Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencobanya
Keesokan harinya.
Karena hari ini hari minggu Sonny tidak berangkat pergi bekerja seperti biasa, ia memilih berbaring di atas ranjang empuk sepuas-puasnya, mumpung Meimei tidak ada Sonny ingin beristirahat dengan tenang.
Ia pun menarik kembali selimut tebalnya dan memejamkan matanya lagi, menikmati waktu sendiri di hari minggu yang cerah ini.
Namun, sepertinya kegiatan itu harus ditunda kali ini ketika suara bel rumah Sonny berdenting beberapa kali.
Sontak Sonny membuka kelopak matanya, Sonny sangat ingin mengabaikan suara tersebut namun ia tak kuasa.
Akhirnya Sonny pun menyibak selimut yang menutupi seluruh tubuhnya lalu bangkit dari ranjang.
Dengan wajah bantal dan rambut acak-acakan Sonny keluar dari kamar menuju pintu utama.
Lelaki beranak satu itu membuka pintu rumahnya, ketika sudah benar-benar dibuka alangkah terkejutnya Sonny ketika arin berdiri dihadapannya!
Raut wajah terkejut Sonny tampilkan, mengingat dirinya dalam keadaan kusam dan berantakan!!
"A-arin???"
Arin nampaknya sadar jika ia sudah menganggu waktu istirahat pria itu, seketika Arin merasa tidak enak hati.
"M-maaf mas Sonny, sepertinya saya menganggu waktu istirahat mas" Sesal Arin.
"K-kalau begitu saya pulang saja, n-nanti saya kembali lagi" Ujar Arin terbata-bata, ia membalikkan badannya hendak berlalu.
Tetapi Sonny dengan cepat menahan lengan Arin hingga wanita itu menghadap padanya.
"T-tidak, kamu sama sekali tidak menganggu. A-ada apa? Ada yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Sonny mencegah Arin pergi.
Arin mengangguk mengiyakan pertanyaan Sonny, memang ada yang ingin ia bicarakan dengan lelaki ini.
"Masuklah, kita bicarakan di dalam" Ajak Sonny.
"Tapi.... "
"Sudah tidak apa-apa, aku yakin ada hal penting yang mau kamu bahas. Lebih baik kita bicarakan sekarang juga" Sahut Sonny.
Arin pun akhirnya menyetujui dan masuk ke dalam rumah milik pria itu, Arin duduk di ruang tamu setelah Sonny mempersilahkan nya.
"Tunggu sebentar, aku mau membasuh muka ku dulu. Tidak akan lama, kurang lebih lima menit"
"Iya mas"
Buru-buru Sonny lari ke lantai atas menuju kamarnya, masuk ke dalam kamar mandi dan mencuci muka serta menggosok gigi.
Selanjutnya mengganti pakaian dan tak lupa menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuhnya. Setelah dirasa siap Sonny pun kembali ke ruang tamu untuk menemui istri barunya.
"Maaf menunggu lama" Seru Sonny basa-basi, ia ikut duduk di samping Arin.
"Tidak kok mas" Sahutnya.
"Apa yang ingin kamu bicarakan denganku? Apa.... Tentang pernikahan kita kemarin?" Cicit Sonny menduga-duga.
Arin kembali mengangguk membenarkan seruan Sonny, wanita itu nampak ragu mengatakan sesuatu.
"Silahkan katakan saja"
"Emm...... Begini.... S-saya bingung, apa yang harus kita lakukan sekarang? Tidak ada yang tau tentang pernikahan kita, bahkan orang tua kita pun tidak tau" Lirih Arin, terdengar jelas jika kini Arin tengah dilanda rasa cemas.
Sonny diam mendengarkan perkataan wanita disebelah nya.
"Sebelumnya aku mau bertanya padamu lebih dulu, apakah kamu... Ingin meneruskan pernikahan ini, atau tidak?"
Jleb!
Pertanyaan Sonny semakin menjebloskan Arin ke dalam lubang kebimbangan, ia sendiripun tidak tau pasti langkah apa yang harus ia ambil.
"Saya tidak tahu" Lirih Arin.
Ia mengangkat kepalanya menatap Sonny dengan tatapan sayu.
"Bagaimana dengan mas? Apa mas ingin menceraikan saya atau.... " Arin tak sanggup menerus kata-katanya, entahlah rasanya begitu berat.
"Bagaimana jika aku ingin meneruskan pernikahan kita?" Sanggah Sonny.
