NovelToon NovelToon
Pangeran Lucas Ermintrude

Pangeran Lucas Ermintrude

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Iblis / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: lucapen

No action
No romansa
Masuk ke dalam novel❎
Melompati waktu karena penyesalan dan balas dendam ❎
Orang stress baru bangun✅
*****
Ini bukan kisah tentang seorang remaja di dunia modern, ini kisah pangeran tidur di dunia fantasi yang terlahir kembali saat ia tertidur, ia terlahir di dunia lain, lalu kembali bangun di dunianya.
-----------------
"Aku tidak ingin di juluki pangeran tidur! Aku tidak tidur! Kau tau itu?! Aku tidak bisa bangun karena aku berada di dunia lain!" -Lucas Ermintrude
******
Lucas tidak terima dengan julukan yang di berikan oleh penulis novel tanpa judul yang sering ia baca di dunia modern, ia juga tidak ingin mati di castil tua sendirian, dan ia juga tidak mau Bunda nya meninggal.
-------------------
"Ayah aku ingin melepaskan gelar bangsawan ku, aku ingin bebas."-Lucas Ermintrude
"Tentu saja, tidak."-Erick Hans Ermintrude

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lucapen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

Lucas menatap tubuh di dalam kaca itu tanpa berkedip.

Pria bertanduk itu tampak tertidur—atau mungkin tidak sadar. Tubuhnya pucat, dadanya naik-turun perlahan seolah masih bernapas. Cairan transparan mengelilinginya, membuatnya tampak seperti makhluk yang diawetkan di dalam wadah eksperimen.

Lucas merasakan sesuatu yang aneh merayap di dadanya.

Kenapa dia merasa familiar dengan orang ini?

Tangannya terangkat, hampir menyentuh kaca, sebelum suara langkah kaki dari belakangnya membuatnya tersentak.

Dengan cepat, Lucas mundur ke bayangan, bersembunyi di balik salah satu pilar di dalam ruangan.

Seorang pria berjas hitam masuk. Wajahnya tertutup separuh oleh topeng perak, hanya menyisakan mata tajam yang penuh kehati-hatian. Ia melangkah mendekati kaca berisi pria bertanduk itu, mengamati layar di sampingnya dengan ekspresi serius.

Lucas menahan napas.

Pria itu menggumam pelan. "Stabil… tapi aktivitas otaknya mulai meningkat." Ia menyentuh layar dengan jarinya. "Apakah kau akhirnya mulai bangun?"

Lucas menegang.

Pria bertanduk itu akan bangun?

Lucas kembali menatap sosok di dalam kaca, dan saat itulah ia melihat sesuatu yang membuatnya benar-benar membeku.

Jari pria bertanduk itu sedikit bergerak.

Seketika, perasaan gelisah di dada Lucas berubah menjadi ketakutan samar.

Dia harus keluar dari sini sebelum ketahuan.

Namun, saat Lucas hendak mundur perlahan, suara alarm tiba-tiba meraung keras di seluruh ruangan. Lampu-lampu darurat menyala merah, berkedip dengan intensitas yang menusuk mata.

Lucas langsung berbalik, berlari ke arah pintu yang tadi ia masuki. Tapi sebelum ia bisa menyentuhnya, sesuatu mencengkeram pergelangan tangannya.

Lucas tersentak, menoleh cepat.

Sebuah tangan—dingin, kuat, dengan kuku tajam seperti cakar—mencengkeram lengannya.

Itu adalah tangan pria bertanduk di dalam kaca.

Lucas menahan napas, matanya membesar.

Sosok itu kini menatapnya. Mata merah keemasan bersinar tajam, menusuk langsung ke dalam jiwanya.

Dan untuk pertama kalinya sejak kehilangan ingatannya…

Lucas merasakan sesuatu.

Sebuah emosi yang begitu kuat, begitu mencekik—

Ketakutan.

Lucas tersentak ketika cengkeraman di lengannya semakin kuat. Mata merah keemasan pria bertanduk itu terasa menembus ke dalam jiwanya, seolah-olah mengenalinya. Namun sebelum Lucas sempat bereaksi, suara gemuruh tiba-tiba memenuhi ruangan.

Dalam sekejap, angin kencang menghantam tempat itu, membuat kaca-kaca bergetar hebat. Aura dingin dan menekan menyelimuti seisi ruangan.

BRAK!

Sebuah kekuatan tak terlihat menghantam pria bertanduk itu, membuat cengkeramannya di lengan Lucas terlepas. Tubuh Lucas terdorong ke belakang, tapi sebelum dia jatuh, sepasang tangan kuat menangkapnya dan menariknya ke dalam dekapan yang familiar.

Lucas mengangkat wajahnya dengan napas terengah.

"Kau baik-baik saja?"

Suara yang dalam dan dingin itu menggema di telinganya.

Lucas menoleh dan melihat Kaisar berdiri di belakangnya, ekspresinya gelap dan penuh amarah. Matanya yang tajam memancarkan tekanan luar biasa, membuat udara di ruangan terasa lebih berat.

Lucas tidak bisa menjawab. Ia hanya bisa diam, masih terpaku oleh keterkejutan.

Di hadapan mereka, pria bertanduk itu berdiri dengan ekspresi tenang. Namun, ada sesuatu di balik matanya—sesuatu yang licik dan berbahaya.

