidak masalah. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" Fitri berusaha memancing apa yaang ingin dibicarakan Rasya kepadanya.
"Tapi kau bisa bertanya kepadaku apapun, tapi hanya 2 pertanyaan tidak lebih"
"Kakak, masih ingat aku kan?" tanya Rasya
Fitri memandang Rasya dengan diam. Dia tersenyum kecil melihat Rasya yang berbeda dengan Rasya 8 tahun yang lalu.
"Saya ingat denganmu atau tidak, apakah akan berpengaruh padamu?"
"Tentu kak, itu sangat berpengaruh untukku. Aku hanya ingin bertemu Cherrie kak. A-aku... aku ingin bertemu dengannya lagi" Rasya tak bisa membendung air matanya. Dirinya sangat merindukan Cherrie.
Fitri yang melihat Rasya tepat di depan matanya. Jujur, itu adalah ucapan jujur dalam hatinya. Itu adalah penilaian Fitri.
"Ya, saya ingat denganmu. Nio anak yang ceria dan selalu tertawa dengan lepasnya. Itu adalah ingatan saya tentangmu dulu, tapi tidak dengan yang sekarang. Kamu sekarang seorang Rasya yang dingin tak tersentuh" Rasya terkejut dengan ucapan Fitri.
Iya, sejak saat itu senyuman dan tawa milik Rasya telah pergi. Dia sudah tau, dia berbeda dengan Rasya yang dulu yang tertawa dan tersenyum dengan lepasnya. Rasya menunduk, dia mengerti arah pembicaraan Fitri.
"Apakah kau akan membalas dendam pada Cherrie karena tidak menemuimu waktu itu?" tanya Fitri dengan tenang
Rasya tersentak. Dirinya tak pernah berniat untuk membalas dendam sakit hatinya, namun jika ada kesempatan untuk bertemu lagi dengan Cherrie dia hanya ingin menanyakan mengapa dirinya tak hadir sesuai dengan janjinya. Hanya itu
"Apakah kau tidak bisa menjawab pertanyaanku?"
"Tidak, aku tidak ingin membalasnya. Aku hanya ingin bertanya padanya tentang alasan dia tak hadir. Hanya itu"
"Baiklah. Lalu, apa yang ingin kau tanyakan lagi?"
"Apakah Airin itu Cherrie?"
"Apa alasan yang membuatmu yakin jika Airin itu Cherrie?"
Rasya diam tidak menjawab. Dirinya tak mempunyai bukti yang menunjukkan bahwa Airin itu Cherrie, teman masa kecilnya
"Bagaimana jika saya menjawab bukan, apakah kamu akan percaya?" Fitri mencecar pertanyaan demi pertanyaan kepada Rasya
Rasya hanya diam. Dirinya antara yakin dan tidak yakin mengenai Airin. Hanya kalung yang gak sengaja dia lihat milik Airin yang membuatnya berpikir bahwa Airin adalah Cherrie.
"Kau tak bisa menjawab bukan. Lalu kenapa kamu menanyakan hal itu ke saya, sedangkan kamu tidak memiliki bukti mengenai Airin adalah Cherrie. Airin temanmu itu adalah anak majikan saya. Sedangkan Cherrie adik saya, bukankah kamu tau itu?"
"Sudahlah, saya harus kembali bekerja" Fitri akan beranjak pergi. Sebelum pergi Fitri melihat Rasya dan kembali berkata "Suatu saat nanti, kamu pasti akan bertemu dengannya kembali" Lalu pergi meninggalkan Rasya sendiri.
...****************...
Airin dan Aaron sedang bersantai di ruang TV. Merasa bosan, mereka tidak punya kegiatan fi hari libur ini.
"Kak, ke taman bintang?" tanya Airin
"Boleh aja sekalian jalan-jalan" Aaron hanya menyetujui saja keinginan adiknya.
Kemudian mereka pergi ke taman bintang. Melihat keadaan taman bintang yang sudah lama tidak ia kunjungi. Taman begitu ramai, banyak orang yang mengunjungi taman hanya untuk sekedar duduk atau mencari jajanan.
Saat mereka sedang berjalan-jalan, mereka melihat Rasya yang sedang berbicara dengan segerombolan anak-anak. Airin yang melihat itu menjadi penasaran, apa yang sedang dilakukan Rasya disana.
Airin menghampiri Rasya dan menyapanya. Rasya terkejut melihat kehadiran Airin bersama Aaron.
Anak-anak yang melihat Airin dan Aaron dengan mata yang berbinar. Ada satu anak yang dengan berani memegang tangan Airin. Airin yang terkejut, melihat ada yang memegang tangannya secara tiba-tiba dan terlihatlah ada anak perempuan kecil yang memegang Airin. Airin menunduk dan mengelus rambut anak itu.
"Hai, Ada apa gadis kecil?" tanya Airin dengan lembut
"Kakak cantik. Cantik seperti princess"
Airin yang mendengar itu menjadi malu-malu. Dapat dilihat dari pipinya yang bersemu merah dan seutas senyum manis terpatri di wajah Airin.
Kemudian, anak-anak yang lain juga mendekati Airin. Mereka mendekati dan mengucapkan bahwa Airin cantik.
"Terima kasih atas pujiannya anak-anak yang manis"
Aaron dan Rasya hanya tersenyum melihat interaksi Airin dengan anak-anak itu. Rasya senang melihat tawa lepas dari Airin. Terlihat bersinar dengan lambaian lembut angin yang membelai rambut Airin, terlihat indah.
Ekspresi yang dibuat Rasya tak lepas dari penglihatan mata tajam milik Aaron. Dapat dilihat bahwa Rasya menyukai Airin, mungkin lebih dari kata suka.
