Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Wanita Penganggu
Suara ketukan pintu membuat Digo langsung melepaskan diri dari dada Renata.
Renata tampak sangat kesal, karena permainannya kini telah diganggu oleh seseorang.
Padahal Renata sudah sangat basah dan tidak tahan rasanya. Denyutan disangkanya pun masih sangat terasa dan ingin sekali dipuaskan. Namun mereka harus sama-sama mengakhirinya.
Digo langsung membatu Renata membenahi pakaiannya kembali.
"Sayang, setelah ini keluarlah. Kita bertemu lagi nanti malam." titah Digo.
Renata dengan wajah kesal langsung berdiri dari pangkuan Digo dengan bibir meruncing.
Renata segera berjalan menuju ke arah pintu, sementara Digo kembali ke kursi tahtanya.
Ceklek!
Renata membuka pintu dengan wajah yang tampak kesal dan masam, membuat Dafina yang kini menunggu didepan pintu ruangan tersenyum tipis, wanita itu berfikir pasti Renata sudah dimarahi habis-habisan oleh Digo tadi.
Renata langsung keluar dengan memasang wajah yang sewot pada Dafina dan menutup pintu itu kembali dengan cukup keras.
Dafina langsung memegangi dadanya yang kaget, lalu mendengus kesal menatap kepergian Renata.
"Sungguh tidak sopan!" umpat Dafina.
Dalam hati Dafina kini tengah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Renata yang tampak sangat kesal. Dafina menyunggingkan senyum seolah semua yang terjadi adalah sesuai pemikirannya tadi.
Dafina lalu mengacuhkan kepergian Renata dan masuk ke dalam ruangan untuk menyerahkan beberapa map yang ia bawa.
"Maaf Tuan, apa semuanya baik-baik saja? Karena aku lihat tadi nona Renata agak sedikit marah saat keluar?" tanya Dafina.
"Hmm.. Aku sedikit menegurnya tadi." jawab Digo berbohong.
"Sudah aku duga!" batin Dafina yakin.
"Oooh.." ucap Dafina sambil mengangguk mengerti. "Kalau begitu saya permisi Tuan." lanjutnya pamit.
"Hmm.. Silahkan." jawab Digo.
Dafina pun segera keluar dari ruangan Digo, dan mencoba mencari keberadaan Renata. Wanita itu tampak berjalan ke arah ruang pemotretan tadi, Dafina pun segera menyusulnya.
Dan benar saja, Renata sedang berada di dalam, wanita itu tampak tengah memasukkan barang-barangnya kedalam tas kecil yang ia pegang. Dafina tersenyum licik ia mendekati Renata sambil menyilangkan kedua tangannya.
"Bagaimana rasanya ditegur oleh Tuan Digo langsung? Aku rasa aku sudah salah menilai mu Renata. Aku pikir, Tuan Digo akan tertarik padamu. Tapi nyatanya? dia bahkan tidak menginginkan tubuh seksimu itu." ejek Dafina sambil menatap sinis pada Renata.
Renata menghela nafas, lalu berdiri membusungkan dadanya menatap malas pada Dafina.
"Apa kamu sedang bicara dengan ku Dafina? ataau... pada dirimu sendiri?" sindir Renata sambil menyipitkan matanya.
Dafina langsung melebarkan tatapannya. "Apa maksudmu Renata?" tanya Dafina menuntut.
Renata mulai berjalan memutari tubuh Dafina. "Aku tekankan sekali lagi Dafina, aku tidak pernah menggoda Tuan Digo. Dan aku rasa aku tidak perlu melakukan hal itu. Tapi sebaliknya, kamu yang terlalu agresif padanya. Sampai kamu menjadi wanita yang tidak tau diri." tegas Renata yang kini berhenti tepat di depan Dafina dengan tatapan tajam.
Dafina langsung tersulut emosi begitu mendengar ucapan Renata barusan.
"Kurang ajar!" ucap Dafina sambil mengangkat satu tangannya hendak menampar Renata.
Renata langsung menangkapnya, mencekam pergelangan tangan Dafina dengan kuat tepat disamping pipinya.
"Jaga tanganmu Dafina. Karena aku tidak akan segan-segan untuk mematahkannya." ancam Renata, lalu melempar tangan Dafina dengan kasar dan pergi meninggalkannya diruangan itu.
sementara Dafina tampak meringis kesakitan, ia memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat cengkraman tangan Renata.