"Menarik," kata pria itu, suaranya dalam dan penuh ketenangan yang menyeramkan. "Jadi, kau masih hidup, Kaisar."

Kaisar tidak menjawab. Sebagai gantinya, ia mengangkat satu tangan, dan dalam sekejap, belenggu berkilauan muncul dari udara, melesat ke arah pria bertanduk itu dengan kecepatan luar biasa.

Pria bertanduk itu menyadari bahaya dan hendak menghindar, tapi tiba-tiba tubuhnya tersentak di tempat, seolah-olah ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Matanya membelalak marah.

"…Sihir pembatas?" gumamnya.

Kaisar menatapnya dengan dingin. "Kau seharusnya tidak bangun."

Dengan satu gerakan, belenggu itu mengikat erat tubuh pria bertanduk tersebut, membuatnya tidak bisa bergerak. Pria itu menggeram, mencoba melawan, tapi setiap kali ia berusaha melepaskan diri, belenggu itu semakin mengencang, membuat retakan energi muncul di sekujur kulitnya.

Lucas, yang masih dalam perlindungan Kaisar, menatap pemandangan itu dengan campuran keterkejutan dan kebingungan.

"Siapa dia…?" Lucas akhirnya bertanya, suaranya nyaris berbisik.

Kaisar tetap fokus pada pria bertanduk itu, tidak langsung menjawab. Namun, pria yang kini terbelenggu itu malah tersenyum tipis, meski wajahnya menahan sakit.

"Aku?" suaranya terdengar pelan, namun penuh ejekan. "Aku adalah raja yang seharusnya tidak pernah dikurung."

Lucas merasakan dadanya bergetar tanpa alasan yang jelas.

"Raja Iblis," lanjut pria itu. "Dan kita pernah saling mengenal, Pangeran."

Lucas membeku.

Saat pria bertanduk itu kembali hendak mendekati Lucas, kekuatan besar meledak dari belakangnya. Kaisar Erick mengeluarkan kekuatannya dengan mata tajam dan sihir emas menyelimuti tubuhnya, seolah-olah sedang mengancam pria itu agar tidak mendekat.

"Tinggalkan anakku," suaranya bergema di seluruh ruangan.

Pria bertanduk itu tersentak dan berbalik, namun sebelum bisa bereaksi, para ksatria kaisar sudah mengepungnya. Rantai sihir melilit tubuhnya, menahan setiap gerakannya.

Lucas masih terpaku di tempat, napasnya memburu. Ia tak bisa menghilangkan perasaan aneh yang muncul dalam dirinya—seakan sesuatu di dalam dirinya ingin melawan, ingin melepaskan pria bertanduk itu.

Tetapi kenapa?

Pria bertanduk itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Kau benar-benar tidak ingat, ya?" gumamnya, nyaris seperti bisikan.

Lucas menegang. "Apa maksudmu?"

Sebelum pria itu sempat menjawab, Kaisar Erick mengayunkan tangannya, dan cahaya emas menutup mulut pria bertanduk, membungkamnya.

"Kau akan diinterogasi di penjara bawah tanah," kata Kaisar dingin. "Bawa dia."

Ksatria menyeret pria itu pergi, meninggalkan Lucas dalam kebingungan yang semakin dalam.

****

Erick merebahkan tubuh Lucas di atas kasur, lalu menatap sang anak lekat. Ada rasa khawatir mendalam dengan keadaan putranya sekarang.

"Apa ingatannya sudah kembali?" tanya Erick menarik kursi di samping kasur sang anak.

Lucas tidur terlentang, ia masih bingung dan tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

"Belum." Lucas mengelengkan kepalanya pelan.

Kaisar Erick mendesah lelah. Sepertinya, situasinya lebih buruk dari apa yang ia bayangkan.

"Bunda akan kemari sebentar lagi."

"Eum."

Erick menatap sang anak lalu mengusap kepala remaja tersebut. "Kenapa bisa masuk ke sana?" tanya Erick gusar.

"Aku pikir untuk keluar sebentar. Tapi, sepertinya aku melakukan kesalahan."

Lucas menatap langit-langit kamarnya masih dalam keadaan bingung.

"Jangan mengulanginya." Erick tersenyum ramah menatap ke arah sang anak. "Jangan keluar sendirian, mulai hari ini Liam akan digantikan oleh ksatria."

"Eum."

"Sebentar lagi, bunda akan kemari. Ayah sudah memberitahu bunda tentang kondisi Lucas, beristirahatlah sebentar lagi, mungkin black mage akan tiba." Erick membenarkan selimut yang menutupi tubuh sang anak.

"Ayah?"

"Eum?"

"Aku siapa?" tanya Lucas menatap sang Ayah Lucas.

Kaisar menegang sebentar dengan pertanyaan sang anak. Tentu saja remaja itu anak kandungnya.

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja Lucas anak Ayah dan bunda," jawab Erick tersenyum manis menatap sang anak. "Mungkin ingatannya akan segera membaik setelah seminggu. Jadi, banyak istirahat saja untuk seminggu depan."

"Eum."

Lucas seperti kehilangan identitasnya semenjak kehilangan ingatannya.

[TBC]

1
Kurokaze
teruskan kak 👍
Lucapen: iya readers
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!