Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Sedang Cemburu?
Akhir-akhir ini Kirana sibuk mengurusi skripsinya, sampai dia pulang sore setelah mengantar Missel ke sekolah. Bryan sering mengingatkan Kirana agar jangan pulang terlalu sore.
Hari Sabtu ini, Kirana meminta izin untuk pulang sore lagi. Karena dia harus menemui dosen pembimbingnya di kampus.
"Jam berapa kamu pulang?" tanya Bryan di sela sarapan paginya.
"Mungkin jam dua atau jam tiga, karena nanti ke dosen pembimbingnya sama teman-teman." jawab Kirana.
Dia meladeni Missel yang minta di suapi makan sarapannya. Seperti seorang ibu yang menuruti keinginan anaknya. Sejak tadi, Bryan memerhatikan apa yang di lakukan Kirana.
"Missel mau udangnya tante." kata Missel dengan manjanya pada Kirana.
"Iya, kan tadi udah banyak di makan. Sekarang nasinya dong." ucap Kirana.
"Nasinya kenyang, mau udangnya aja."
"Satu suapan lagi ya, nanti makan usangnya aja." kata Kirana membujuk Missel.
Missel pun mengangguk, dia membuka mulutnya dan memakan nasi yang di sodorkan Kirana ke dalam mulutnya.
Lagi, pemandangan itu bagi Bryan sangat menyenangkan. Dia melihat sosok istrinya dulu, tapi Kirana lebih dari istrinya. Karena Missel baru merasakan seorang ibu lagi.
Missel di tinggal oleh ibunya berumur satu tahun lebih, jadi dia mungkin merasa nyaman dengan Kirana.
"Minum sekarang ya."
Missel mengambil gelasnya dan meminumnya. Kirana tersenyum, dia merapikan baju sekolah Missel dan dia mengambil tas Misselnya.
"Nah, sekarang sudah siap berangkat sekolah." ucap Kirana.
"Tante ngga bisa jemput Missel ya?" tanya Missel sedih.
"Ngga bisa sayang, tante ada urusan di kampus. Jadi ngga bisa jemput Missel, sama papi aja ya." kata Kirana.
"Ya udah deh, tapi besok harus jemput ya." kata Missel.
"Emm, ngga janji juga sih. Kalau hari ini selesai, besok bisa jemput Missel."
"Benar tante?"
"Iya."
"Asyiiik!"
Kirana tersenyum, dia lalu melirik pada Bryan yang sejak tadi memperhatikan keduanya berinteraksi. Bahkan dia lebih banyak menatap Kirana. Keduanya saling berpandangan sejenak tapi kemudian Kirana membuang mukanya lagi.
_
Hari sudah mulai siang, ternyata perkiraan Kirana tidak tepat. Hari ini dosen datang tepat waktu dan langsung memeriksa hasil pemikiran Kirana dan teman-temannya.
Skripsinya di terima, dia sangat senang sekali.
"Aaah, akhirnya di terima juga ya." ucap teman lainnya.
"Iya. Syukurlah, kapan kita sidang?"
"Katanya minggu depan."
"Waah, harus belajar lagi ini."
"Ya, tapi kita bisa menyampaikan apa yang kita buat. Pasti bisa kok, ayo semangat!"
Kirana senang, senyumnya mengembang. Danisa berjalan menuju ke arahnya.
"Ki, lo udah lulus skripsinya?" tanya Danisa.
"Iya, akhirnya setelah menunggu berbulan-bulan." jawab Kirana dengan senyum mengembang.
"Waah, selamat ya."
"Ya, terima kasih."
"Oh ya, bagaimana kalau kita rayakan dengan makan di kafe?"
"Emm, boleh. Tapi sebentar aja ya, aku di tungguin anak majikan soalnya." jawab Kirana.
"Tunggu anak majikan apa majikannya yang nunggu?" sindir Danisa.
"Ish, ya nggaklah. Di tunggu Missel, tapi tadi pagi aku izin sampai sore sih."
"Ya udah, sekalian aja kita pergi sampai sore. Kita jarang lho jalan bareng, gue kangen jalan sama lo." kata Danisa.
"Hemm, biasanya juga lo yang susah banget gue ajak jalan. Kemana tuh si Bruno?" sindir Kirana.
"Udah, jangan pikirin dia. Pusing gue sama dia, dia ngajaknya di kasur mulu." ucap Danisa.
"Kan enak lo juga."
"Ya, tapi gue juga pengen jalan berdua sama dia ke mall. Dia pengennya gue ladenin aja." kata Danisa.
"Meladeni gimana?"
Danisa menatap Kirana, senyumnya menebang lalu wajahnya maju ke depan dan berbisik di telinga Kirana.