"Lo ngapain, Sya. Apalagi lo sama anak-anak" tanya Aaron
Rasya memejamkan mata dan berkata, "Aku mengajarkan mereka meronce manik untuk jadi perhiasan."
"Iya kak, nanti hasilnya kita jual dan dapat uang deh" ujar seorang anak dengan cerianya
Airin yang mendengar bahwa mereka menjual semacam aksesoris, membuat Airin tertarik. Kemudian Airin mendekat ke arah gazebo, dan terlihatlah banyak aksesoris yang sudah jadi. Namun, Airin tertarik dengan salah satu gelang bermanik putih dengan biru serta sebuah batu ditengahnya.
"Gelang ini, boleh gue beli nggak?" tanya Airin sambil menunjuk ke sebuah gelang yang menarik perhatiannya.
Rasya yang melihat ke arah tunjuk Airin pun tercengang. Gelang itu adalah gelang yang berharga untuknya, karena gelang itu adalah gelang milik teman masa kecilnya. Rasya diam, dirinya bingung apakah dia akan memberikan gelang itu atau tidak.
"Dek, lebih baik kamu pilih gelang yang lain aja ya" tawar Aaron saat melihat wajah Rasya yang kebingungan.
"Tapi... entah kenapa Airin tertarik dengan gelang itu dan Airin merasa pernah melihat gelang itu tapi lupa dimana" ujar Airin
Rasya hanya diam mengamati dan mendengarkan. Menarik nafasnya, Rasya pun mengangguk.
"Kau bisa memiliki gelang itu" Rasya memberikan gelang itu ke Airin.
Airin menerima gelang itu dengan senang dan langsung memakainya. Kemudian, Airin melihat perhiasan yang lainnya. Setelah puas melihat dan memilih, Airin berniat membayar semua perhiasan manik-manik itu. Saat akan membayar, Rasya menolak uang Airin yang akan membayar gelang putih itu. Airin tetap kekeh ingin memberikan uangnya, namun Rasya tetap menolak. Mau tidak mau Airin memberikan uang itu ke anak-anak kecil itu sebagai uang penjualan pertama mereka.
"Sepertinya orang itu orang kaya. Gue harus culik anaknya dan peras uang mereka" batin seseorang
Airin yang mendengar itu mencari keberadaan penculik itu. Namun nihil, Airin tidak menemukan tanda-tanda seorang penculik.
Tak lama setelah itu, terdengar seorang ibu-ibu berteriak meminta tolong. Airin, Aaron dan Rasya yang mendengar suara itu segera mencari ke sumber suara.
Dari kejauhan, Airin, Aaron dan Rasya melihat seorang ibu-ibu berlari mengejar seorang pria yang membawa seorang bayi. Laki-laki itu kemudian masuk ke dalam mobil dan akan segera pergi meninggalkan taman.
Rasya yang melihat itu segera menghentikan laju mobil itu dengan menahan mobil di bagian belakang.
Airin dan Aaron yang melihat Rasya begitu kuat hingga bisa menahan laju mobil dengan menarik mobil itu, terkejut. Mereka tak menyangka bahwa Rasya begitu kuat. Begitupun yang lain, orang yang melihat kejadian saat ini terkejut bahkan ada yang memvideo adegan tersebut.
Aaron dan Airin yang melihat itu segera memikirkan cara agar kekuatan Rasya tak terungkap. Melihat Rasya yang masih fokus dengan mobil penculik, Aaron segera menepuk tangannya.
Plok... Plok....
Mendengar itu, seketika semua orang berhenti. Aaron kemudian bernyanyi dengan iringan tepuk tangan.
🎼Wahai semua orang, lupakanlah kejadian yang barus saja kalian lihat. Kalian hanya merasa biasa saja sat melihat anak itu sudah biasa"
Setelah selesai, Aaron menepuk tangannya dan dapat dilihat bahwa semua orang melihat melupakan dan menghapus video apa yang baru saja terjadi, mereka melupakannya.
Rasya yang berhasil menghentikan mobil penculik, segera menarik keluar para penculik itu. Setelah berhasil, Rasya menghajar penculik itu bersama Aaron. Sang ibu bayi segera mengambilnya dan pergi bersembunyi.
Saat saling berhadapan, penculik itu memikirkan cara mengalahkan Aaron dan Rasya.
"Gue coba serang dia dari kanan" batin salah satu penculik
Airin yang mendengar suara hati itu segera berteriak ke arah Rasya
"Rasya.... kanan, Sya" teriak
Rasya yang mendengar teriakan Airin segera menoleh ke arah Airin. Dia melihat Airin memberikan isyarat arah kanan. Penculik yang melihat Rasya lengah segera menyerang Rasya dari arah kanan. Rasya yang sadar segera menghindar dan mulai menyerang kembali.
Penculik yang melawan Aaron, melihat Aaron yang lengah juga membuatnya berpikir untuk menyerang menggunakan pisau yang dibawanya.
"Gue bakal serang anak ini dengan pisau" batin orang itu
"Kakak, awak pisau. Dia bawa pisau" teriak Airin
Aaron yang mendengar itu segera waspada. Saat melihat penculik itu mengeluarkan pisau, dirinya segera menghentikan dan mengambil pisau itu. Kemudian dia lemparkan pisau itu sembarang arah.
"Bagaimana gadis kecil itu tau?" batin kedua penculik itu.
Setelah berhasil memukul telak para penculik. Kemudian mereka meringkus dengan cara mengikat para penculik di dekat pohon besar.
Tak lama polisi datang untuk membawa penculik itu
Dan perhatikan tanda baca dalam dialog ya.
kalo ada cerita dr tokoh lain, di luar tokoh utama, saranku kamu letakkan dipaling belakang.
perhatikan tanda baca dalam dialog ya
semangat kak