"Dasar wanita sialan!" umpat Dafina sambil menengok ke arah pintu yang dilalui oleh Renata tadi.
Dalam hatinya, Dafina sungguh sangatlah kesal. Kenapa dia selalu saja gagal untuk menjatuhkan Renata! Tidak lama Dafina pun memutuskan untuk segera kembali ke dalam ruangannya.
Sementara Renata kini tengah berjalan menuju ke arah lift. Sepanjang jalan tatapan mata para karyawan lelaki selalu lekat menatap tubuh sintalnya.
Namun Renata tetap acuh dan tidak menghiraukannya, apa lagi saat ini suasana hatinya tengah tidak baik-baik saja, membuatnya malas untuk sekedar bersapa tegur, ataupun tersenyum pada setiap karyawan yang ia lewati.
Kini Renata mulai turun menggunakan lift, wanita itu berjalan menuju ke bastement kantor dan mulai memasuki mobilnya.
Renata menutup pintu mobilnya dengan cukup keras, seolah tengah meluapkan emosinya yang masih meledak akibat ulah Dafina tadi.
"Hih! dasar wanita pengganggu!" umpat Renata di dalam mobil. Rasanya ia sangatlah geram sekali dengan sikap Dafina yang selalu mengganggunya.
Tapi ia segera sadar dengan ucapannya. Bukankah dia juga bukan wanita baik-baik, karena sudah mengganggu dan masuk ke dalam rumah tangga orang lain? Pikir Renata.
Renata menepuk jidatnya dengan cukup keras. "Aaaargh! Tetap saja, dia itu wanita yang paling menyebalkan yang pernah aku temui!" umpat Renata
Namun ia segera mengingat kartu black card yang diberikan oleh Digo tadi, ia langsung ingat jika hari ini dia harus bersiap-siap untuk acara nanti malam.
Ia tidak mau berlarut-larut dengan kekesalannya pada Dafina, karena ada hal yang lebih penting dari pada itu.
Kali ini Renata harus benar-benar memanfaatkan momen ini untuk mengambil hati keluarga Melviano.
Renata segera memutar kunci mobilnya, dan mulai melajukan mobilnya tersebut keluar dari area kantor Melviano group.
Kali ini Renata tengah menuju ke salah satu butik terbaik yang ada dikota ini. Renata ingin memberikan kesan yang berbeda nanti malam.
Ya, walaupun tetap saja. Seorang wanita yang masuk ke dalam rumah tangga orang lain tidak akan semudah itu mendapatkan sambutan hangat.
Tapi Renata harus yakin dengan ucapan Digo, semuanya pasti akan baik-baik saja. Karena Renata yakin, Digo tidak akan tinggal diam jika ada yang menjatuhkan Renata.
Sekitar dua puluh lima menit, kini Renata telah sampai didepan sebuah butik yang ia tuju. Renata langsung turun dari mobilnya dan mulai berjalan masuk ke dalam.
Dua pelayanan butik disana langsung menyambutnya dengan ramah.
"Aku ingin mencari gaun untuk pesta makan malam nanti. Aku ingin yang tetap simpel, tapi terlihat elegan." ucap Renata pada salah satu pelayan di sana.
"Baik nona, mari silahkan ikut saya." ucap pelayan itu.
Renata pun mengangguk, mengikuti langkah pelayanan tadi dan masuk ke dalam salah satu ruangan.
"Kami ada beberapa pilihan yang sepertinya cocok untuk anda nona, sebentar saya ambilkan." ucap pelayan tersebut.
"Baiklah." ucap Renata.
Sambil menunggu pelayanan itu mengambilkan gaun untuknya, Renata mulai berjalan mencoba melihat-lihat beberapa gaun yang terpajang di sana.
"Ini nona, silahkan di coba. Jika tidak cocok, kami bisa mencarikan lagi beberapa untuk anda." ucap pelayan tersebut.
Renata mengangguk. "Tolong bantu aku untuk mencobanya." titahnya.
"Tentu nona, mari." jawab sang pelayan.
Kini Renata mulai sibuk mencoba beberapa gaun yang diberikan oleh pelayan butik tersebut.