"Meladeni di ranjang Kirana, rasanya tuh eeeuy nikmat bangeeet. Pokoknya bikin melayang deh kita tuh." kata Danisa menggoda Kirana.
Tapi Kirana malah merinding di buatnya, dia memiringkan tubuhnya dan wajahnya mengerucut Danisa tertawa senang telah menggoda sahabatnya itu.
"Hahah! Nanti lo juga pasti merasakannya kalau sudah bersuami. Percaya deh, lo akan ketagihan terus." kata Danisa lagi dengan senyumannya.
"Udah ah, lo jangan bikin gue merinding terus." ucap Kirana berjalan meninggalkan Danisa.
"Ish, malah di tinggalin lagi." kata Danisa.
Dia berjalan cepat mengejar Kirana yang meninggalkannya. Kini kedua sahabat itu pun masuk ke dalam mobil Danisa dan pergi ke kafe untuk makan siang dan nongkrong bareng seperti dulu.
_
Di kafe.
"Lo pesan aja, gue yang bayar deh gantin." kata Kirana pada Danisa.
"Wuiiist, lo lagi banyak duit ya? Tumbenan nih." kata Danisa.
"Ya, itung-itung gue lulus skripsinya. Minggu depan gue sidang." kata Kirana.
"Oke, tapi lo jangan kaget ya nanti gue pesan apa."
"Iya tenang aja, gue lagi banyak duit ini."
"Tumben, lo jual diri sama bos lo itu ya?" tanya Danisa nyeleneh.
"Sembarangan! Gue di suruh tinggal di rumahnya, kerjaan gue sekarang dua puluh empat jam. Jadi gaji gue nambah gede dua kali lipat." kata Kirana.
"Wuiiish, oke gue mau makan sepuasnya. Mumpumg gratisan ini, lo jangan protes ya." kata Danisa, Kirana mengacungkan jempolnya.
Dia lalu memanggil pelayan untuk memesan makanan. Pelayan pun datang, Danisa memesan apa yang dia suka. Termasuk Kirana, setelah semua di pesan kini keduanya pun mengobrol kesana kemari.
Tak lama makanan pun datang, Kirana melihat makanan datang dua kali. Dia kaget dan menatap Danisa yang sedang tersenyum senang.
"Lo pesan segitu banyak, emang habis?" tanya Kirana.
"Tenang aja, perut gue muat kok dengan semua makanan ini." kata Danisa.
Kirana hanya melongo saja, namun dia pun ikut makan dengan lahap.
Baru beberapa suap, dia melihat seseorang dengan menggandeng seorang perempuan. Ya, dia Bryan menggandeng tangan Laudya. Lebih tepanya sih Laudya yang menempel pada Bryan, mereka mencari tempat duduk. Bryan menarik kursi untuk di duduki Laudya lalu dia duduk di depannya.
Sejak masuk sampai duduk, Kirana memperhatikan dua orang tersebut. Tiba-tiba hatinya gelisah dan cemburu.
Eh, cemburu?
Kirana melihat mereka seperti bermesraan, rasanya kesal. Dia mengacak-acak makanannya sampai Danisa heran melihat Kirana seperti itu.
"Ki, lo kenapa makanannya cuma di acak-acak aja?"
"Tahu, gue kesal!" kata Kirana masih menatap Bryan dan Laudya di seberangnya.
"Kesal kenapa?" tanya Danisa.
Dia melihat wajah Kirana memang sedang kesal, dia melihat ke arah kemana mata Kirana tertuju. Dia pun tersenyum.
"Heem, jadi ada yang cemburu nih." sindir Danisa dengan senyumnya.
"Siapa yang cemburu."
"Tuh, muka lo."
Kirana menatap Danisa, dia lalu membuang muka ke samping. Selera makannya hilang setelah melihat Bryan dan Laudya bermesraan.
"Gue pulang deh, nanti di cari Missel." kata Kirana.
"Lho, kan baru aja makan Ki. Gue laper, nanti dulu dong gue belum kenyang." ucap Danisa makan dengan lahap.
"Ya udah lo aja yang makan, gue udah kenyang."
"Kenyang dari mana? Lo makan baru dua suap, kenyang karena cemburu."
"Udah sih, bungkus aja. Gue pulang."
"Terus, ini makanan gimana?"
"Bungkus."
"Ish, lo merusak kenikmatan gue aja sih." gerutu Danisa.
Kirana pun beranjak dari duduknya dan menuju ke kasir, dia berjalan dengan cepat agar tidak ketahuan Bryan.
Tapi rupanya Bryan tahu Kirana ada di sana, dia pun menyapa Kirana.
"Kirana, kamu sedang apa?" tanya Bryan.
Danisa yang berjalan di belakang Kirana pun menjawab.
"Dia sedang cemburu pak bos."
_
_
_
********************