Deg!
Arin langsung terkesiap! Apa yang baru saja ia dengar? Kenapa jantungnya berdebar cepat?!!
Arin refleks menegakkan tubuhnya, seolah ikut menegang mendengar ucapan Sonny yang satu ini.
"A-apa alasannya?" Cicit Arin ingin tahu.
"Tidak ada alasannya, pernikahan bukanlah hal yang main-main. Meski kita dinikahkan dengan cara yang berbeda, namun bukan berarti kita bisa seenaknya menganggap pernikahan ini suatu kesialan. Rin.... Apa kamu mau, mencoba hubungan ini denganku?"
Deg!
Lagi-lagi arin dibuat tak bisa berkata-kata! Ini lebih membingungkan dari pada yang sebelumnya!
"M-mas.... A-apa mas sudah memikirkan hal ini dengan matang?" Ucap Arin ragu.
"Tentu, aku tidak pernah main-main dalam berbicara. Aku serius rin... " Tambah Sonny.
Arin menatap manik itu dalam-dalam, mencari keyakinan dari sorot mata lelaki yang kini berstatus suaminya. Haruskah Arin mengambil langkah yang Sonny katakan??
"S-saya..... "
"Aku tidak memaksamu Rin, kalau kamu ingin mengakhiri pernikahan ini aku siap! Mungkin ada lelaki lain di hatimu"
Spontan Arin menggeleng, dan menatap Sonny lagi seolah takut Sonny salah paham.
"Lalu apa yang kamu ragukan? Jika kamu ragu karena aku, tolong katakan. Mungkin aku bisa perbaiki" Arin menggeleng lagi.
"Tidak, s-saya hanya takut jika anak kita tau hal ini. Terlebih saya takut Noval tidak merestui kita, apalagi saya belum lama bercerai" Keluh Arin, ternyata hal itu yang membuat Arin bimbang.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"
Arin diam tak langsung menjawab pertanyaan Sonny, ia mencari-cari keputusan yang tepat.
"Saya ingin merahasiakannya dulu pada mereka, dan pada semua orang. Saya belum siap mengumumkan masalah ini, terlebih kita berdua juga masih sama-sama bingung" Ungkap Arin.
"Baiklah, jika kamu ingin merahasiakan pernikahan kita. Jadi... Itu berarti, kamu ingin meneruskan pernikahan ini?" Tanya Sonny memastikan.
Arin membisu seolah tersipu, ia menunduk malu. Masih tidak percaya jika kini mereka telah menikah.
Dan perlahan, Arin mengangguk. Senyum pun terbit di bibir tebal Sonny, diikuti perasaan yang kian berbunga-bunga.
"T-tapi.... "
Seruan Arin membuat Sonny menatap Arin dengan intens.
"Tapi meski kita meneruskan pernikahan ini, saya ingin kita bersikap biasa-biasa saja" Lanjut Arin.
Alis Sonny seketika mengerut, tak mengerti maksud perkataan Arin.
"Maksudnya?"
"Saya bersedia menjadi Ibu sambung bagi Meimei, tapi untuk menjadi seorang istri... Saya belum siap"
Senyum yang tadinya mengembang mendadak surut ketika mendengarkan keinginan wanita ini. Lalu apa bedanya dengan ketika mereka tidak menikah??
"Maksudnya?"
"Segalanya, saya belum siap melakukan hal-hal yang dilakukan seorang istri. Terlebih kita tidak memiliki hubungan sebelumnya" Ujar Arin memperjelas.
Dengan berani Sonny mengambil salah satu lengan Arin dan menggenggam jari-jari lembut itu.
"Rin, aku pun belum bisa memastikan apakah aku bisa menjadi suami dan Ayah yang baik untukmu dan Noval atau tidak. Tapi aku akan berusaha menyayangi, melindungi, dan menafkahi kalian sebisaku. Setidaknya... Selama kita masih bersama"
Arin terpana akan pengakuan Sonny, jiwanya bergetar hebat! Jika boleh Arin ingin menangis saat ini, namun ia terlalu malu untuk melakukan itu.
Arin tersenyum hangat, membalas genggaman yang berhasil meruntuhkan keraguannya.
"Baiklah... Saya pun akan mencobanya"
•
•
•
•
Jangan Lupa Vote Karya Ini Sebanyak-banyaknya ya🥰
Mamie Tunggu 🤧
Love❤